2016-01-24

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA

Pertemuan Muspika,Warga Dan Pengusaha Galian C  

Aceh Utara- Pasca banjir besar sungai sawang yang mengakibatkan hampir ambruknya jembatan rangka baja sawang, pihak Muspika bersama sejumlah tokoh masyarakat,tokoh adat,tokoh desa dan pengusaha Galian C hari ini Sabtu (30/1) melakukan pertemuan.

Pertemuan yangmembahas terkait keberadaan galian c yang berada disepanjang aliran sungai sawang yang menjadi penyebab utama kerusakan disepanjang sungai.

Bukan itu saja kerusakan jalan yang begitu parah dibeberapa titik akibat hilir mudik mobil bermuatan galuan C, imbas lainnya yakni beberapa hari lalu jembatan rangka baja nyaris ambruknya diterjang tinggi serta derasnya air sungai.

Suasana Pertemuan Di Aula Kecamatan
Dari pantauan Reporter dari ruang pertemuan, acara yang diadakan di aula kecamatan dimulai Pukul 10:00 WIB pagi tampak pertemuan berjalan Alot dan lancar,setiap pihak diberi kesempatan mengemukan pendapat dan saran,dimana akhirnya membuahkan 3 poin kesepakatan.

1. Terhitung mulai hari ini dan seterusnya tidak diperbolehkan adanya pengambilan galian C mengunakan alat berat disepanjang aliran sungai sawang.

2. Pengambilan galian C diperbolehkan diluar kawasan aliran sungai sawang namun setiap mobil colt dumtruk yang membawa muatan galian C dilarang melebihi detonase muatan.

3. Para pengusaha galian C diwajibkan melakukan perbaikan jalan rusak dikec.sawang yang dilalui oleh mobil pengangkut galian c,dijadwalkan minggu depan tepatnya hari jumat (5/1) janji ini akan direalisasi oleh para pengusaha galian C.
Kapolsek Sawang Memberi Arahan

Pertemuan yang selesai pada pukul 13:00 WIB juga menyepakati jika terdapat pelanggaran dalam 3 poin tersebut maka pihak kepolisian yakni polsek sawang yang memiliki otoritas menindak tegas para pihak yang melanggar kesepakatan.

Tampak hadir dari pihak muspika,Camat Sawang Drs Sufyan,Kapolsek Bukhari Gamcut,Danramil serta tokoh masyarakat lainnya.


Reporter: Azhar

 Berdasarkan data dari Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) jumlah seluruh narapidana dan tahanan di Lampung per Desember 2015 mencapai 5.950 orang, dengan rincian 3.599 napi dan 2.351 tahanan.
Lampung - Banyaknya napi dengan kasus narkoba membuat lembaga pemasyarakatan (lapas) di Lampung over kapasitas. Napi dan tahanan narkotika ini "menguasai" hingga 40 persen kapasitas lapas dan rumah tahanan (rutan) di Sai Bumi Ruwa Jurai.

"Kondisinya memang seperti itu sekarang. Di lapas dan rutan (rumah tahanan) jumlah napi dan tahanan narkoba lebih banyak, hampir 40 persen sampai 50 persen," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemenkumham) Lampung Dandriansyah kepada Tribun, Jumat (29/1) sore.

Ia mengakui, banyaknya jumlah tahanan dan narapidana narkoba di 16 lapas dan rutan di Lampung tersebut membuat tingkat hunian melebihi kapasitas. Namun kondisi ini, katanya, bukan hanya terjadi di Lampung saja.

Melainkan juga secara nasional. Menurutnya, tidak kurang dari 1.200 orang menjalani hidup di balik jeruji besi di Lampung karena tersangkut perkara barang memabukan ini.

Berdasarkan data dari Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) jumlah seluruh narapidana dan tahanan di Lampung per Desember 2015 mencapai 5.950 orang, dengan rincian 3.599 napi dan 2.351 tahanan.

Sedangkan pada laman Jumlah Pidana Khusus dengan kasus narkoba di laman SDP Ditjenpas per Desember 2015 tercatat sebanyak 1275 orang. Dengan melihat jumlah tersebut, Dandriansyah mengatakan, itulah kondisi yang ada saat ini yakni lebih banyak napi dan tahanan dengan kasus narkoba.

Napi dan tahanan narkotika ini dibagi menjadi dua status yakni Narkoba Bandar/Pengedar (NKB) dan Narkoba Pemakai (NKP). Untuk status NKB, keseluruhan jumlah mencapai 475 orang. Paling banyak ada di Lapas Kelas II Kalianda dengan jumlah 140 orang. Terbanyak kedua di Lapas Kelas I Bandar Lampung dengan jumlah 100 orang.

Lapas lainnya yakni, Lapas Kelas II A Metro (31 orang), Lapas Kelas II A Wanita Bandar Lampung (82 orang), Lapas Kelas II B Way Kanan (19 orang), Lapas Kelas III Gunung Sugih (17 orang), Lapas Narkotika Kelas IIA Bandar Lampung (27 orang).

Kemudian tahanan dengan status NKB jumlah terbanyak di Rutan Kelas IIB Kotabumi dengan jumlah sebanyak 34 orang. Kemudian Rutan Kelas II B Menggala mencapai 25 orang).

Sementara jumlah napi dan tahanan berstatus NKP jumlahnya dua kali lipat dibanding yang berstatus NKB yakni mencapai 800 orang. Jumlah paling banyak yakni di Lapas Kelas IIA Kalianda (195 orang). Kemudian Lapas Narkotika Kelas IIA Bandar Lampung (115 orang) dan Lapas Kelas I Bandar Lampung (100 orang).

"Sebaiknya memang pemakai narkoba jangan diputus atau divonis penjara, tetapi direhabilitasi. Masalahnya sekarang dimana tempat untuk merehabilitasinya? Tetapi itu juga tergantung pertimbangan hakim, apakah dipenjara atau direhabilitasi," katanya.(Tribunnews.com)

Field Trip Wartawan di Rawa Tripa (Ilustrasi) [Foto : Afifuddin - habadaily]
 “Masalah Rawa Tripa dalam KEL yang dulunya hutan gambut sekarang menjadi perkebunan kelapa sawit, bagaimana pesan di Rawa Tripa disampaikan secara menyeluruh sehingga perusahaan-perusahaan yang bermasalah dengan lingkungan seperti perizinan dan membakar lahan gambut sekarang berhadapan dengan hukum,” kata Nizar
Banda Aceh - Program USAID LESTARI melestarikan keanekaragaman hayati sebagai upaya penurunan emisi rumah kaca di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sudah mulai berjalan sejak Agustus 2015.
Di Aceh, USAID LESTARI menjalankan programnya di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Gayo Lues dan Aceh Tenggara termasuk Taman Nasional Leuser dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.

Advocacy and Campaign Specialist LESTARI, Hizbullah Arief mengajak para jurnalis di Aceh untuk aktif menulis isu-isu lingkungan dalam Kawasan Ekosistem Leuser.

Saat kegiatan Media Gathering di Oasis Hotel Banda Aceh, Sabtu (30/1/2016), pemilik situs lingkungan hijauku.com ini mengatakan, peran media dan wartawan sangat penting untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat agar menjaga lingkungan sekitar, khususnya masyarakat yang berada disekitar Leuser Aceh.
“Pesan yang paling ringan adalah bagaimana masyarakat membutuhkan air dengan menjaga lingkungan,” katanya dihadapan sedikitnya 25 wartawan lingkungan di Aceh.

Ia mengajak wartawan lingkungan di Aceh membentuk jaringan yang bisa berbagi informasi lingkungan secara positif.

Nara sumber lain, Muhammad Nizar dari Green Journalist mengatakan wartawan lingkungan bukan saja memberitakan pesan apa yang disampaikan oleh sumber dan peristiwa yang telah terjadi tetapi juga bagaimana wartawan ikut menggali isu lingkungan yang dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat.

“Masalah Rawa Tripa dalam KEL yang dulunya hutan gambut sekarang menjadi perkebunan kelapa sawit, bagaimana pesan di Rawa Tripa disampaikan secara menyeluruh sehingga perusahaan-perusahaan yang bermasalah dengan lingkungan seperti perizinan dan membakar lahan gambut sekarang berhadapan dengan hukum,” kata Nizar berbagi pengalaman Green Journalist saat fokus terhadap isu lingkungan di Rawa Tripa.

Pada kesempatan itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Adi Warsidi memetakan bagaimana peran wartawan saat meliput isu lingkungan. Mengutip Bill Kovack dalam bukunya Sembilan Elemen Jurnalistik, Adi Warsidi mengatakan wartawan itu mengejar kebenaran dan berkomitmen kepada masyarakat dan kepentingan publik. Sedangkan ruh-nya wartawan adalah disiplin melakukan verifikasi.

