2017-05-21

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA

Ilustrasi 
ACEH UTARA- Hari pertama puasa PLN mulai bikin ulah dengan memadamkan aliran listrik pada saat dimana umat islam berbuka puasa. Tak ayal pemadaman ini dikeluhkan oleh warga masyarakat.

Hal ini seperti terjadi di Kecamatan Sawang Kab. Aceh Utara,belasan bahkan puluhan warga mengeluhkan pemadaman aliran listrik menjelang saat berbuka puasa.

Azhar (35) warga desa Kubu sangat menyesalkan padamnya aliran listrik saat berbuka puasa,dirinya bersama warga desa lainnya mengharapkan agar pihak PLN selaku pihak yang bertanggungjawab dapat menhghormati orang-orang yang menjalankan ibadah puasa.

“ Kemarin sebelum puasa banyak pemadaman listrik,katanya persiapan saat bulan ramadhan,nah ini kenapa saat hari pertama puasa pas saat berbuka listrik pada, mohonlah dihormati orang yang menjalankan ibadah puasa “ ujar azhar kepad Reporter,Sabru (27/5).

Demikian juga darwin (34) warga desa Lhokcut mengatakan hal yang sama dan meminta agar pihak PLN jangan memadamkan liatrik saat menjelang berbuka serta saat akan menjalankan ibadah shalat tarawih.

Menurut darwin,kemarin Jumat (26/5) saat malam pertama shalat tarawih listrik juga padam beberapa jam tanpa alasan yang jelas.

“ Kemarin malam pertama shalat tarawih juga listrik padam,padahal tidak ada hujan atau angin,kenapa dipadamkan kami tidak tahu. Kalau bisa kami minta pada PLN jangan listrik dimatilkN waktu buka puasa atau shalat tarawih “,pinta darwin.

Sementara itu kepala rayon PLN Gandapura Komaruddin yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon selulernya mengatakan tidak ada pemadaman listrik.

Komaruddin mengatakan jika aliran listrik jurusan sawang padam malam ini akibat adanya material PLN yang rusak didesa Babah krueng yang  menyebabkan padamnya aliran listrik arah sawang.

" Malam ini Jurusan Sawang Padam diakibatkan adanya Trafo Milik PLN yang Rusak (short) di Desa Babah Krueng yang mengakibatkan Peralatan Pengaman Gardu Hubung PLN Gandapura Bekerja dan Memutus jurusan sawang ", jelas komaruddin kepada reporter melalui pesan singkatnya,Sabtu (27/5/2017).

Beberapa awak media berada didepan rumah corby 
BALI- Ratu marijuana asal Australia, Schapelle Corby hari ini menghirup udara bebas. Polisi bakal mengawal tempat-tempat yang bakal dikunjungi Corby sebelum pulang ke negaranya malam nanti.

Kapolres Kota Denpasar Kombes Hadi Purnomo menjelaskan, pihaknya bakal menerjunkan sedikitnya 100 pasukan untuk mengamankan proses pemulangan Corby.

"Kita kerahkan satu kompi," ungkap Hadi di Mapolresta Denpasar, Sabtu, 27 Mei 2017.

Selain mendapatkan pengawalan ekstra dari pihak kepolisian, Corby juga memiliki pengawal pribadi bernama John McLeod. Dia merupakan pengawal kelas VVIP yang kerap menjadi pengawal artis besar dunia, seperti Leonard Cohen, Lady Gaga hingga Dalai Lama. 

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Ngurah Rai Ari Budijanto memaparkan, persiapan deportasi Corby telah matang. Malam ini Corby dipastikan akan berangkat ke Australia setelah menandatangani dokumen di balai pemasyarakatan Jalan Ken Arok, Denpasar. 

Pantauan Metrotvnews.com di kediaman Corby Jalan Kartika Plaza Gang Pudak Sari No.9 tampak pengawal Corby, John McLeod keluar masuk ke dalam rumah kontrakan tersebut. Namun tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya terkait pembebasan Corby.

Sejumlah wartawan asing juga sudah mengepung kediamannya Corby sejak dua pekan terakhir. Merasa risih dengan keberadaan media tersebut, Corby lantas memasang empat kamera pengintai (CCTV) di kediamannya. 

Empat kamera pengintai tersebut dipasang di luar gerbang rumahnya, samping, dan depan pintu rumah bagian atas. 

