Gerakan Global “Love the Leuser Ecosystem” Membawa Perhatian Dunia pada
Ekosistem Leuser sebagai Pusat Keanekaragaman Hayat
LSM lokal dan internasional, seniman grafis ternama, fotografer peraih penghargaan dunia, dan aktor Leonardo DiCaprio bergabung dalam gerakan bersama untuk mengangkat nilai-nilai berkelas dunia yang dipertaruhkan di Indonesia.
Jakarta/Banda Aceh/San Francisco/New York/London – Hutan Amazon, Great Barrier Reef, Grand Canyon, dan sekarang Kawasan Ekosistem Leuser. Sebuah gerakan global yang melibatkan LSM lokal dan internasional dan bergabung dengan seniman grafis terkenal Asher Jay, fotografer peraih penghargaan Paul Hilton, serta aktor dan aktivis Leonardo DiCaprio untuk membawa perhatian internasional pada Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), suatu kawasan di tepi utara Sumatra.
Mulai dari komunitas lokal, ahli biologi satwa ternama, konservasionis hutan, aktivis hak asasi manusia dan pejuang perubahan iklim mengatakan bahwa sudah waktunya bagi KEL untuk mendapatkan pengakuan sebagai prioritas konservasi global. Mereka kemudian menggunakan media seni grafis, fotografi, video dan realitas maya yang disebarkan melalui media sosial dan tradisional untuk mengangkat profil dari lanskap KEL yang unik, agar para pelaku industri berusaha untuk tidak menghancurkan kawasan ini dan menerima resiko reputasi sebagai penyebab kerusakan yang terjadi di KEL.
Hutan hujan seluas 2,6 juta hektar yang membentang di KEL menjadi salah satu yang terluas di Asia Tenggara, dan menjadi kawasan terakhir di dunia dimana orangutan, gajah, harimau, dan badak hidup bersama di alam bebas. Para ahli satwa juga telah memperingatkan bahwa empat jenis satwa tersebut kini terancam punah akan punah selamanya jika hutan yang tersisa di KEL ini hancur.
KEL merupakan ekosistem bersejarah yang dikenal oleh ilmu pengetahuan. Kawasan ini telah mengalami ribuan tahun evolusi yang tak terputus hingga menghasilkan salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati tertinggi. Ekosistem ini kaya flora dan fauna, termasuk setidaknya 105 jenis mamalia, 386 jenis burung, 95 jenis reptil dan amfibi dan 8.500 spesies tanaman. diantaranya seperti Thomas Leaf Monkey, atau dikenal sebagai ‘Monyet Kedih,’ merupakan spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
KEL membentang diantara dua provinsi di Sumatra yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Baru-baru ini Aceh telah mengangkat kembali mantan gubernur Irwandi Yusuf, yang terkenal dengan julukannya sebagai ‘Gubernur hijau’, beberapa pihak sangat berharap agar pada era kepemimpinan politik baru ini Irwandi akan memprioritaskan usaha konservasi Kawasan Ekosistem Leuser pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun-tahun terakhir.
Meskipun sekitar sepertiga dari wilayah KEL ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Leuser dan telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sebetulnya masih banyak wilayah KEL dengan nilai keanekaragaman hayati, hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang kaya berada di luar batas-batas taman nasional.
Jutaan orang yang tinggal diwilayah tersebut bergantung pada sungai-sungai bersih yang berasal dari KEL untuk air minum, melindungi dari banjir, dan irigasi bagi mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Sebuah gerakan konservasi lokal juga tengah berkembang dengan memasukkan upaya politik, ilmiah dan hukum yang kuat bagi warga yang tinggal di wilayah ini. Usaha tersebut dilakukan dengan memberikan advokasi untuk perlindungan dan strategi pertumbuhan hijau untuk pembangunan.
KEL muncul dalam film dokumenter Leonardo DiCaprio yang berjudul Before the Flood sebagai daerah yang berfungsi penting untuk melindungi keseimbangan iklim dunia, film ini kemudian menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton dalam sejarah. Selain dijuluki sebagai ‘ibukota orangutan dunia’, KEL juga merupakan rumah bagi tiga rawa gambut utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon paling kaya di bumi. Hutan-hutan rawa gambut yang basah menangkap sejumlah besar karbon dari atmosfer bumi dan menyimpannya dengan aman di bawah tanah.