Kegiatan yang berlangsung setengah hari itu dihadiri sedikitnya 25 wartawan lingkungan di Banda Aceh, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Jaya dan Aceh Besar.(acehterkini.com)

Serang - Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Serang berhasil membekuk AB, pemilik ganja seberat 1,6 ton asal Aceh yang ditemukan di sebuah gudang penyimpaanan padi Kp Cikalanglande, Desa Pabuaran, Kabupaten Serang pada Selasa 1 Desember 2015 lalu.

AB ditangkap tanpa ada perlawanan di tempat persembunyiaannya di Desa Cemplang, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang.

“Sudah dua hari kita intai dan berhasil ditangkap tersangka semalam,” kata Kapolres Serang AKBP Nunung Syaefuddin, Sabtu (30/1/2016).

Nunung mengatakan, penangkapan tersebut langsung dipimpin oleh dirinya, meskipun demikian, Nunung enggan menjelaskan lebih lengkap terkait penangkapan mantan narapidana yang pernah menajalani masa hukuman 6 tahun dalam kasus yang sama tersebut.

“Saya nangkap sendiri bersama Kasat dan tim di Desa Cemplang. Lebih lanjut, nanti dijelaskan kalau sudah rampung pemeriksaannya,” ujar Nunung.

Untuk diketahui, AB pernah ditangkap Direktorat Resnarkoba Polda Banten lantaran mengedarkan ganja.

Pada 2008 majelis hakim Pengadilan Negeri Serang menjatuhkan hukuman pidana kepada AB selama enam tahun penjara di Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah.

Selain AB, anggota Satresnarkoba Polres Serang telah menangkap tiga pelaku lainnya. Yakni, Nw, Nn dan Yd.

Ketiganya ditangkap di tempat berbeda. Nw ditangkap bersamaan dengan penggerebekan rumah penyimpanan ganja 1,6 ton itu. Sedangkan, NN dan Yd ditangkap di daerah Tangerang.

Ganja yang rencananya akan diedarkan di wilayah Provinsi Banten ini, ditaksir senilai Rp5 miliar, yang dikemas dalam bentuk ratusan kotak persegi panjang dilapisi lakban, masing-masing seberat 1 kilogram. (sindonews)

Ilustrasi pembakaran rawa
Nagan Raya - Pengadilan Negeri (PN) Meulaboh, Jumat, menjatuhkan hukuman denda senilai Rp3 miliar kepada perusahaan sawit PT Surya Panen Subur (SPS) dalam kasus tindak pidana perusakan hutan kawasan Rawa Tripa di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh.

Putusan tersebut dibacakan Ketua Majelis Hakim PN Meulaboh Rahma Novatiana, pada  sidang putusan tindak pidana perusakan hutan dan lingkungan terhadap perkebunan sawit PT Surya Panen Subur, di PN Meulaboh.

PN Meulaboh memutuskan perusahaan bergerak disektor perkebunan sawit tersebut bersalah dan karena telah melakukan tindak pidana perusakan hutan kawasan Rawa Tripa, dengan denda Rp3 miliar serta membayar biaya perkara persidangan Rp10 ribu.

Besaran denda yang dijatuhkan dalam sidang pembacaan putusan tindak pidana dengan nomor 54/Pidsus2014/PN-MB0, tersebut lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) senilai Rp4 miliar.

Kuasa Hukum PT SPS Rivai Kusuma Negara yang diwawancarai sejumlah wartawan usai persidangan itu menyampaikan, pihaknya akan melakukan banding, karena putusan tersebut dinilai tidak sesuai dan kontradiktif.

"Salah satunya pada persidangan meringankan sebelumnya, majelis hakim sepakat di PT SPS ada sistem pencegahan,telah membuka lahan dengan tekhnik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB ) dan adanya akses jalan,"tegasnya.

Rivai menegaskan, beberapa bacaan hakim yang harusnya meringankan perusahaan tersebut dinilai tidak berdampak, seperti adanya upaya melakukan pemadaman secara cepat meski tanpa dibantu Pemerintah Kabupaten Nagan Raya.

Sementara itu Kepala Sub Direktorat Penyidikan Kerusakan Lingkungan Hidup Kebakaran Hutan dan Lahan dari KLH Shaifuddin Akbar menambahkan, putusan yang dibacakan PN Meulaboh sudah sesuai fakta persidangan, meski putusan itu lebih ringan dari tuntutan JPU.

Dirinya memberi apresiasi terhadap putusan tersebut, karena dengan demikian akan mempengaruhi terjadinya perusakan lingkungan, putusan ini juga dapat menjadi efek jera bagi pelaku-pelaku perusakan hutan dan lahan di Indonesia.

"Kita berharap ini menjadi hal positif bagi semua sehingga nantinya tidak lagi ada titik api kebakaran hutan dan lahan,dan kedepannya hakim yang menangani kasus kerusakan hutan dan lingkungan faham akan hal ini dalam mengambil putusan,"katanya.(aceh.antaranews.com)

StatusAceh.Net - Satu pos pemeriksaan militer pasukan pro-pemerintah dihantam bom mobil bunuh diri di Kota Pelabuhan Aden, Yaman Selatan, Jumat (29/1), tujuh prajurit tewas dan beberapa orang lagi cedera, kata seorang perwira polisi.

"Seorang pembom bunuh diri meledakkan mobilnya, yang diisi peledak, di satu pos pemeriksaan militer yang diawaki oleh prajurit pro-pemerintah di Kabupaten Cirater, Aden sehingga menewaskan tujuh prajurit di tempat," kata perwira polisi setempat.

"Tentara yang ditempatkan di pos pemeriksaan itu berusaha membekuk pembom bunuh diri tersebut tapi ia segera meledakkan dirinya di lokasi," kata sumber polisi setempat.

Laporan awal menunjukkan tujuh prajurit tewas dan sejumlah lagi luka parah akibat ledakan itu, kata pejabat medis di Rumah Sakit Umum Aden.

Sumber keamanan di Komando Polisi Aden mengatakan, "Seorang pembom bunuh diri yang mengenakan pakaian perempuan sedang dalam perjalanan untuk membom kompleks presiden bukan pos pemeriksaan tersebut. Operasi itu digagalkan." Itu adalah pemboman kedua selama 24 jam belakangan yang terjadi di daerah beberapa kilometer di sebelah utara Istana Presiden, tempat Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang diakui masyarakat internasional-- tinggal.

Serangan terhadap pos pemeriksaan militer pro-pemerintah itu adalah yang paling akhir dalam serangkaian kekerasan dan pembunuhan terhadap para pejabat pro-pemerintah di Aden, Ibu Kota Sementara Yaman.

Situasi keamanan yang rumit dan bergolak di Aden dan Provinsi Lahj serta Abyan --yang berdekatan-- adalah salah satu tantangan terbesar buat pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, yang beroperasi di Aden.

Koalisi itu telah mengirim ribuan prajurit dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Sudan dan Bahrain ke lima provinsi anti-gerilyawan Al-Houthi di Yaman Selatan dan melatih pasukan keamanan lokal Yaman.(Rima)

Tarmizi harusnya memahami bahwa pilkada ini adalah urusan daerah. Bukan otomiatis urusan Jakarta. Klaim bahwa dirinya mendapat dukungan dari sejumlah partai politik nasional, untuk maju sebagai kandidat gubernur, mungkin benar adanya. Bisa saja dia telah berkomunikasi dengan pengurus pusat partai politik.
BAGI sebagian masyarakat Aceh, nama Tarmizi A Karim adalah jaminan keberhasilan. Catatan mentereng karier Tarmizi A Karim membuat dia layak digadang-gadang sebagai salah satu petarung. Keberadaannya di Pemilihan Kepala Daerah 2017 di Aceh tentu akan diperhitungkan lawan maupun kawan.

Wajar jika Tarmizi menyimpan hasrat menjadi Gubernur Aceh. Sebagai seorang birokrat, Tarmizi memiliki catatan penugasan di bidang pemerintahan. Dia pernah menjabat sebagai Bupati Aceh Utara. Di Kementerian Dalam Negeri, dia juga menduduki sejumlah jabatan strategis.

Saat ini, Tarmizi pejabat Gubernur Kalimantan Selatan, sebelumnya dia bertugas dalam kapasitas sama di Kalimantan Timur. Usai masa tugas Gubernur Irwandi Yusuf, Menteri Dalam Negeri menunjuk Tarmizi sebagai pejabat Gubernur Aceh, sebelum tampuk kepemimpinan Aceh diserahkan ke tangan Zaini Abdullah.

Catatan riwayat hidup Tarmizi seperti tak sempurna jika dia tak menjabat sebagai Gubernur Aceh definitif. Sebagai salah satu putra terbaik Aceh saat ini, hasrat itu jelas menggelitik. Ada gatal yang harus digaruk. Jika dorongan untuk maju pada Pilkada 2012 gagal didapatkan, kali ini, Tarmizi harus merebutnya. Pilkada 2017 adalah momentum penting untuk menjadi orang nomor satu di kampung halaman; sekarang atau tidak sama sekali.