Kakak Corby, Mercedez mengaku adiknya stres lantaran banyak media berada di depan rumahnya. Sehingga dia tidak bisa melakukan aktivitas secara leluasa baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
"Saya mohon jangan buntuti dia, dia stres," terang Mercedez saat ditemui usai keluar dari Kajari Denpasar, Jalan Sudirman.

Seperti diketahui, Corby merupakan terpidana kasus 4,2 kg ganja yang disimpannya di papan selancarnya. Dia divonis 20 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Denpasar pada 27 Mei 2005. Pada tahun 2010 Corby mendapatkan grasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Kemudian, Corby juga mendapatkan pembebasan bersyarat dengan tidak menginap di penjara melainkan di rumah kakak iparnya Wayan Widyartha, dan menjadi penjamin Corby selama di luar sel.

Hari ini Sabtu, 27 Mei 2017, Corby dinyatakan telah bebas dan akan pulang ke Australia menggunakan pesawat Jetstar pukul 22.00 Wita.(Red/metrotv)

Ilustrasi 
BANDA ACEH- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya-II kembali terganggu pada Jumat (26/5) sekitar pukul 14.30 WIB.

Belum diketahui secara pasti penyebab turunnya produksi pada pembangkit listrik utama itu, setelah beberapa waktu lalu PLTU Nagan-I mengalami nasib serupa.

Akibat kondisi tersebut, pemadaman bergilir terpaksa dilakukan dari Banda Aceh hingga Kuala Simpang.

Hal itu disampaikan Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Aceh, T Bahrul Halid yang dikonfirmasi Serambinews.com Jumat (26/5) malam.

Menurutnya, turunnya produksi listrik hingga 74 MW menyebabkan sebagian wilayah Aceh padam. “Belum diketahui pasti penyebabnya, namun petugas di sana melaporkan bahwa kipas pendingin mesin mati,” ujar Bahrul.

Dia menambahkan, pembangkit tersebut saat ini sudah di-start rolling, dan butuh waktu hingga 8 jam untuk memulihkan kondisinya.

Menurutnya, pada pukul 19.00 WIB tadi, PLTU Nagan-II sudah memproduksi listrik 7 MW. “Butuh waktu bertahap untuk membuat pembangkit kembali normal dan mencapai 60 MW. Biasanya beban bisa ditambah 5 MW setiap 2 jam,” jelasnya.(Serambi)

Perdana menteri inggris Malcolm Turnbull 
Statusaceh.net– Dua pria yang tertangkap basah melakukan hubungan sejenis, Hb (22) dan Tf (24), belum lama ini menjalani eksekusi cambuk.

Mahkamah Syariah Banda Aceh menjatuhkan hukuman 85 kali cambukan terhadap keduanya karena terbukti melangar pasal 63 Qanun nomor 6/2014 tentang Liwath.

Hukum cambuk tersebut dilakukan di halaman Masjid Syuhada Lamgugop Banda Aceh di hadapan masyarakat. Lima algojo yang hadir secara bergantian memberikan hukuman pada kedua pria tersebut.

Hb sempat meminta jeda sejenak dan bisa menjalani cambukan hingga hitungan ke-83. Selama proses eksekusi berlangsung, tampak ia berulang kali melafazkan seruan tasbih. 

Hukuman cambuk di Aceh selalu disaksikan oleh masyarakat. Tak jarang, mereka juga menyoraki para pelanggar syariat. Tim medis juga bersiap dilokasi untuk memeriksa kondisi kesehatan para pelanggar yang akan dihukum.

Ternyata, tak hanya masyarakat Indonesia yang membahas tentang Hukum Syariah Aceh dengan hukuman cambuk tersebut, Perdana Menteri Inggris Malcolm Turnbull juga ikut berkomentar.

Namun, komentarnya benar-benar pedas. Menurutnya hukum cambuk terhadap pria gay tak sesuai dengan sikap Indonesia dan merupakan aksi barbar.

“Itu merupakan aksi barbar, mencambuk orang karena orientasi seksual mereka,” ujarnya, Jumat (26/5/2017) di radio 3AW, dilansir republika.co.id dari 9news.com.au.

Meski komentarnya tentang hukum cambuk cukup pedas, namun Turnbull menilai bahwa Indonesia merupakan negara besar yang beragam. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga merupakan pemimpin yang mendukung Islam moderat. Menurutnya, Indonesia telah membuktikan arti demokrasi, Islam dan moderasi cocok.