Sayangnya, meskipun ilegal, banyak lahan gambut ini dikeringkan dan dibakar untuk dijadikan industri perkebunan kelapa sawit. Ketika ini terjadi, polusi karbon dalam jumlah besar dilepaskan ke udara. Peristiwa kebakaran terakhir diperkirakan telah menyebabkan 100.000 kematian di seluruh Asia Tenggara. Kebakaran hutan yang terjadi di puncak tahun 2015 telah membuat Indonesia melepaskan polusi karbon yang sama dengan jumlah polusi dari seluruh gabungan kegiatan ekonomi AS setiap harinya.*****
Kutipan dari organisasi lokal dan internasional yang bekerja untuk melindungi Ekosistem Leuser:
Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA)
“KEL merupakan sumber daya vital yang memberikan kehidupan bagi jutaan orang, banyak di antaranya bergantung pada hutan yang sehat dan air bersih sebagai mata pencaharian utama mereka dari generasi ke generasi,” kata Farwiza Farhan, Ketua Yayasan
Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA). “Melindungi hutan tak tergantikan dari Ekosistem Leuser merupakan prioritas lingkungan yang penting, namun disisi lain banyak masalah hak asasi manusia yang juga perlu mendapat perhatian.”
Orangutan Information Centre
“KEL merupakan harapan masa depan bagi kehidupan manusia dan satwa liar di bumi,” kata Panut Hadisiswoyo. “Punah berarti hilang selamanya, namun ‘Terancam Punah’ berarti kita masih punya waktu untuk menyelamatkan hewan-hewan yang luar biasa ini apabila kita bertindak sekarang untuk menyelamatkan Kawasan Ekosistem Leuser.”
Forum Konservasi Leuser (FKL)rr
“Bagi kami orang-orang yang lahir dan dibesarkan di Aceh, nilai terdalam Kawasan Ekosistem Leuser terdapat pada air yang disediakan,” ungkap Rudi Putra dari Forum Konservasi Leuser. “Jutaan orang bergantung pada sumber air ini, ketika hutan rusak masyarakat kita akan mulai rusak juga. KEL adalah tempat yang indah dan menarik. Ia memiliki kekuatan untuk membuat Anda menangis. Namun keserakahan demi kekayaan dan status telah mendorong banyak pihak mengambil keuntungan yang hanya bersifat sementara. Sekarang kita menghadapi kenyataan pedih bahwa apabila kerusakan hutan tidak berhenti, maka anak cucu kita suatu hari nanti akan hidup tanpa air. Tapi kita tidak lagi berdiri untuk mewarisi bencana bagi generasi yang akan datang. Kita akan terus berjuang kembali. Saya yakin jika kita bekerja sama, kita bisa memiliki kekuatan untuk mencegah kehancuran dan melindungi KEL untuk masa depan kita bersama.”
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
"Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) memiliki kekayaan flora fauna yang tidak dimiliki tempat lainnya di dunia ini, KEL juga berfungsi sebagai kawasan yang melindungi sumber air bagi masyarakat yang tinggal di Aceh dan Sumatra Utara”, ungkap Muhammad Nur, Direktur Walhi Aceh. “Namun ancaman aktivitas pembukaan lahan untuk energi, perkebunan sawit, pembangunan jalan, pertambangan, penebangan liar yang tidak memperhatikan aspek hukum lingkungan, terus merusak keseimbangan KEL. Oleh karena itu kebijakan tata ruang ruang Aceh perlu memberikan perlindungan khusus terhadap KEL, dan perlu adanya pemahaman bersama mengenai kebijakan pengelolaan, pengendalian maupun pemanfaatan KEL antara internasional, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah."
Rainforest Action Network
“KEL adalah harta dunia dan menjadi salah satu hutan hujan utuh yang paling penting yang tersisa di dunia, akan tetapi hanya sedikit orang yang telah mendengar dan tau tentang Ekosistem Leuser,” kata Lindsey Allen, Direktur Eksekutif Rainforest Action Network (RAN). “Untuk bertahan hidup, Leuser perlu mendapatkan sorotan internasional melalui gerakan global yang didorong oleh orang-orang yang menyadari peran mereka dalam melindungi tempat luar biasa ini, dari kerusakan yang disebabkan oleh komoditas internasional seperti minyak kelapa sawit.”
Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP)
“Orang-orang harus memahami bahwa hutan Leuser ini jauh lebih bernilai ekonomi dan berharga apabila dibiarkan apa adanya, untuk kemakmuran jangka panjang populasi manusia yang berada sekitarnya, dibandingkan jika harus dieksploitasi demi keuntungan jangka pendek,” kata Ian Singleton dari Program Konservasi Orangutan Sumatra. “Kerusakan lingkungan yang kita lihat setiap tahun di hutan Indonesia tidak hanya membawa kerugian keanekaragaman hayati, namun juga sangat merugikan secara ekonomi. Banjir bandang menghancurkan seluruh desa dan membunuh banyak orang. Kabut asap dari kebakaran membunuh dan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang bagi manusia. Kondisi ini juga mengganggu aktivitas pertanian dan bisnis melalui pembatalan penerbangan dan gangguan berbagai aktivitas lainnya.”
Wildlife Asia
“Kita secara tragis tengah berada di titik kehilangan badak Sumatra. Ekosistem Leuser adalah benteng harapan terakhir bagi kehidupan satwa ini dan satwa lainnya yang terancam punah,” ungkap Clare Campbell, Direktur Eksekutif Wildlife Asia. “Kita memiliki satu kesempatan terakhir untuk melindungi orangutan, badak, harimau, dan gajah Sumatra dengan mendorong dunia untuk mengenal dan mencintai Leuser.”
Sumatran Orangutan Society (SOS)
“Secara sederhana: melindungi Leuser berarti bahwa orangutan dan begitu banyak spesies lainnya dapat bertahan dan berkembang di alam liar. Dengan dukungan Anda, kami mendukung masyarakat lokal di Sumatra untuk berjuang melawan kehancuran Leuser - sebuah perjuangan yang harus bisa dimenangkan,” kata Helen Buckland, Direktur Sumatran Orangutan Society.
Canopy
"Ekosistem Leuser memiliki segalanya kecuali perlindungan.” ungkap Nicole Rycroft, Direktur Eksekutif Canopy. “Mitra pasar Canopy, termasuk diantaranya banyak merek fashion, percetakan, dan penerbit terbesar di dunia, bekerja sama untuk memastikan bahwa hutan hujan Leuser yang luar biasa bisa terus memberikan rahmat pada bumi kita.”
Asher Jay (Penjelajah National Geographic, dan Konservasionis Kreatif)
"Hanya sedikit tempat tersisa di planet ini di mana sejarah evolusi dan biologi kita tetap utuh terjaga di alam liar bersama dengan berbagai perubahan peradaban yang terjadi di seluruh dunia. Tempat dimana garis keturunan sejati kita tersimpan dan terhubung dengan generasi mendatang. Lanskap yang mendahului keberadaan kita di planet ini, di mana tanah kaya dengan cerita, dan pohon-pohon tua berfungsi sebagai penjaga gerbang waktu. Ekosistem Leuser merupakan salah satu surga hijau itu, yang jika tidak kita dilindungi, kita akan kehilangan bukan hanya habitat untuk harimau, gajah, orangutan dan badak Sumatra yang tak tergantikan, tapi kita juga akan kehilangan sebagian besar sejarah cerita asal kita,” ungkap Asher Jay.
SumOfUs (SOU)
“Dengan KEL, perusahaan memiliki kesempatan untuk menunjukkan itikad baik mereka dan menjalankan komitmen mereka,” kata Fatah Sadaoui, Juru Kampanye Senior di SumOfUs. “Setelah satu dekade janji minyak kelapa sawit berkelanjutan, komitmen, dan kebijakan, perusahaan barang-barang konsumsi seperti PepsiCo, Unilever dan Nestle memiliki tanggung jawab untuk melindungi salah satu ekosistem dan keanekaragaman hayati yang paling berharga di planet ini. Jam terus berdetak dan konsumen di seluruh dunia akan terus menyaksikan. Tidak akan ada jalan kembali bagi perusahaan tersebut jika tidak segera mengambil tindakan untuk memastikan pelestarian Ekosistem Leuser.”