Namun sebagai tokoh nasional, Tarmizi harusnya memahami bahwa pilkada ini adalah urusan daerah. Bukan otomiatis urusan Jakarta. Klaim bahwa dirinya mendapat dukungan dari sejumlah partai politik nasional, untuk maju sebagai kandidat gubernur, mungkin benar adanya. Bisa saja dia telah berkomunikasi dengan pengurus pusat partai politik.

Namun itu tidak serta merta menjadi tiket baginya, lalu menjadikan dirinya bebas mengatur dapur partai di daerah. Usai mengklaim mendapatkan dukungan dari partai nasional, ramai-ramai pengurus partai di Aceh menolak pernyataan Tarmizi tersebut. Klaim itu dianggap merusak sistem dan proses seleksi calon gubernur yang tengah dijalankan pengurus partai politik di Aceh.

Tak selamanya orang dari Jakarta “laku” di Aceh. Karena, dalam sejarah Indonesia, Aceh memiliki jalannya sendiri, dari urusan selera hingga sistem pemerintahan. Tak cukup hanya kementerengan saja. Atau jangan-jangan, dukungan dari partai, yang disebut-sebut Tarmizi, hanyalah klaim bodong. 

Sumber: AJNN.Net

StatusAceh.Net - Pasukan khusus Iran merekrut ribuan warga Afghanistan, sebagian di antaranya dengan paksa, untuk berperang di Suriah bersama pasukan Presiden Bashar al-Assad, kata lembaga pemantau hak asasi manusia, Human Right Watch (HRW), pada Jumat.

"Iran tidak hanya memberikan insentif kepada pengungsi dan perantau Afghanistan. Beberapa mengaku mendapatkan ancaman pemulangan ke negaranya," katanya, seperti dilaporkan AFP.

"Dalam menghadapi pilihan sulit itu, beberapa pria Afghanistan tersebut kemudian lari dari Iran menuju Eropa," kata Bouckaert.

Iran adalah sekutu utama Bashar dan sering mengirim bantuan keuangan dan militer untuk mendukung pemerintah di Suriah tersebut.

Teheran mengatakan bahwa warga Afghanistan --yang bergabung dalam Brigade Fatemiyoun-- itu adalah relawan, yang ingin melindungi tempat suci Islam Syiah di Suriah dan Irak, yang terancam hancur oleh kelompok garis keras seperti kelompok ISIS.

Namun demikian, sejumlah laporan menyatakan bahwa warga Afghanistan itu ditawari suaka dan juga gaji bulanan untuk bertempur bersama Iran.

Dari pihak Iran, negara tersebut membantah telah mengirim pasukan darat dan bersikeras bahwa para jenderal yang berada di Suriah dan Irak hanya bertindak sebagai penasihat militer.

Tetapi, acara penguburan sering kali digelar di beberapa tempat bagi "para relawan" dari Iran, Afghanistan, dan Pakistan.

Iran sejauh ini telah menampung sekitar tiga juta migran dari Afghanistan yang sebagian besar di antaranya melarikan diri.

Dari tiga juta orang tersebut, hanya 950.000 yang memperoleh status pengungsi dan sisanya dinilai tidak layak mendapatkan suaka.

HRW mengaku mewawancarai 20-an warga Afghanistan, yang mengaku direkrut atau dipaksa Iran untuk bertempur di Suriah.

Enam orang di antara mengatakan bahwa Iran menggelar pelatihan bagi mereka --atau keluarga mereka-- di sejumlah kamp militer dekat Teheran dan Shiraz pada 2015 lalu.

Dua dari enam orang itu bergabung dengan suka rela. Sementara sisanya mengaku dipaksa --atau keluarganya dipaksa-- untuk bertempur.

Mereka bertempur di beberapa daerah Suriah, termasuk di antaranya Damaskus, Aleppo, Homs, Deir Ezzor, Hama, Latakia, dan juga daratan tinggi Golan.(konfrontasi.com)

Salah seorang pengurus Gafatar yang telah divonis hakim masing-masing 5 hingga 3 tahun penjara
Banda Aceh - Ketua Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Aceh, Althaf Mauliyul Islam (34), dihukum 3 tahun penjara. Majelis hakim menilai ajaran Gafatar yang disebarluaskan merupakan ajaran yang menodai agama Islam.

Sebelum bergabung dengan Gafatar, Althaf merupakan anggota Komunitas Millata Abraham (Komar) yang menganut paham Millata Abraham. Belakangan, aliran tersebut dinyatakan sebagai aliran sesat dan masyarakat kembali mensyahadatkan kembali Althaf di Masjid Raya Baiturrahman pada 22 April 2011.

Althaf kemudian bergabung dengan Gafatar pada 5 Januari 2014 dan 6 bulan setelahnya ia didapuk menjadi Ketua Gafatar Banda Aceh. Dalam organisasi tersebut, Althaf kembali menyebarkan ajaran Millata Abraham.

Althaf menyebarkan ajaran itu di Desa Lamgapang, Kecamatan Barona Jaya, Aceh Besar. Althaf memberikan ceramah di depan anggota Gafatar lainnya di kantor DPD Gafatar setempat dan meminta anggotanya untuk tetap dalam paham Millata Abraham. Dalam ceramah tersebut, Althaf menyebarkan ajaran seperti misalnya Nabi Adam bukan manusia pertama dan Nabi Muhammad bukan nabi terakhir.

Masyarakat yang resah lalu melaporkan hal ini ke aparat dan Althaf pun diproses secara hukum.

"Menyatakan M Althaf Mauliyul Islam telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penodaan terhadap agama Islam," putus majelis Pengadilan Negeri (PN) Banda Aceh sebagaimana dikutip detikcom dari website Mahkamah Agung (MA), Jumat (29/1/2016).

Duduk sebagai ketua majelis Syamsul Qamar dengan anggota Muhifuddin dan Akhmad Nakhrowi Mukhlis. Ketiganya meyakini Althaf melanggar Pasal 156a KUHP.

"Menjatuhkan pidana terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 tahun," ucap majelis pada 15 Juni lalu.

Hal-hal yang memberatkan yaitu perbuatan Althaf bertolak belakang dengan program Pemerintah Aceh dalam menegakkan syariat Islam. Selain itu, Althaf juga telah mengabaikan peringatan keras dari Pemerintah Aceh mengenai aliran Millata Abrahim dalam bentuk apa pun di Provinsi Aceh.

"Terdakwa sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau rasa bersalah atas perbuatannya," ujar majelis dengan suara bulat.

Adapun hal yang meringankan yaitu terdakwa masih berusia muda, belum pernah dihukum dan menunjukkan sikap sopan dalam persidangan. 

Sumber: detik.com

Pantai di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
Banda Aceh - Kepulauan Banyak, yang berada di kebupaten Aceh Singkil, Aceh, memiliki banyak pesona. Selain pantai cantik, wisata penyu, dan selancar airnya, gugusan 99 pulau tersebut akan mengembangkan wisata paus.

Pulau Banyak yang berada di kawasan Samudra Hindia, ternyata dilewati migrasi paus-paus di setiap pergantian musim tertentu.
Berbondong-bondong kawanan paus tersebut berpindah habitat, menyesuaikan keberadaan makanan yang dipengaruhi oleh perubahan musim. Mereka bergerak melewati laut Kepulauan Banyak dari selatan ke utara ataupun sebaliknya.

Seperti yang dipaparkan Amiruddin Tjoet, dari Kepala Bidang Pengembangan Usaha Dinas Pariwisata Provinsi Aceh, saat ditemui KompasTravel dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata Indonesia, di Jakarta, Rabu (27/1/2016).

“Ternyata ada parade paus itu di Pulau Banyak, awalnya saya tidak percaya kalau Indonesia dilalui migrasi paus. Tapi setelah banyak nelayan yang melaporkan, dan saya akhirnya melihat sendiri perpindahan paus akibat perubahan musim itu. Berdasarkan informasi pengamat-pengamat di sana, ya paus itu berpindah menyesuaikan perubahan iklim, kan berdampak ke makanannya, airnya juga,” papar Amiruddin.

Ia menambahkan, paus-paus tersebut melewati Kepulauan Banyak sekitar bulan Maret dan April. Namun, tentu saja tidak dapat diprediksi tanggal atau harinya, karena perubahan iklim tidak menentu.

Untuk jenis paus apa, pihaknya masih belum bisa memastikan, karena masih dalam pemantauan dan pengembangan daerah wisata.

Menurut Amiruddin, Kepulauan Banyak yang berseberangan dengan Pulau Simeulue dan Pulau Nias akan menjadi fokus pengembangan pariwisata Aceh selanjutnya. Pengembangan pun akan dimulai tahun ini hingga tahun 2017 mendatang.