Saat ini, Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariah Islam secara keseluruhan. Hukum cambuk di Aceh merupakan hal yang wajar dilakukan. Jumlah cambukan yang diberikan juga disesuaikan dengan kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan.

Hukum syariah ini telah diberlakukan sejak lama dan menjadi bagian dari perjanjian damai pada 2006 lalu untuk mengakhiri perang sipil berkepanjangan.(suratkabar)


Mayat bayi yang meninggal digendong oleh orangtua korban
saat hendak dibawa pulang
MEULABOH- Sudah jatuh tertimpa tangga,itulah nasib yang dialami oleh Linda, ibu bayi yang tidak mendapatkan pertolongan saat melahirkan dari Puskesmas Meuntulang Kec. Pantoen Reu Kab. Aceh Barat beberapa waktu lalu,Selasa (23/5) yang berujung meninggalnya bayi setelah linda melahirkan didalam bagasi mobil ambulance karena lambannya proses penanganan serta pertolongan medis.

Pihak keluarga sangat menyesalkan serta mengeluhkan dengan pihak Puskeamas Meuntulang yang dinilai tidak memiliki tanggungjawab dalam memberi pelayanan kesehatan dan medis kepada linda putrinya selaku korban yang saat itu akan melahirkan membutuhkan pertolongan medis.

Menurut tarmizi, saat itu pihak keluarga membawa l7nda ke puskesmas meutulang karena diperkirakan akan melahirkan namun alangkah sedihnya pihak keluarga sesampai di puskesmas mendapati satupun ada dokter disana.

Dalam situasi linda terus merasa kesakitan dibagian perutnya,dirinya bersama keluarga lainnya akan membawa korban ke Rumah sakit meulaboh namun ambulance yang disediakan oleh pemerintah tidak terlihat di Puskesmas tersebut.

Kemudian korban  dibawa menggunakan mobil milik salahsatu keluarga ke Rumah Sakit Cut Nyak Dien Meulaboh namun dalam perjalanan mendapati mobil ambulance puskesmas meuntulang diparkir di tempat pesta perkawinan.

“  Memang hidup mati itu Alllah yang tentukan ,namun bukan bearti pihak puskesmas dengan gampangnya menelantarkan para pasien yang membutuhkan pertolongan medis dan seenaknya membawa mobil ambulanace untuk kepentingan pribadi “, ungkap tarmizi yang mengaku sangat kesal pada pelayanan puskesmas meuntulang,Sabtu (26/5).


Sedangkan Sudirman suami korban mengaku hingga saat ini pihak kepolisian belum juga memberi pernatian atas musibah yang menimpa keluarganya,dimana meninggalnya anaknya yang baru lahir akibat tidak mendapat pertolongan medis serta lambatnya penangan persalinan kepada istrinya selaku korban kelalaian pihak puskesmas meuntulang.

“ Sampai sekarang polisi tidak ada mendatangi atau memanyakan kejadian yang menimpa istri saya karema kelalaian petugas puskesmas meuntulang dalam memberi pertolongan medis maupun persalinan kepada istri saya “,ujar sudirman. (Redaksi)

Ilustrasi
Jayapura - Kapolres Kota Jayapura, AKBP Tober Sirait menjadi korban amuk massa. Kejadian tersebut berlangsung padai, Kamis (25/5) pukul 13.30 WITA. Berdasarkan informasi Subbid Penmas Bid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal, tempat kejadian perkara, yakni Jalan Raya Abepura–Sentani tepatnya di Padang Bulan yang saat itu terjadi pemblokiran jalan.

Ahmad menjelaskan, kronologi kejadian sekitar pukul 13.00 WITA. Terjadi pemblokiran Jalan Raya Abepura–Sentani, tepatnya di Padang Bulan hingga Makorem 172 Prajawirayapti Jayapura Kota yang dilakukan sekelompok orang. Diduga adanya pembakaran karton dan barang bekas lainnya di bak sampah oleh anggota TNI menjadi pemicunya.

Saat Kapolres Jayapura Kota dan ajudannya, Bripda Nyoman akan mendekat ke Makorem 172 Prajawirayapti terjadi pelemparan dan pengeroyokan sekelompok massa. Anggota Polri dan masyarakat yang mengenali Kapolres Jayapura Kota dan Bripda Nyoman langsung berupaya melindungi dan menyelamatkan keduanya.