Ekosistem Leuser sebagai Pusat Keanekaragaman Hayat
![]() |
Ekosistem Leuser - habitat bagi harimau Sumatra, gajah, dan orang utan - terus mengalami deforestasi karena pemerintah Aceh tidak memasukkannya ke dalam kawasan strategis nasional. Foto: BBC |
Jakarta/Banda Aceh/San Francisco/New York/London – Hutan Amazon, Great Barrier Reef, Grand Canyon, dan sekarang Kawasan Ekosistem Leuser. Sebuah gerakan global yang melibatkan LSM lokal dan internasional dan bergabung dengan seniman grafis terkenal Asher Jay, fotografer peraih penghargaan Paul Hilton, serta aktor dan aktivis Leonardo DiCaprio untuk membawa perhatian internasional pada Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), suatu kawasan di tepi utara Sumatra.
Mulai dari komunitas lokal, ahli biologi satwa ternama, konservasionis hutan, aktivis hak asasi manusia dan pejuang perubahan iklim mengatakan bahwa sudah waktunya bagi KEL untuk mendapatkan pengakuan sebagai prioritas konservasi global. Mereka kemudian menggunakan media seni grafis, fotografi, video dan realitas maya yang disebarkan melalui media sosial dan tradisional untuk mengangkat profil dari lanskap KEL yang unik, agar para pelaku industri berusaha untuk tidak menghancurkan kawasan ini dan menerima resiko reputasi sebagai penyebab kerusakan yang terjadi di KEL.
Hutan hujan seluas 2,6 juta hektar yang membentang di KEL menjadi salah satu yang terluas di Asia Tenggara, dan menjadi kawasan terakhir di dunia dimana orangutan, gajah, harimau, dan badak hidup bersama di alam bebas. Para ahli satwa juga telah memperingatkan bahwa empat jenis satwa tersebut kini terancam punah akan punah selamanya jika hutan yang tersisa di KEL ini hancur.
KEL merupakan ekosistem bersejarah yang dikenal oleh ilmu pengetahuan. Kawasan ini telah mengalami ribuan tahun evolusi yang tak terputus hingga menghasilkan salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati tertinggi. Ekosistem ini kaya flora dan fauna, termasuk setidaknya 105 jenis mamalia, 386 jenis burung, 95 jenis reptil dan amfibi dan 8.500 spesies tanaman. diantaranya seperti Thomas Leaf Monkey, atau dikenal sebagai ‘Monyet Kedih,’ merupakan spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
KEL membentang diantara dua provinsi di Sumatra yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Baru-baru ini Aceh telah mengangkat kembali mantan gubernur Irwandi Yusuf, yang terkenal dengan julukannya sebagai ‘Gubernur hijau’, beberapa pihak sangat berharap agar pada era kepemimpinan politik baru ini Irwandi akan memprioritaskan usaha konservasi Kawasan Ekosistem Leuser pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun-tahun terakhir.
Meskipun sekitar sepertiga dari wilayah KEL ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Leuser dan telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sebetulnya masih banyak wilayah KEL dengan nilai keanekaragaman hayati, hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang kaya berada di luar batas-batas taman nasional.
Jutaan orang yang tinggal diwilayah tersebut bergantung pada sungai-sungai bersih yang berasal dari KEL untuk air minum, melindungi dari banjir, dan irigasi bagi mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Sebuah gerakan konservasi lokal juga tengah berkembang dengan memasukkan upaya politik, ilmiah dan hukum yang kuat bagi warga yang tinggal di wilayah ini. Usaha tersebut dilakukan dengan memberikan advokasi untuk perlindungan dan strategi pertumbuhan hijau untuk pembangunan.
KEL muncul dalam film dokumenter Leonardo DiCaprio yang berjudul Before the Flood sebagai daerah yang berfungsi penting untuk melindungi keseimbangan iklim dunia, film ini kemudian menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton dalam sejarah. Selain dijuluki sebagai ‘ibukota orangutan dunia’, KEL juga merupakan rumah bagi tiga rawa gambut utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon paling kaya di bumi. Hutan-hutan rawa gambut yang basah menangkap sejumlah besar karbon dari atmosfer bumi dan menyimpannya dengan aman di bawah tanah.