“Akan dikembangkan lebih lanjut melaui program ‘pembangunan pulau terdepan’, yang sudah ada juga anggarannya. Mencakup Pulau SImeulue serta gugusan 99 Kepulauan Banyak,” ujar Amiruddin.(Kompas)

Ilustrasi
Banda Aceh - Keberadaan fasilitas publik di Kota Banda Aceh belum ramah bagi penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus. Mereka belum sepenuhnya bisa menikmati fasilitas umum dan sosial yang ada, karena tak tersedianya aksesibilitas.

Contoh kecil adalah Masjid Raya Baiturrahman yang berada di tengah kota. Masjid yang menjadi ikon Aceh ini masih sulit diakses disabilitas khususnya bagi pengguna kursi roda dan tuna netra, karena tak ada jalur khusus untuk mereka masuk ke dalam masjid.

“Apakah masjid ini hanya dibangun untuk orang yang punya fisik sempurna saja? Jadi ini perlu diperhatikan oleh pemerintah,” kata Syarifuddin, perwakilan Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA) di Banda Aceh, Jumat (29/1/2016).

Menurutnya, fasilitas publik di Banda Aceh masih banyak yang belum menyediakan aksesibilitas yang layak bagi disabilitas. Hal ini dibuktikan dari riset dilakukan FKMBKA bersama Lembaga Riset Natural Aceh, terhadap 81 fasilitas publik di Banda Aceh sepanjang Agustus-November 2015.

Dalam penelitian ini diketahui secara umum ketersediaan elemen aksesibilitas fasilitas publik bagi disabilitas di Ibu Kota Provinsi Aceh itu hanya 37,7 persen. Bahkan rumah sakit yang merupakan fasilitas umum paling dibutuhkan penyandang disabilitas, baru 51,28 persen memenuhi elemen aksesibilitas. Begitu juga dengan klinik dan apotek ketersediaan aksesiblitasnya hanya 44,86 persen.

Elemen aksesibilitas yang sudah tersedia bagi disabilitas pada fasilitas publik selama ini, dinilai juga penting diperhatikan standarnya karena masih ada yang belum bisa dinikmati maksimal oleh penyandang disabilitas.

Mereka juga mengeluhkan diskriminasi pelayanan terhadap tuna netra di Bank Aceh, yang selalu meminta fotocopy KTP saat melakukan penarikan uang di teller.

Warga disabilitas juga memprotes sulitnya mendapatkan kartu BPJS, terutama bagi mereka yang tinggal di luar Kota Banda Aceh. Hal ini karena adanya prosedur bertingkat dan antrian panjang yang juga berlaku bagi mereka.

“Akhirnya banyak penyandang disabilitas yang seharusnya menjadi target dari program ini, harus menjadi pasien umum dan membayar untuk memperoleh akses kesehatan di Aceh,” tukas Syarifuddin.

Syarifuddin bersama rekannya Zainal Abidin Suarja selaku wakil FKMBKA dan Lembaga Riset Natural Aceh, sudah menyampaikan secara resmi keluhan mereka dan hasil risetnya kepada Ombudsman RI Perwakilan Aceh.

Kepala Kantor Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Taqwaddin Husin berjanji menindaklanjuti laporan dan hasil riset ini, setelah melakukan verifikasi dan evaluasi.

“Evaluasi tersebut terkait hak masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik termasuk untuk penyandang disabilitas sesuai yang diamanahkan Undang-Undang 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,” ungkap Husin.(OKZ)

StatusAceh.Net - Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kualasimpang menjatuhkan vonis terhadap 12 terdakwa perbuatan tidak menyenangkan dalam sengeketa lahan PT Rapala,  Kamis (28/1/2016). Persidangan itu sempat didemo warga yang meminta ke-12 warga itu dibebaskan dari segala dakwaan.

Sebelum sidang dimulai, ratusan pendemo berorasi di beberapa lokasi, di antaranya di Kantor Pengadilan Negeri Kualasimpang, Jalan Medan-Banda Aceh, Kantor Bupati Aceh Tamiang, dan DPRK Aceh Tamiang.

Para pendemo yang didominasi kaum ibu tersebut diketahui berasal dari Kampung Paya Rehat, Tengku Tinggi, Tanjung Lipat Satu dan Tanjung Lipat Dua, Kecamatan Bendahara dan Banda Mulia.

Saat persidangan berlangsung, ratusan warga tersebut ikut mendengarkan pembacaan vonis yang yang disampaikan Hakim Ketua Hakim Ketua Zulfikar SH MH, didampingi  Hasnul Tambunan SH dan M Arif Kurniawan SH.

Dalam persidangan yang digelar dua tahap tersebut, Majelis Hakim memutuskan terdakwa Ok Sanusi bin Ok Jamil, Ngadiman Bin Marlias, M Nur bin Abdul Raja, Rusli bin Yunus, Zainuddin bin Usman, Muhammad MS bin Husein, Muslim bin Basri, Zainuddin bin Husen, Basri bin Johan, Zulkifli bin Abdul Raja, dan Salihin bin Wiraji masing-masing divonis 22 bulan kurungan penjara dipotong masa tahanan. Sedangkan Zulkifli bin Ali mendapat hukuman lebih ringan dari 11 temannya, dia hanya divonis 16 bulan kurungan penjara dipotong masa tahanan.

Vonis hakim tersebut lebih ringan delapan bulan dari tuntatan jaksa yang menuntut terdakwa selama dua tahun kurungan penjara. Begitu juga tujuh rekannya lebih ringan 4 bulan dari tuntutan jaksa.

Ratusan pendemo tak terima atas vonis tersebut. Mereka menilai, keputusan itu tidak tidak adil. Bahkan, ada yang berupayamenerobos masuk ke dalam ruangan sidang untuk menggagalkan vonis majelis hakim. Namun aksi tersebut dicegah pihak kepolisian yang disiagakan untuk mengamankan persidangan.

Massa yang tak puas atas keputusan hakim tersebut, melanjutkan orasi di depan Kantor Pengadilan Negeri Kualasimpang. “Putusan itu tak memihak kepada rakyat, melainkan berpihak kepada perusahaan,” sebut  Haprizal Roji SSos, koordinator aksi dalam orasinya.(pikiranmerdeka.co)

Aceh Utara - Yayasan Forum Komunikasi Alumni Lhokseumawe (FOKAL) yang di bantu oleh tim Jibran Auto Club (Clob Motor) menyumbang sekitar 650 buku untuk Perpustakaan di beberapa sekolah yang ada di Provinsi Aceh.

Amatan Reporter StatusAceh.Net Jum'at, 29 Januari 2016, sumbangan buku tersebut dimulai dari SMPN Kota Lhokeumawe dan selanjutnya menuju ke MAN Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.

Ketua Harian Yayasan FOKAL yang berpusat di Jakarta Sayed Rulam Fauzi, mengatakan acara penyerahan buku akan dilaksanakan dua hari dan rencananya besok (30/01) akan menuju beberapa sekolah di Pidie Jaya dan Pidie.

"InsyaAllah, besok kami bersama tim FOKAL akan menuju Pidie Jaya dan Pidie untuk meninjau sekolah yang pembangunannya asih tertinggal untuk menyumbang beberapa buku untuk bahan bacaan Siswa,"tuturnya.

Menurutnya, Hasil pembelian ratusan buku tersebut adalah sumbangan dari Tim Fokal yang merupakan acara tahunan di adakan khusus untuk meninjau dan membantu sekolah-sekolah yang kurang perhatian pemerintah di bidang pembangunan dan juga ketersediaan buku di perpustakaan sekolah.

Agenda yang bertema "Sejuta Buku Untuk Aceh" tersebut merupakan tahap yang VII (Tujuh) yang dilaksanakan pada tahun 2016. dan harapannya agar para pelajar bisa memamfaatkan buku yang telah disumbangkan untuk bahan bacaan dan juga sebagai modal untuk menambahkan ilmu dan pengetahuaannya di tingkat pendidikan sekolah yang sekarang mereka duduki untuk menuju tingkat pendidikan selanjutanya.

"Saya harap buku yang kami sumbangkan bisa dimamfaatkan dengan baik, karena buku adalah jendela dunia,"ungkap Sayed Rulam Fauzi.

Wakil Ketua Fokal Meries Erruwati M, Lutcf juga menambahkan, jika sumbangan buku tersebut tidak ada kepentingan apapun, dan buku yang dibeli itu dari sumbangan Tim FOKAL yang bertujuan untuk mewakafkan kepada sekolah-sekolah yang masih tertinggal disegi ketersediaan buku.

"Buku ini dibeli dari modal kami sendiri dan tidak ada kepentingan apapun, moga siswa tertarik membaca buku yang telah kami sumbangkan ini,"ulas Meries Erruwati.

Sumbangan buku tersebut juga di bantu oleh rakan-rakan Lhokseumawe yaitu M.Nur, Ryan Fahlevy, Teuku Muhammad Hafiz dan juga kawan-kawannya yang lain.

