|
Wagub Aceh Muzakir Manaf |
Subulussalam - Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf meminta masyarakat untuk meningkatkan kesiapan siagaan bencana.
Hal tersebut dikatakan Wagub yang akrab disapa Mualem di hadapan unsur pemerintah dan tokoh masyarakat, dalam Silaturrahmi dan Temu Ramah di Aula Hermes One Hotel,Subulussalam,Jumat, (05/02).
“Kami harap agar masyarakat senantiasa meningkatkan kesiagaan pada bencana, apalagi melihat cuaca yang akhir-akhir ini tidak menentu,” kata Muallem.
Kepada pemerintah terkait, Mualem meminta untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kemungkinan bencana.
Mualem juga mengajak masyarakat untuk melestarikan alam sebagai warisan anak cucu sekaligus untuk mengantisipasi bencana di masa depan.
Terkait banjir yang terjadi pekan lalu di Subulussalamdan Aceh Singkil, Mualem mengintruksikan dinas terkait untuk menanggulangi hal itu. “Kita akan bangun kanal dan normalisasi sungai yang menghubungkan Aceh Tenggara dan Subulussalam.,” ujar Mualem.
Dalam waktu bersamaan, wagub juga meminta semua unsur masyarakat untuk bersatu dalam memajukan Aceh. "Bersama InsyaAllah kita bisa membangun Aceh. Mari perkuat persaudaraan dan kekompakan untuk pembangunan Aceh yang lebihbaik."
Subulussalam dan Singkil disebuts ebagai salah satu pintu gerbang masuknya islam ke Aceh. Di mana daerah inilah yang melahirkan ulama yang mendunia. Namun, kini Aceh umumnya dirasuki oleh ajaran sesat, yaitu Gafatar.
Suatuhal yang disayangkan Pemerintah Aceh. Organisasi berkedok sosial itu, kata Muallem, erat kaitannya dengan Millatan Abraham, yang beberap waktu lalu telah dinyatakan sesat oleh MPU Aceh.
"Mari kita lawan upaya pendangkalan akidah ini dengan meningkatkan pembinaan akidah pada diri dan keluarga kita," kata Muallem.
Ia meminta masyarakat untuk melapor jika melihat praktek keagamaan yang menyimpang. "Jangan main hakim sendiri. Kita negara hukum," kata Muallem mengingatkan.
Kepada jajaran pemerintah terkait, Malem meminta untuk mengambil langkah cepat untuk menangani upaya pendangkalan akidah tersebut. "Mudah-mudahan dengan upaya dan kesadaran kita bersama, kita dapat memberantas geraka nmusuh-musuh Islam ini," harapnya.
Secara khusus, wagub atas nama Pemerintah Aceh meminta pemerintah Kabupaten/Kota untuk fokus pembangunan selain infrastuktu runtuk mengurangi angka kemiskinan di Aceh.
Hal itu ditegaskan Wagub menanggapi keluhan masyarakat atas tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Kota Subulussalam. “Tanah di sini tidak adalagi. Sudah diambil semua oleh orang luar. Ini menjadi bom waktu bagi masyarakat,” ujar masyarakat.
Menanggapi hal itu, Wagub menyebutkan akan mengevaluasi perizinan perusahaan yang beroperasi di Subulussalam. “Kita akan panggil semua pengusaha. Kalau perusahaan tidak ada HGU (HakGuna Usaha) akan kita tarik. Jika ada yang sudah ada HGU, sesuai dengan instruksi pemerintah 30% plasma untuk masyarakat,” kata Wagub
Dalam diskusi yang dihadiri oleh unsur pemerintah, masyarakat, pemuda dan ulama tersebut, masyarakat juga menyuarakan tentang tentang keinginan mendirikan Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) – Aceh Barat Selatan (ABAS). Menjawab ha litu, Wagub menyebutkan, saa ini, bukanlah ALA-ABAS yang lebih dahulu perlu di genjot. “Kita lebih mementingkan butir-butir MoU Helsinki terlebih dahulu. Karena hal itu terkait dengan kesejahteraan rakyat,” ujar Muzakir Manaf.
Wakil Gubernur meminta masyarakat untuk mendukung program pemerintah Aceh. Ia menyebutkan, membangun Serambi Mekkah harus dilakukan secara kompak dan bersama-sama. “Dengan kebersamaan saja kita belum tentu sejahtera, apalagi bercerai-berai,” ujar Mualem.
Harapan Tokoh Subulussalam
Dr. Syahyuril, tokoh Masyarakat Subulussalam menyebutkan, sebagai daerah tingkat II yang usianya paling muda, yaitu Sembilan tahun, Subulussalam masih banyak perlu dibenahi. Pertumbuhan penduduk juga terbilang tinggi; mencapai 80 ribu jiwa. “Perkembangan kota ini sangat besar, kalau tidak dibarengi dengan keseimbangan kesejahteraan akan kacau-balau,” ujar Syahyuril.
Ditambah lagi dengan kemajemukan suku—Aceh, minang, batak, pak-pak, banyak pemikiran dan pendapat yang lahir.
Secara khusus, Syahyuril menyorot pemerataan pendidikan dan kesehatan yang belum merata. Subulussalam memangtelah melahirkan banyak sarjana, namun belum banyak tanaga ahli yang lahir dari daerah itu. “Banyak sarjana di kami mungkin punya minat untuk melanjutkan kuliah. Berikan kesempatan agar mereka bisa menunjang pendidikan, sehingga sumberdaya kita tidakkalah dengan kabupaten lain,” kata Syahyuril.
Di bidang kesehatan, Syahril meminta Pemerintah Aceh untuk bisa memberikan kesempatan mendapatkan beasiswa lanjutan bagi dokter di Subulussalam untuk melanjutkan studi spesialis. “Rumah sakit kita memadai, tapi tidak dengan alat dan dokter spesialis,” ujarnya.
“Kalau anak Subulussalam bisa kenapa harus kita datangkan dari luar. Ketika ada orang kita sakit bisa bisa tidak sempat dibawa ketempat lain,” tambahnya.
Tokoh muda Subuluussalam, Ardhiyanto Ujung, mengharapkam pemerintah untuk bisa lebih memperhatikan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat kecil. Ardhi melihat, terjadi kesenjangan sosial yang tinggi di Aceh, khususnya di Subulussalam.
“Seperti yang kita lihat sekarang, yang kata makin kaya dan yang miskin semakin miskin. Itu yang harus menjadi perhatian pemerintah," ujar Ardhiyanto.
Pemerintahan saat ini, yakni Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf, kata Ardhy, adalahb ekas kombatan. Keduanya bahkan secara terang-terangan diketahui bakal meramaikan bursa persaingan calon Gubernur periode 2017-2021. Sebagai ekskombatan, Ardhy menyebutkan, pemerintah punya utang untuk melihat dan mensejahterakan para mantan kombatan, anak yatim dan janda korban konflik. "Ini PR pemerintah," katanya.
Yang lebih penting, ujar Ardhy, siapa pun yang terpilih nantinya bisa menjaga perdamaian Aceh. Dana-dana pusat seperti otonomi khusus dan APBA bisa untuk dimaksimalkan secara baik. Sementara PP (peraturan pemerintah) yang oleh pusat belum direalisasikan seperti PP Pertanahandan PP Migas, untuk bisa dikejar. "Ini fokus utama pemerintah kedepan saya rasa," kata Ardhiyanto Ujung. (Rill)