"Dengan membawa ke mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua," ujar Ahmad dalam siaran pers, Kamis (25/5).

Akibat terjadinya pengeroyokan tersebut, Kapolres Jayapura Kota mengalami luka pada bagian dada sebelah kiri, memar karena lemparan batu dan beberapa luka memar pada bagian badan. Sedangkan ajudan Bripda Nyoman mengalami luka pada pelipis sebelah kiri, hidung retak, dan punggung mengalami luka sobek.

"Saat ini keduanya dirawat di Ruang UGD Rumah Sakit Bhayangkra," jelas Ahmad.

Pukul 14.00 WITA, Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Kasdam Cenderawasih Brigjen TNI Herman Asaribab ikut turun ke jalan untuk mendinginkan situasi di beberapa titik di sekitar Padang Bulan Jayapura Kota. Sekitar pukul 16.45 WITA, akses jalan Abepura–Sentani sudah dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat setelah sisa pembakaran ban dibersihkan oleh anggota Brimob dengan menggunakan water cannon.

Ahmad menjelaskan, kasus tersebut sudah ditangani Pomdam Cendrawasih dan Ditkrimum Polda Papua. Dia berharap masyarakat dapat menahan diri agar situasi kota Jayapura lebih kondusif.

"Dan masyarakat kota Jayapura dapat melaksanakan aktivitasnya seperti sedia kala," ujar dia.(republika.co.id)

Buku saku ditemukan di dekat lokasi ledakan bom Kampung Melayu (VIVA.co.id/Foe Simbolon)
StatusAceh.Net - Adik terpidana mati bomber Bali, Ali Imron dan Amrozi, Ali Fauzi Manzi, berpendapat bahwa peristiwa bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, merupakan runtutan dari aksi gagal sebelum-sebelumnya. Dari kegagalan demi kegagalan itu kelompok atau pelaku terus coba melancarkan aksinya.

"Bom Kampung Melayu lebih praktis dari pada bom sebelumnya. Bisa saja, mereka belajar dari kegagalan-kegagalan (aksi) tahun 2016 dan meng-upgrade, bisa jadi dengan belajar ke orang-orang yang ahli lalu beraksi," kata Ali dihubungi VIVA.co.id pada Kamis, 25 Mei 2017.

Ali tidak sepakat dengan dugaan pihak Kepolisian yang menyebut bahwa jenis bom Kampung Melayu adalah bom panci. Menurutnya, bom panci biasanya dioperasikan dengan pengendali waktu dan pelaku tidak berada di tempat. "Nah, ini pelakunya ikut mati dan tubuhnya terpotong-potong," tuturnya.

Mantan instruktur bom Jamaah Islamiyah Perwakilan Jawa Timur itu lebih sepakat bahwa bom yang diledakkan pelaku adalah jenis bom rompi atau ransel. Menurutnya, pelaku bom bunuh diri lebih biasa dan mudah melakukan aksinya dengan menggunakan rompi atau tas daripada panci. "Tentu polisi sudah punya dugaan, tapi saya punya dugaan lain," katanya.

Lalu kepada sosok atau kelompok radikal dan teroris mana pelaku belajar beraksi? "Pelaku tidak mungkin ujuk-ujuk beraksi, dia pasti bersinggungan lebih dulu dengan orang-orang yang sudah berpengalaman. Kalau di Indonesia, minimal kepada orang yang pernah dididik di akademi militer Afghanistan dan Filipina di Mindanao," kata Ali.

Selain di dua negara konflik itu, jelas mantan kombatan alumni Kamp Militer Moro Islamic Libration Front, Mindanao, Filipina, itu, bisa jadi pelaku pernah bersentuhan dengan orang-orang yang pernah terlibat konflik di Ambon dan Poso awal 2000-an, seperti misalnya kelompok Santoso. "Bisa jadi yang bersangkutan (pelaku) ini belajar kepada mereka-mereka itu," ujarnya.

Lepas dari itu semua, Ali berharap Kepolisian lebih waspada karena serangan kemungkinan tidak akan berhenti di Kampung Melayu. Sebab, kata dia, aksi yang bagi pelaku disebut jihad itu didorong oleh sebuah pemahaman dan keyakinan. "Karena sulit mendeteksi itu di antara ratusan juga orang (di Indonesia)," tutur dia.