Sementara Kepala MAN Krueng Geukueh Drs Sulaiman melalui wakilnya Husni S,Pdi mengucapkan ribuan terima kasih atas kunjungan dan juga sumbangan buku yang telah diberikan oleh Yayasan FOKAL, dan moga menjadi motivator dan modal penambahan ilmu bagi siswa di sekolahnya.

"kami sangat berterima kasih atas sumbangan buku dari Yayasan FOKAL dan juga telah datang kesolah untuk bersilaturahmi dengan kami dan siswa di MAN Krueng Geukueh,"pungkas Husni.

Reporter: Bustami.

Foto acara Yayasan FOKAL Subangkan Buku untuk Sekolah MAN Krueng Geukueh




Banda Aceh - Satria Maulana Putra dan Muhammad Fahrozi resmi dilantik sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) Unsyiah di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala oleh Sekretaris Jurusan (SekJur)  Manajemen FEB Unsyiah Fairuz Zabadi. Kamis, 28 januari 2016.

Pada pelantikan bersama seluruh organisasi mahasiswa di lingkup FEB Unsyiah turut hadir dalam pelantikan tersebut kapolresta Banda Aceh, Dandim, Alumni, serta perwakilan dari Rektorat.

Acara pelantikan bersama ini dimulai dari pelantikan BEM,DPM,UKM,HMJ, dan Forum-forum D3. Dalam sambutannya, SekJur berharap HMM kedepan semakin baik lagi dan menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan penuh dedikasi yang tinggi. "semoga kawan-kawan tetap ikhlas dan penuh dedikasi mengurus HMM, dan selalu kompak dari awal sampai akhir", ungkap Fairuz Zabadi.

Dalam kesempatan tersebut, Satria juga memohon doa restu dari seluruh mahasiswa Manajemen semua angkatan aktif untuk terus bersama-sama membangun HMM. " Tanggung jawab dan amanah yang besar ini tidak bisa saya kerjakan sendiri. Kita harus bersama-sama menjadi sebagai penggerak himpunan karenanya saya mengajak kawan-kawan untuk bersatu padu membangun himpunan ini. Tetap kompak dan terus memperkuat tali silaturahmi agar dapat tercapai visi-misi HMM Universitas Syiah Kuala yang lebih baik lagi kedepannya "tutup Satria. (Rill)

Banda Aceh - Jeki Basri (4), Balita penderita tumor ganas asal Suka Makmur, Kabupaten Singkil akhirnya meninggal dunia pasca menjalani operasi. Penderita maxilla cimistra di bagian mulut itu menghembuskan nafas terakhir beberapa saat sebelum Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah tiba untuk menjenguknya di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS), Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Kamis (28/1).

Gubernur Aceh didampingi Wakil Direktur Pelayanan RSDZA, Dr. dr. Azaharuddin, Sp.Ot. K-Spine, menjenguk jenazah korban bersama orangtuanya, Mariah dan Maiman yang sudah berada di Rumah Sakit sejak Rabu (27/1).

Sebelumnya pasien asal Desa Trans Laecikala, Kecamatan Suro Baru, Aceh Singkil telah mendapatkan perawatan kemoterapi pada 14 Januari lalu.

Gubernur nama Pemerintah Aceh menyampaikan rasa turut berduka cita atas meninggal Jeki Basri dan berjanji akan menanggung semua biaya untuk perawatan dan pemulangan jenazah bocah tersebut.

“Seyogyanya kita punya ambulans udara, karena ada kendala dengan izin kita akan pulangkan korban dengan menggunakan jalan darat dan laut,” kata Gubernur.

Gubernur menjelaskan tumor yang dialami oleh Jeki Basri adalah termasuk tumor ganas yang harus mendapat penanangan khusus dari awal.

“Mungkin karena lokasinya di Singkil dan fasilitas terbatas sehingga proses penanganan korban menjadi telat. Karena ini tumor ganas, jadi penyakit ini cepat menjalar ke tempat lain sehingga kondisinya tidak dapat tertolong,” katanya.

Tim dokter di RSDZA menurut Gubernur sudah menjalankan tugasnya dalam menangani pasien tersebut sesuai standar yang berlaku.

Namun kata Gubernur, kondisi tumor pasien yang sudah menjalar ke paru-paru, tulang rahang, dan bawah mata pasien membuat adanya perubahan struktur tulang dari proses tumor ganas tersebut.

“Tim dokter kemudian berusaha melakukan pertolongan emergency dan berbagai upaya lainnya seperti terapi kemo dan bantuan pernafasan kepada pasien, tetapi tumornya memang terlalu ganas sehingga cepat menyebar ke bagian lain,” terang Gubernur.

Dalam kunjungan tersebut Gubernur menegaskan bahawa semua pasien di Aceh menjadi prioritas pemerintah, apalagi pasien anak-anak. “Kita senantiasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada warga Aceh, bahkan secara cuma-cuma, dan sebesar apapun biayanya pemerintah akan berupaya membantu,” ujarnya.(Red)

Faisal Sulaiman Sang Gembong Narkoba

Banda Aceh Penyuluhan Hukum Serentak (Luhkumtak) yang dilaksanakan secara serentak oleh jajaran kemenkumham kemarin Kamis (28/1) baik oleh LP maupun Rutan seluruh aceh dinodai dengan tidak beradanya sejumlah napi gembong narkoba didalam  LP Kelas IIA Banda Aceh

Informasi yang diterima oleh Reporter dari kalangan narapidana didalam LP Lambaro Banda Aceh, Jika mulai kemarin sore Rabu (27/1) napi  Faisal Sulaiman gembong narkoba tidak lagi terlihat berada didala  LP tersebut bersama napi lainnya seperti Gunawan,Fauzi Nurdin dan lainnya.

Salahsatu napi didalam lapas tersebut membeberkan jika napi faisal sedang berada di bireun bersama tamunya yang juga rekannya yang datang dari jakarta.

" Belum nampak didalam lapas,masih dibireun dia,Saya dengar ada tamunya yakni kawannya yang datang dari jakarta,jadi dia pergi bawa jalan-jalan ke bireun,lhokseumawe sampai ke medan" beber napi tersebut.

Juga dari beberapa napi lainnya yang berhasil dihubungi oleh Reporter menyatakan jika napi gembong narkoba yang juga pindahan dari LP Cipinang tersebut menyebutkan jika napi faisal dan napi gembong narkoba lainnya sampai detik ini belum juga terlihat didalam LP Banda Aceh serta selama ini bebas keluar masuk lapas sesuai keinginannya.

Kakanwilkumham Aceh Suwandi SH.MH yang dikonfirmasi melalui handphone selulernya mengatakan jika dirinya sedang berada dijakarta membezuk salahsatua keluarga yang dirawat dirumahsakit dan menyarankan untuk menghubungi Plh Kakanwilkum Zulkifli yang tidak lain adalah Kepala Divisi Administrasi.


Reporter: Azhar

Kepala SMAN 1 Sawang Drs.Zulkiram
             
Aceh Utara- Dalam rangka memeriahkan hari Lahirnya Baginda Nabi besar Muhammad SAW, SMA Negeri I Sawang melaksanakan Maulid Akbar  yang di pusatkan dikomplek SMAN1 Sawang.

Acara yang dimulai sekitar Pukul 10:30 WIB dihadiri seluruh guru dan siswa, turut dihadiri oleh  Muspika,KNPI, Kepala Sekolah mulai dari SD, SMP SMA sederajat, dan beberapa Ormas yang ada di kecamatan Sawang.

Drs.Zulkiram selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Sawang didalam kata sambutannya didepan para tamu undangan dan para siswa yang hadir menyampaikan beberapa arahan dan pesan kepada seluruh siswa dan guru di SMAN 1 Sawang

" Dengan momentum memperingati Maulid Nabi besar ini hendaknya para siswa untuk mengenang jasa Nabi besar Muhammad SAW dalam bersusah payah memperjuangkan Agama Islam,sehingga menjadi Rahmatan lil'alamin bagi seluruh umat didunia",ujar Zulkiram

Murid dan Guru Mendengarkan Tausiah

Acara yang sponsori oleh OSIS SMAN1 Sawang tersebut turut menghadirkan penceramah sebagai pemberi Tausiah  sebagai mana maulid- maulid sebelumnya, dan untuk kali ini Teungku Mus Musliadi yang berasal dari Bayu Aceh Utara.

Dalam tausiahnya tengku musliadi berpesan  kepada seluruh siswa, supaya jangan kalah bersaing dengan sekolah-sekolah dikota walaupun SMA Sawang berada di pelosok.

Lanjutnya,karena orang- orang hebat banyak dilahirkan dari daerah pedalaman, tutur Mus musliadi, memberikan semangat kepada siswa.