Sayangnya, meskipun ilegal, banyak lahan gambut ini dikeringkan dan dibakar untuk dijadikan industri perkebunan kelapa sawit. Ketika ini terjadi, polusi karbon dalam jumlah besar dilepaskan ke udara. Peristiwa kebakaran terakhir diperkirakan telah menyebabkan 100.000 kematian di seluruh Asia Tenggara. Kebakaran hutan yang terjadi di puncak tahun 2015 telah membuat Indonesia melepaskan polusi karbon yang sama dengan jumlah polusi dari seluruh gabungan kegiatan ekonomi AS setiap harinya.*****
Kutipan dari organisasi lokal dan internasional yang bekerja untuk melindungi Ekosistem Leuser:
Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA)
“KEL merupakan sumber daya vital yang memberikan kehidupan bagi jutaan orang, banyak di antaranya bergantung pada hutan yang sehat dan air bersih sebagai mata pencaharian utama mereka dari generasi ke generasi,” kata Farwiza Farhan, Ketua Yayasan
Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA). “Melindungi hutan tak tergantikan dari Ekosistem Leuser merupakan prioritas lingkungan yang penting, namun disisi lain banyak masalah hak asasi manusia yang juga perlu mendapat perhatian.”
Orangutan Information Centre
“KEL merupakan harapan masa depan bagi kehidupan manusia dan satwa liar di bumi,” kata Panut Hadisiswoyo. “Punah berarti hilang selamanya, namun ‘Terancam Punah’ berarti kita masih punya waktu untuk menyelamatkan hewan-hewan yang luar biasa ini apabila kita bertindak sekarang untuk menyelamatkan Kawasan Ekosistem Leuser.”
Forum Konservasi Leuser (FKL)rr
“Bagi kami orang-orang yang lahir dan dibesarkan di Aceh, nilai terdalam Kawasan Ekosistem Leuser terdapat pada air yang disediakan,” ungkap Rudi Putra dari Forum Konservasi Leuser. “Jutaan orang bergantung pada sumber air ini, ketika hutan rusak masyarakat kita akan mulai rusak juga. KEL adalah tempat yang indah dan menarik. Ia memiliki kekuatan untuk membuat Anda menangis. Namun keserakahan demi kekayaan dan status telah mendorong banyak pihak mengambil keuntungan yang hanya bersifat sementara. Sekarang kita menghadapi kenyataan pedih bahwa apabila kerusakan hutan tidak berhenti, maka anak cucu kita suatu hari nanti akan hidup tanpa air. Tapi kita tidak lagi berdiri untuk mewarisi bencana bagi generasi yang akan datang. Kita akan terus berjuang kembali. Saya yakin jika kita bekerja sama, kita bisa memiliki kekuatan untuk mencegah kehancuran dan melindungi KEL untuk masa depan kita bersama.”
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
"Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) memiliki kekayaan flora fauna yang tidak dimiliki tempat lainnya di dunia ini, KEL juga berfungsi sebagai kawasan yang melindungi sumber air bagi masyarakat yang tinggal di Aceh dan Sumatra Utara”, ungkap Muhammad Nur, Direktur Walhi Aceh. “Namun ancaman aktivitas pembukaan lahan untuk energi, perkebunan sawit, pembangunan jalan, pertambangan, penebangan liar yang tidak memperhatikan aspek hukum lingkungan, terus merusak keseimbangan KEL. Oleh karena itu kebijakan tata ruang ruang Aceh perlu memberikan perlindungan khusus terhadap KEL, dan perlu adanya pemahaman bersama mengenai kebijakan pengelolaan, pengendalian maupun pemanfaatan KEL antara internasional, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah."
Rainforest Action Network
“KEL adalah harta dunia dan menjadi salah satu hutan hujan utuh yang paling penting yang tersisa di dunia, akan tetapi hanya sedikit orang yang telah mendengar dan tau tentang Ekosistem Leuser,” kata Lindsey Allen, Direktur Eksekutif Rainforest Action Network (RAN). “Untuk bertahan hidup, Leuser perlu mendapatkan sorotan internasional melalui gerakan global yang didorong oleh orang-orang yang menyadari peran mereka dalam melindungi tempat luar biasa ini, dari kerusakan yang disebabkan oleh komoditas internasional seperti minyak kelapa sawit.”
Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP)
“Orang-orang harus memahami bahwa hutan Leuser ini jauh lebih bernilai ekonomi dan berharga apabila dibiarkan apa adanya, untuk kemakmuran jangka panjang populasi manusia yang berada sekitarnya, dibandingkan jika harus dieksploitasi demi keuntungan jangka pendek,” kata Ian Singleton dari Program Konservasi Orangutan Sumatra. “Kerusakan lingkungan yang kita lihat setiap tahun di hutan Indonesia tidak hanya membawa kerugian keanekaragaman hayati, namun juga sangat merugikan secara ekonomi. Banjir bandang menghancurkan seluruh desa dan membunuh banyak orang. Kabut asap dari kebakaran membunuh dan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang bagi manusia. Kondisi ini juga mengganggu aktivitas pertanian dan bisnis melalui pembatalan penerbangan dan gangguan berbagai aktivitas lainnya.”
Wildlife Asia
“Kita secara tragis tengah berada di titik kehilangan badak Sumatra. Ekosistem Leuser adalah benteng harapan terakhir bagi kehidupan satwa ini dan satwa lainnya yang terancam punah,” ungkap Clare Campbell, Direktur Eksekutif Wildlife Asia. “Kita memiliki satu kesempatan terakhir untuk melindungi orangutan, badak, harimau, dan gajah Sumatra dengan mendorong dunia untuk mengenal dan mencintai Leuser.”
Sumatran Orangutan Society (SOS)
“Secara sederhana: melindungi Leuser berarti bahwa orangutan dan begitu banyak spesies lainnya dapat bertahan dan berkembang di alam liar. Dengan dukungan Anda, kami mendukung masyarakat lokal di Sumatra untuk berjuang melawan kehancuran Leuser - sebuah perjuangan yang harus bisa dimenangkan,” kata Helen Buckland, Direktur Sumatran Orangutan Society.
Canopy
"Ekosistem Leuser memiliki segalanya kecuali perlindungan.” ungkap Nicole Rycroft, Direktur Eksekutif Canopy. “Mitra pasar Canopy, termasuk diantaranya banyak merek fashion, percetakan, dan penerbit terbesar di dunia, bekerja sama untuk memastikan bahwa hutan hujan Leuser yang luar biasa bisa terus memberikan rahmat pada bumi kita.”
Asher Jay (Penjelajah National Geographic, dan Konservasionis Kreatif)
"Hanya sedikit tempat tersisa di planet ini di mana sejarah evolusi dan biologi kita tetap utuh terjaga di alam liar bersama dengan berbagai perubahan peradaban yang terjadi di seluruh dunia. Tempat dimana garis keturunan sejati kita tersimpan dan terhubung dengan generasi mendatang. Lanskap yang mendahului keberadaan kita di planet ini, di mana tanah kaya dengan cerita, dan pohon-pohon tua berfungsi sebagai penjaga gerbang waktu. Ekosistem Leuser merupakan salah satu surga hijau itu, yang jika tidak kita dilindungi, kita akan kehilangan bukan hanya habitat untuk harimau, gajah, orangutan dan badak Sumatra yang tak tergantikan, tapi kita juga akan kehilangan sebagian besar sejarah cerita asal kita,” ungkap Asher Jay.
SumOfUs (SOU)
“Dengan KEL, perusahaan memiliki kesempatan untuk menunjukkan itikad baik mereka dan menjalankan komitmen mereka,” kata Fatah Sadaoui, Juru Kampanye Senior di SumOfUs. “Setelah satu dekade janji minyak kelapa sawit berkelanjutan, komitmen, dan kebijakan, perusahaan barang-barang konsumsi seperti PepsiCo, Unilever dan Nestle memiliki tanggung jawab untuk melindungi salah satu ekosistem dan keanekaragaman hayati yang paling berharga di planet ini. Jam terus berdetak dan konsumen di seluruh dunia akan terus menyaksikan. Tidak akan ada jalan kembali bagi perusahaan tersebut jika tidak segera mengambil tindakan untuk memastikan pelestarian Ekosistem Leuser.”
loading...
Post a Comment