 |
Nek Ramlah dengan kondisi sakit (Foto: Ist) |
Lhokseumawe - 'Langit adalah atap rumahku dan bumi sebagai lantainya', mungkin penggalan lagu itu cocok menggambarkan kehidupan nenek yang satu ini.
Nenek Ramlah, Usianya sudah 82 Tahun, dia harus mengarungi kerasnya kehidupan seorang diri di sebuah gubuk reyot yang terletak 25 Meter dari bibir pantai laut di Lorong Pilok Gampong Jawa Lama, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe. Suaminya meninggal dunia 4 tahun yang lalu, dan neknek itu tidak memiliki anak.
Rumahnya dengan luas 3 x 5 Meter itu berdinding anyaman bambu yang sudah lapuk dengan atap rumbia yang sudah bolong, dan berlantai tanah tanpa aliran listrik.
Ramli (47)keponakan dari nenek Ramlah mengatakan jika neneknya itu saat ini sedang sakit, dan sudah menjalani 4 bulan, nek ramlah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, karena kondisinya semakin hari tambah parah.
"Kondisinya saat ini sedang sakit, mau antar kerumah sakit tidak ada biaya, makan pun terkadang disumbangkan oleh tetangga sekitar," ungkap Ramli.
Ramli berharap, pemerintah bisa membantu neneknya itu, jika tidak bisa membangun rumah, setidaknya pemerintah bisa membiayai pengobatan dan menitipkannya di panti jompo.
"Kami berharap pemerintah bisa membantu, jika tidak bisa membangun rumah, setidaknya bisa membantu biaya perobatan nenek,"imbuhnya.
Nenek memilih tinggal sendiri dirumah itu, walau beberapa kali di jemput keluarganya, nenek tetap tidak mau, sehingga, Ramli yang bekerja sebagai nelayan merasa lelah dalam menemani nenek, apalagi dia sudah memiliki keluarga dan anak, dan rumahnya pun tergolong dhuafa.
"Saya sehari-hari bekerja sebagai nelayan untuk mencukupi ekonomi keluarga, dan rumah kamipun cuma satu kamar selebihnya dapur," kisahnya.
Semoga pemerintah bisa membuka mata untuk melihat kondisi rakyatnya di daerah bekas Petro Dollar kota Lhokseumawe.(Red)