Usai acara tausiah pihak panitia mempersilahkan para undangan bersama siswa dan para guru untuk mencicipi makanan kenduri bersama yang telah disiapkan oleh Panitia.



Reporter: Junaidi Spdi

Asisten III Sekretariat Daerah Aceh, Syahrul SE, M.Si yang mewakili gubernur menyaksikan prosesi pelantikan pengurus daerah Asosiasi Tenaga Teknik Ahli dan Terampil Indonesia (Asttatindo) di Sultan Selim, Banda Aceh, Kamis 28 Januari 2016.
Banda Aceh – Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah, mengharapkan masyarakat Aceh harus mempunyai sertifikasi Asean agar mampu bersaing di tingkat Asean. Hal tersebut untuk menyongsong perberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal tersebut dikatakan Gubernur Zaini dalam sambutan yang dibacakan Asisten III Setda Aceh, Syahrul Badruddin SE, M.Si saat Deklarasi dan Pengukuhan Pengurus DPD Asttatindo Provinsi Aceh, periode 2016-2021, di aula Sultan Selim II, Kamis (28/01).

Gubernur memandang, Asttatindo punya peran penting dalam pembangunan di Aceh. Yaitu melatih dan menghadirkan tenaga ahli dan terampil serta bersertifikasi dalam bidang kontruksi. Dengan adanya sertifikat tersebut, peluang insinyur dan arsitek Indonesia, khususnya Aceh akan lebih terbuka untuk bersaing di Negara-negara Asean. “Kita butuh kesiapan SDM yang handal,” ujar Syahrul.

Aktivitas pembangunan di Aceh saat ini pun, kata Syahrul cukup tinggi. Sebagai asosiasi yang melatih tenaga ahli di bidang kontruksi, Asttatindo diharapkan bisa melatih masyarakat Aceh sehingga mempunyai sertifikasi yang bahkan diakui hingga di tingkat Asean. “Akan sangat bermanfaat jika proyek-proyek di Aceh dikerjakan oleh putra-putri Aceh yang memiliki keahlian dan ketrampilan di bidang kontruksi,” kata Syahrul. 

Pemerintah Aceh, membuka diri kepada asosiasi-asosiasi yang mau bekerjasama membina anak muda. Apalagi, saat ini pemerintah sedang menggalakkan aktivitas di Balai Latihan Kerja untuk melatih para remaja agar memiliki keahlian, khususnya pada bidang konstruksi. Keberadaan Asttatindo diharapkan dapat memperkuat program tersebut, sehingga banyak pekerja terampil dan Aceh tak perlu lagi mendatangkan pekerja dari luar.

“Kita berharap pengurus yang dilantik ini bisa bekerja maksimal sehingga upaya peningkatkan pekerja kontruksi Aceh jadi tambah baik,” ujar Syahrul.

Iskandar Mahmud, Ketua DPD  Asttatindo menyampaikan, keberadaan asosiasi yang kini ia pimpin itu sudah terlihat manfaatnya. Hingga kini, bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), Asttatindo  sudah mengeluarkan lebih dari 700 sertifikat keahlian kepada para pemuda dan pemudi di Provinsi Aceh. “Ke depan, kita akan melakukan kerjasama antar asosiasi agar bisa melakukan pelatihan dengan tenaga ahli di tingkat Asean,” kata Iskandar usai dilantik.

Indonesia, kata Iskandar, memang masih kekurangan tenaga ahli yang bersertifikasi. Hanya ada 290 orang tenaga ahli yang bersertifikat Asean. Sementara yang memegang sertifikat arsitek Asean hanya 53 orang. Cukup sedikit jika dibandingkan dengan Singapura, yang luas wilayahnya hanya sebesar Jakarta. Singapura tercatat punya tenaga ahli bersertifikasi Asean sebanyak 218 orang.

“Kelemahan kita di sisi bahasa. Banyak modul dengan bahasa inggris,” kata Iskandar menjelaskan salah satu alasan kurangnya tenaga ahli bersertifikasi Asean di Indonesia. Ia menambahkan, dengan memperbanyak pelatihan, Aceh juga bisa mengambil peran bekerja di bidang konstruksi hingga ke Negara-negara Asean.
"MEA sudah di depan mata. Aceh sudah mengirimkan tenaga ahli untuk mengikuti pelatihan sertifikasi Asean atas undangan Gapeksindo. Semoga utusan Aceh bisa lulus, sehingga kita punya tenaga ahli di tingkat asean,” kata Iskandar.

Pengukuhan Pengurus DPD Asttatindo Provinsi Aceh, dilantik oleh  I Nyoman Suparto Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asttatindo. Pelantikan pengurus periode 2016-2021 ini dimulai dengan penyematan helm secara simbolis oleh I Nyoman dan juga pembacaan sumpah bakti serta penyerahan bendera pataka Asttakindo oleh ketua DPP kepada ketua DPD terpilih.

Dalam sambutannya, I Nyoman menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan subur, tapi hasilnya dikeruk pihak luar. MEA, katanya menguntungkan Negara lain. “Kita punya Negara besar, kaya dan subur. Pihak luar akan berbondong-bondong dating kemari, mereka tahu kelemahan kita. Karena itu, mari persiapkan diri untuk menyongsong MEA. Jangan lagi lahan kita diambil orang,” katanya. 

Ir. Suwardi, ketua LPJK Provinsi Aceh menyebutkan, pelantikan pengurus daerah Asttatindo merupakan awal yang baik dalam pembentukan kader untuk mendidik dan membina tenaga ahli dan terampil di Aceh. “Jadi para pekerja nantinya bisa lebih professional, mandiri dan tangguh,” katanya. “Sebuah langkah maju yang dilakukan Asttatindo hari ini,” lanjutnya lagi.

Latih Tenaga Honor dan Kontrak

Menanggapi banyaknya tenaga honor dan kontrak di provinsi Aceh, Ir Suwardi menyarakan untuk dibuat kerjasama antara LPJK dan pemerintah untuk memerikan pelatihan pengukuran kepada mereka, yang menerti  atau punya latar teknis . “Kita buat program, mari bekerjasama membangun Aceh,” katanya
Saat ini, kata Suwardi,  pemerintah dan para kontraktor sangat membutuhkan tenaga ahli yang paham pengukuran. “Untuk tenaga honor dan kontrak, kami akan membuat peltihan pengukuran bagi mereka. Karena itu memang kebutuhan saat ini,” kaya Suwardi.
Menanggapi hal itu, Asisten III Setda Aceh, Syahrul Badruddin SE, M.Si, mengatakan menyambut baik usulan tersebut. “Usul yang sangat bagus. Kita akan bicara dengan dinas teknis terkait,” ujarnya. (humasaceh)


Mereka yang dilantik menjadi pengurus DPD  Asttatindo Provinsi Aceh
I.    Dewan Pengawas                : 1. Drs. Ibrahim Saleh, M.Si
  2. Ir. Kasai M. Ali
  3. H. Muntasir Hamid SH,MH
  4. Abdul Wahed Unoe
  5. Ir. Rajali Chik
II. Dewan Pengurus Harian   
Ketua : H. Iskandar Mahmud, SH
1.    Ketua Membidangi Arsitekur dan Sipil        : M. Iqbal, ST
2.    Ketua Membidangi Mekanikal dan Elektrikal    : Ismet Tanjung, ST, MT
3.    Ketua Membidangi Tata Lingkingan dan
Manajemen Pelaksanaan            : Bukhari Badak , SE.Ak
Sekretaris Umum                : ZUlfikar Sawang, SH
Sekretaris I                    : Safwan Nurdin, SE, M.Si
III.    Tim Verifikasi dan Validasi Awal
1.    Penanggung Jawab            : Dicky Arya
2.    Banding                : Samsul Rizal
3.    Ketua TVVA Daerah            : Dedet S
Verifikator                : 1. Saifan Nur, ST
                      2. Syauki Kasai
Validator                : 1. Syawaludin
                      2. Rika Fitri
Admin SIKI                : 1. Izmi Restia Faradila
                      2. Cut Yulia Fonna

Kedatangan 150 personel anggota TNI yang diangkut dengan 2 pesawat angkut militer TNI AU di Bandara Kasiguncu Poso, menggantikan personel TNI yang ditarik setelah 5 bulan bertugas dalam upaya perburuan kelompok Teroris Santoso di hutan pegunungan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (23/1). (VOA/Yoanes Litha)
Poso -  TNI, yang merupakan bagian dari Operasi Tinombala 2016, terus menghimbau masyarakat yang tinggal di sekitar hutan pegunungan untuk tidak memberi bantuan logistik kepada kelompok teroris Santoso. TNI menduga kelompok itu masih bertahan di hutan karena adanya pasokan bantuan.