Diberitakan, dua ledakan diduga bom bunuh diri terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Rabu malam, 24 Mei 2017. Lima belas orang jadi korban dalam kejadian tragis itu. Lima orang di antaranya meninggal dunia, tiga anggota Polri dan dua warga sipil.(Viva)

[Cuitan Boni Hargens soal bom di Kampung Melayu. Sumber: Twitter].
Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Indonesia yang kini menjadi Komisaris Kantor Berita Nasional (KBN) Antara kembali membuat kontroversi. Boni menulis sebuah pernyataan di akun Twitter-nya, @bonihargens, mengenai teror bom di Kampung Melayu.
"Negeri bom yang lu mau perjuangkan? Habis bom, obor? Come on, Pancasila is the best! Jangan jadikan negeri ini ladang bom seperti Suriah!!!" tulis Boni, beberapa jam yang lalu Kamis 25 Mei 2017.

Twit tersebut lantas disentil oleh Pusat Penerangan TNI, melalui akun Twitter resmi mereka, @Puspen_TNI.

"Kalimat Anda seperti bom yang menghancurkan persatuan. Ayolah bijak berkomentar," tulis mereka.

Kami sempat mengecek akun Twitter Boni beberapa waktu yang lalu, dan cuitan tersebut masih ada. Namun, beberapa waktu kemudian tulisan itu sudah tidak ada atau dihapus.

Sebelumnya, ledakan bom terjadi sebanyak dua kali di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu, 24 Mei 2017. Akibat kejadian ini, 5 orang meninggal dunia. Tiga korban adalah anggota Polri dari Polda Metro Jaya dan dua korban adalah terduga pelaku.

Sedangkan 10 lainnya luka-luka. Lima luka adalah anggota Polri dan lima luka lain adalah warga sipil. Total korban baik meninggal dan luka sebanyak 15 orang.(Viva)

Foto:bbc
StatusAceh.Net - Pasca teror bom di Kampung Melayu, pihak kepolisian diminta tetap waspada atas segala kondisi. Kondisi keamanan saat ini dalam kondisi kondusif, terutama di Aceh.

"Polisi tetap siaga dan waspada," kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Goenawan kepada merdeka.com, Kamis (25/5).

Selain itu, Goenawan juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang. Dia mengharapkan, warga tidak perlu panik, karena pihak kepolisian selalu siaga melakukan pengamanan pasca ledakan bom di Kampung Melayu.

"Masyarakat tetap tenang jangan panik," katanya.

Ledakan bom terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur dilakukan oleh dua orang yang melakukan bom bunuh diri. Akibatnya 15 orang jadi korban. Lima di antaranya meninggal dunia yakni tiga orang anggota polisi dan dua orang terduga pelaku bom bunuh diri. [merdeka.com]

Jakarta - Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Rikwanto mengirimkan pesan. Sebuah gambar tentang tudingan rekayasa kasus bom Kampung Melayu, Jakarta Timur. 

"Hoax," kata Rikwanto kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (25/5).
Membedakan Bom Bunuh Diri dan Rekayasa (Foto: Istimewa)
Tudingan keji memang dialamatkan ke Polri. Di media sosial, orang-orang tidak bertanggungjawab menuding kalau bom Kampung Melayu adalah rekayasa. Polri menjawab tegas fitnah itu.

Bukan hanya Rikwanto, beberapa akun di media sosial yang terafiliasi dengan Polri juga memberikan penjelasan menjawab tudingan itu. 

Polri kini tengah berduka, 3 anggota Polri menjadi korban. Mereka meninggal dunia akibat ulah keji pelaku bom bunuh diri. Selanjutnya

Ilustrasi
Medan - Khairul Nurdin (22) warga Desa Payaterbang, Nibong, Aceh Utara, Kamis (25/5/2017) subuh tadi ditangkap Polres Langkat, Sumatera Utara.

Pria yang mengaku petani itu diamankan saat mencoba menyelundupkan sabu-sabu ke Medan.

Kasat Resnarkoba Polres Langkat AKP Supriyadi Yantoto mengatakan pihaknya menyita barang bukti sabu-sabu satu kilogram.

Menurutnya barang haram itu disembunyikan tersangka di kolong bangku di samping sopir.

"Tersangka duduk di samping sopir. Barang bukti itu disembunyikannya di dalam tas ransel dan diletakkan di kolong bangku," kata Supriyadi.