TNI dan Brimob yang tergabung dalam Operasi Tinombala 2016 masih memburu kelompok Santoso di hutan pegunungan di Poso, Sulawesi Tengah, sambil membina desa-desa di sekitar kaki gunung di Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan serta Napu di Kecamatan Lore Timur. Komandan Komando Resort Militer 132 Tadulako Kolonel Infantri Syaiful Anwar kepada VOA di Mapolres Poso mengatakan dalam operasi teritorial itu petugas Babinsa dan TNI berulangkali menghimbau masyarakat untuk tidak membantu kelompok Santoso dalam bentuk apapun, khususnya bahan makanan. Ia menilai bila tidak ada lagi pasokan bahan makanan akan membuat kelompok Santoso itu kelaparan dan akhirnya menyerah.

"Dalam rangka membantu Polri dalam hal ini Polda untuk kelompok Santoso ini kita melaksanakan tugas teritorial suatu contoh misal Babinsa kami, Danramil kami yang berada di kampung kampung untuk menghimbau kepada masyarakat yang dalam tanda petik mungkin memberikan bantuan kepada kelompok yang di hutan sana, kita menghimbau bahwasanya bantuan mereka itu tidak usah diberikan karena dengan begitu Poso ini akan selalu rusuh kalau mereka tetap diberi bantuan," kata Syaiful.

Syaiful Anwar menilai kelompok Santoso selama bertahun-tahun bisa bertahan di hutan pegunungan karena masih adanya sebagian masyarakat yang memberi pasokan dan bahan makanan kepada mereka.

"Pasti, pasti ada bantuan, kalau tidak ada bantuan mereka mungkin sudah kelaparan dihutan sana, karena ada bantuan itulah mereka bisa bertahan terus di hutan, dan ini memang tugas kita untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk tidak memberikan bantuan," katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Operasi Daerah Tinombala 2016 Kombes Leo Bona Lubis, yang menekankan pentingnya kerjasama masyarakat untuk memberantas kelompok ini hingga ke akar-akarnya.

"Diharapkan masyarakat tidak membantu langsung maupun tidak langsung kelompok teroris Santoso dan jaringannya. Apalagi sebagai sponsor untuk mendukung kebutuhan kebutuhan mereka," kata Leo.

Hingga Rabu (27/1) Operasi Tinomba 2016 di Poso sudah memasuki hari ke 17. Aparat keamanan masih berupaya melacak keberadaan kelompok teroris Santoso di kawasan hutan pegunungan yang menjadi tempat persembunyian kelompok itu.(voaindonesia.com)

Ilustrasi
Lhoksukon - Burhanuddin nara pidana (napi) kasus narkotika ditangkap sipir dalam kamarnya di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Cabang Lhoksukon, Aceh Utara, Rabu (27/1/2016) sekitar pukul 20.30 WIB usai Nyabu (isap sabu-sabu).

Petugas mengamankan alat bong rakitan dan kaca pirex dalam kamar tersebut.

Burhanuddin warga Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, divonis empat tahun penjara dalam kasus SS di Pengadilan Negeri Lhoksukon, Aceh Utara.

"Burhanuddin ditangkap petugas usai memakai (nyabu). Lalu dia diserahkan ke Satuan Nakorba Polres Aceh Utara untuk proses selanjutnya" kata Kepala Rutan Lhoksukon Effendi kepada Serambinews.com, Kamis (28/1/2016).

Disebutkan, napi tersebut mengaku sudah ketergantungan dengan SS. Ia juga memakai narkotika tersebut bersama napi lain.

"Tapi kita belum tahu darimana ia mendapatkan barang tersebut. Padahal selama ini kita sudah memperketat pemeriksaan terhadap pengunjung," kata Effendi. (serambinews.com)

Teuku Saladin, Perwira Polisi yang Menjadi Negosiator dengan Kelompok Bersenjata di Aceh
TETAP PROSES HUKUM: T Saladin (kiri) bersama Nasrul Sulaiman alias Si Kleung saat jumpa pers di Mapolda Aceh. Habadayli.com
Menyerahnya Nasrul Sulaiman alias Si Kleung, anak buah Raja Rimba, salah satu kelompok bersenjata di Aceh, pekan lalu, sempat menyita perhatian publik Aceh, termasuk nasional. Si Kleung turun gunung bersama barang bukti sebuah granat nanas. Kenapa dia memutuskan untuk menyerah?
Menyerahnya Nasrul Sulaiman alias Si Kleung, anak buah Raja Rimba, salah satu kelompok bersenjata di Aceh, pekan lalu, sempat menyita perhatian publik Aceh, termasuk nasional. Si Kleung turun gunung bersama barang bukti sebuah granat nanas. Kenapa dia memutuskan untuk menyerah? - See more at: http://www.indopos.co.id/2016/01/teuku-saladin-perwira-polisi-yang-menjadi-negosiator-dengan-kelompok-bersenjata-di-aceh-1.html#sthash.zDYMK1tc.dpuf
KOMISARIS Besar Polisi (Kombespol) Teuku Saladin SH terlihat tengah berbincang melalui HP dengan seseorang. Meski masalah yang dibahas terdengar serius, Kabid Humas Polda Aceh itu berusaha tetap santai. Kesan itu juga terlihat dengan pakaian yang digunakan perwira menengah polisi itu, yaitu kaos oblong berwarna merah maron dipadu celana jeans hitam.

“Coba upayakan Raja Rimba dan anak buahnya turun (gunung/menyerah). Kita akan perlakukan mereka dengan baik. Pemerintah sudah beritikad baik,” kata Saladin kepada orang di seberang. Tak jelas apa jawaban dari seberang, lalu Saladin kembali berujar, ”Saya gak mau melakukan kontak dengan beliau (Raja Rimba, red) sebelum A1,” kata Saladin lagi.

Tak lama setelah itu pembicaraan lewat ponsel itu berhenti. “Itu tadi Si Kleung. Anak buah Raja Rimba yang sudah menyerahkan diri. Saya minta bantuannya  untuk melakukan pendekatan dengan Raja Rimba agar juga mau menyerahkan diri. Kalau tidak, kita (polisi, red) akan terus memburu mereka,” kata Saladin kepada Indopos.

Perbincangan ini terjadi di sebuah cafe di Sarinah, Jakarta Pusat, kemarin (27/1). Sarinah mengingatkan Saladin tentang peristiwa teror berdarah yang menewaskan 8 orang dan dua puluhan orang luka-luka, yang terjadi 14 Januari lalu. “Sehari sebelum kejadian itu saya juga lagi ngobrol disini,” kata Saladin sambil melihat pos polisi yang jadi sasaran bom.

Saladin kemudian kembali ke topik. Setelah berhasil menaklukkan Si Kleung, kini dia memang tengah mengupayakan Raja Rimba dan 2 anggotanya yang belum menyerah mau turun gunung. Raja Rimba dkk masuk daftar pencarian orang (DPO) Polda Aceh karena telah melakukan serangkaian aksi kriminal bersenjata, mulai dari penculikan, pemerasan dan pembakaran truk.

“Ada tiga kasus yang dilaporkan melibatkan kelompok ini,” kata Alumnus Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus (Untag), Semarang itu.

Sebenarnya, pekan kedua Oktober 2015 lalu, Raja Rimba alias Bahrum pernah ingin menyerah. Ketika itu Saladin sempat berada sepekan di Aceh Timur melakukan negosiasi dengan kelompok bersenjata tersebut. Negosiasi melibatkan LSM dan tokoh desa setempat. Raja Rimba dan dua anggotanya bersedia menyerahkan diri berikut dua pucuk senjata (satu laras panjang, satu laras pendek).

Tapi, negosiasi yang berlangsung alot itu pun akhirnya deadlock. Rencana penyerahan diri batal. “Salah satu syarat yang diajukan tak bisa kita terima. Yaitu, agar dia (Raja Rimba) tidak diproses secara hukum. Ia belum siap berada di balik jeruji besi. Itu kan tidak mungkin,” kata mantan Kapolres Kabupaten Bireuen itu. Raja Rimba dengan anak buahnya pun kembali ke gunung.

Tapi, rencana Raja Rimba yang ingin turun gunung sudah tersebar luas dan sampai ke telinga Si Kleung. Lewat kontak-kontak LSM dan seorang tokoh sebuah desa di Aceh Timur, anak muda berusia 30 tahun itu akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri. Saladin pun kembali dihubungi dan dipercaya sebagai utusan kepolisian dalam negosiasi tersebut.

Saat itu, Saladin kebetulan sedang ada urusan dinas di Jakarta. Sebab itu, dia mengusulkan agar penjemputan dilakukan oleh staf Polda Aceh lainnya. Namun, usulan itu ditolak oleh Si Kleung. Saladin lalu mengusulkan menyerah ke Polres Aceh Timur, tapi tetap ditolak. Lalu, Saladin mengatakan penyerahan diri ditunda dan dilakukan setelah dirinya kembali ke Aceh.

“Sebenarnya dia (Si Kleung) sudah mau menyerah dua minggu sebelumnya,” kata polisi yang mengawali karirnya di Polda Jawa Tengah itu.

Sehari setiba di Aceh, Jumat (15/1) petang, Saladin bersama seorang staf Humas Polda Aceh bergerak ke Aceh Timur. Perjalanan darat menghabiskan waktu semalaman. Esok paginya, Sabtu (16/1) sekitar pukul 09.00 WIB, mobil yang dikendarai Saladin dan seorang anak buahnya tiba di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.

Lokasi desa itu jauh di pedalalaman. Jarak dari jalan provinsi sekitar 40 km. Saladin dan seorang anak buahnya datang hanya berbekal senjata laras pendek. “Saya tak takut. Kami bertemu di rumah seorang tokoh desa setempat,” kata Saladin. Selain Si Kleung, di rumah itu ada sejumlah tokoh warga dan aktivis LSM

Setelah itu, Saladin dan rombongan bergerak ke rumah orangtua Si Kleung. Mereka akan mengambil barang bukti sebuah granat nanas yang disimpan di sebuah lesung dekat rumah sekaligus pamit dengan orang tua Si Kleung. Lantaran granatnya sudah berkarat Saladin meminta bantuan Tim Penjinak Bom (Jibom) Polres Aceh Timur. 7 anggota Jibom lalu mendatangi lokasi dan mengamankan barang bukti.

“Orangtua Si Kleung menangis sambil memeluk-meluk saya. Beliau menitipkan anaknya kepada saya dan minta diperlakukan dengan baik,” ujar Saladin yang juga ikut terharu.

Setelah prosesi penyerahan diri selesai, sorenya, Saladin membawa Kleung ke Banda Aceh, tujuan Mapolda Aceh. Ikut bersama rombongan adalah abang ipar Si Kleung, kakak kandungnya, anggota LSM dan Keuchik (Kepala Desa) Beurandang M Ali. Namun, setiba di Bireuen, pukul 20.00 WIB, Saladin singgah di rumah keluarganya di Desa Pulo Kiton. Mereka makan malam bersama. Saat itu, keluarganya yang curiga sempat bertanya siapa yang dibawanya tersebut. Saladin hanya menjawab kalau mereka itu temannya.

Usai makan malam, pukul 21.00 WIB, mereka bergerak lagi. Setiba di Banda Aceh sudah tengah malam, sekitar pukul 24.00 WIB. Saladin membawa Kleung dan rombongan menginap di rumah dinasnya.

Esok paginya, saat sarapan bersama sejumlah awak media, sang istri Linda Rismauli Manalu sempat bertanya siapa Kleung. Saladin menjawab kalau pria yang bersama itu adalah seorang wartawan di Aceh Timur. “Media apa,” tanya sang istri lagi. “Boh Itek.com,” jawab Saladin sambil menahan tawa. Itu sebuah jawaban yang lucu dan kata-kata itu sering digunakan sebagai lelucon. Boh Itek dalam bahasa Aceh berarti Telur Bebek. Tapi, lantaran sang istri tak paham bahasa Aceh, jadi cuma bisa manggut-manggut.

Usai sarapan Saladin membawa Kleung ke Mapolda Aceh. Sebelum jumpa pers, Saladin mempertemukannya dengan Kapolda Aceh Irjen Pol Husein Hamidi. Sebelum dibawa kembali ke Polres Aceh Timur, lantaran TKP-nya disana, Kleung sempat tidur selama 4 hari rumah Saladin. Si Kleung kemudian diserahkan ke Kapolres Aceh Timur AKBP Hendri Budiman.

Ketika ditanya kenapa dirinya dipercaya sebagai perantara, Saladin hanya tertawa. “Mungkin mereka telah mengetahui track record saya,” kata mantan Kanit Satuan Keamanan Negara (Kamneg) Ditserse Polda Metro itu.

Si Kleung kini berstatus tahanan kota Polres Aceh Timur. Polisi setempat tengah melakukan pemberkasan kasusnya. Lelaki lajang ini diduga terlibat dalam kasus penculikan Marcom Primrose, seorang warga Scotlandia yang bekerja sebagai staf di PT Medco pada Juni 2013.

“Saya sebenarnya tidak tahu menahu soal penculikan itu. Korban memang sempat diserahkan kepada saya, tapi sehari kemudian saya lepaskan,” kata Si Kleung saat dikonfirmasi Indopos.

Setelah itu, Kleung mengaku langsung memisahkan diri dari kelompok Raja Rimba sampai akhirnya turun gunung.  “Saya menyerahkan diri atas kesadaran sendiri. Tak ada paksaan dari siapapun,” ujarnya lagi.(indopos.co.id)

StatusAceh.Net  - Seorang pria bernama JK, memberikan kesaksian yang mengejutkan terkait aktivitas kelompok eks Gerakan Fajar Nusantara di Kalimantan.

Ia mengaku, jika kelompok yang mengasingkan diri tersebut berencana akan membeli senjata dari hasil kebun yang kini sudah digarap oleh eks pengikut Gafatar di Kalimantan.

JK, merupakan warga Gorontalo. Ia sempat menjadi pengikut Gafatar dan tinggal bersama pengikut lainnya di Desa Kampung Mendung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual minuman keliling ini mengaku anggota Gafatar yang bermukim bersamanya di Kalimantan Timur diperkirakan sudah mencapai 6.000 orang.

Kala itu, ia dibujuk oleh anggota Gafatar di Gorontalo. JK diiming-imingi akan disediakan tempat tinggal dan lahan untuk berkebun. Bahkan ia sempat juga dijanjikan akan dijadikan pemimpin serta mendapatkan honor.

"Karena itu awal Januari 2015, saya berangkat bersama 20 orang asal Gorontalo ke desa tempat permukiman Gafatar di Kalimantan Timur," kata JK, Rabu 27 Januari 2016.

Namun, sesampainya di lokasi. JK mulai merasa janggal dengan ajaran yang diajarkan kepadanya. Seluruhnya menurut JK bertentangan dengan agama yang dianutnya yakni Islam. "Saya bahkan beberapa kali memprotes ajaran mereka. Tapi tidak digubris," kata JK.

Beli Senjata

Puncaknya, JK semakin tidak tahan ketika muncul arahan dari kelompok Gafatar untuk beraktivitas militer. Mereka diharuskan berkebun dengan tujuan untuk ditabung guna membeli senjata.

"Nanti semua orang akan dilatih militer untuk melawan orang-orang yang bertentangan dengan ajaran Gafatar. Begitu mereka menanamkan," kata JK.

Hingga kemudian di akhir Desember 2015. Kekesalan JK pun semakin memuncak. Seluruh janji yang pernah disampaikan kepadanya pada awal masuk semuanya sirna. Ditambah lagi dengan kejanggalan semua rencana kelompok Gafatar.

Karena itu, JK bersama istri dan anaknya pun memutuskan untuk melarikan diri dari kampung itu. "Selama dua hari saya berjalan kaki meninggalkan kampung untuk sampai ke Mapolsek Muaralawa dan meminta dijemput keluarga," kata JK.

Kini, pengakuan JK, sejak keputusannya melarikan diri dari kampung Gafatar di Kalimantan Timur. JK mengaku kerap mendapat ancaman dari anggota Gafatar yang masih aktif.

"Mereka masih sering mengancam. Tapi saya sudah tidak peduli. Saya ingin hidup normal," katanya.(Viva)

Warga Berjaga-jaga Di Dekat Jembatan Sawang  

Aceh Utara- Jembatan Rangka Baja Sawang terancam ambruk,Hujan yang sempat mengguyur kecamatan sawang sejak sore menjadikan debit air sungai sawang bertambah,Rabu (27/1).


Beberapa penahan jembatan yang berada dibawah tiang jembatan telah hancur dihantam arus sungai yang sangat deras.

Dari amatan Reporter dilapangan,tampak ketinggian air mencapai sekira 5 meter dari permukaan.

Puluhan warga memadati jembatan rangka baja sawang yang menghubungkan sejumlah desa dengan ibukota kecamatan sawang, tampak warga desa setempat mulai melakukan antisipasi meluapnya air sungai sawang.

Dari amatan,sejak pukul 21:30 WIB terlihat sejumlah warga terlihat berjaga-jaga dipinggiran jembatan untuk membantu para warga yang masih melintasi jembatan tersebut.

Munzir warga kubu yang menjalankan usaha warung kopi tidak jauh dengan sungai dan jembatan sawang mengatakan jika dirinya merasa was-was dengan meningkatnya air sungai sawang saat ini.

" Saya was-was juga jika airnya terus bertambah takutnya warung saya juga bisa dibawa oleh arus sungai" ujarnya.

Hingga berita ini dilansir kondisi air sungai sawang semakin meninggi dan arus air sangat deras dan pukuluhan warga dari sejumlah desa masih menyaksikan satu persatu bahagian dari jembatan dibawa arus sungai.


Reporter: Junaidi Spdi
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.