Penangkapan ini sendiri bermula dari razia di depan Pos Lantas Seikarang Desa Kualabegumit, Kecamatan Stabat, Langkat. Tersangka merupakan penumpang bus Putra Pelangi BL 7513 AA yang sedang dalam perjalanan menuju Medan.(Trb)

Sosok mayat bayi laki-laki yang diletakkan di teras rumah sakit, Kamis (25/05/2017) sekira pukul 07.00 WIB. Penemuan bayi laki-laki malang ini saat petugas hendak mematikan lampu karena sudah pagi. | Foto: Afifuddin Acal/Habadaily.com
Banda Aceh - Petugas Rumah Sakit (RS) Fakinah di Gampong Geuceu Inem, Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh dikagetkan dengan temuan sosok mayat bayi laki-laki yang diletakkan di teras rumah sakit, Kamis (25/05/2017) sekira pukul 07.00 WIB. Penemuan bayi laki-laki malang ini saat petugas hendak mematikan lampu karena sudah pagi.

Kapolsek Banda Raya, AKP Zulprizal mengatakan, umur bayi itu diperkirakan baru lahir beberapa jam sebelum diletakkan di teras RS Fakinah, Banda Aceh.

"Diletakan dalam kain sarung dan selimut di depan kursi ruang tunggu pasien RS. Tgk.Fakinah. Mayat tersebut di temukan oleh petugas rumah sakit oleh saudara Khalidin yang hendak mau memadamkan lampu rumah sakit," kata  AKP Zulprizal via telepon genggamnya.

Katanya, paska temuan mayat bayi itu petugas rumah sakit langsung melaporkan pada pihak kepolisian. "Langsung saya berkoordinasi dengan anggota jaga Polsek untuk mendampingi petugas rumah sakit untuk dibawa jenazah bayi tersebut ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin untuk di semayamkan dan ditindak lanjuti," tutupnya. [Sumber: habadaily.com]

Langsa - Pelabuhan Kuala Langsa, Provinsi Aceh diharapkan dapat menjadi pelabuhan komoditas di Aceh. Hal ini dikatakan Asisten I Kota Langsa Suriyatno, di Lhokseumawe.

Suriyatno mengeluhkan bahwa saat ini pelabuhan Kuala Langsa sepi dari kegiatan bongkar muat dan aktivitas lainnya. Padahal berbagai fasilitas pendukung tersedia di pelabuhan tersebut.

"Berbagai komoditas hasil bumi dan lain sebagainya yang ada di Aceh dapat diekspor melalui Pelabuhan Kuala Langsa," ujar Suriyatno dikutip dari Antara, Kamis 25 Mei 2017.

Dia menyebutkan, Pelabuhan Kuala Langsa memiliki beberapa fasilitas yang dianggap dapat mendukung kegiatan ekspor berbagai hasil komoditas di Aceh. Fasilitas pendukung itu, seperti dermaga sandar, alur pelayaran, lapangan parkir, gudang dan juga berbagai sarana atau alat angkut serta bongkar muat.

"Namun sekarang, berbagai fasilitas tersebut tidak terpakai secara optimal karena tidak ada aktivitas yang memadai berupa kegiatan ekspor atau pun sebaliknya," ujarnya lagi.

Terkait keberadaan Krueng Geukuh di Aceh Utara yang juga memiliki fasilitas memadai, Suriyatno mengatakan bahwa antara Pelabuhan Kuala Langsa dan Pelabuhan Krueng Geukuh sebaiknya berbagi peran.

Menurutnya, Pelabuhan Kuala Langsa untuk komoditas, sedangkan Pelabuhan Krueng Geukuh menjadi pelabuhan industri.

"Di sini berbagi peran, Kuala Langsa untuk komoditas dan Krueng Geukuh untuk pelabuhan industri, karena berada di wilayah industri. Apalagi ke depan akan ada Kawasan Ekonomi Khusus Arun, dan pantai utara dan timur Aceh masuk dalam satu zona RTRW Aceh," ujar dia.

Pihaknya berharap supaya keberadaan Pelabuhan Kuala Langsa dapat diperhatikan oleh pihak-pihak terkait, agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya.(Metro)

Khalidin dirawat di Hospital Serdang, Malaysia.
StatusAceh.Net - Seorang warga Aceh atas nama Khalidin (32) terpaksa dikeluarkan dari Hospital Serdang Jalan Puchong 43000 Kajang Selangor Darul Ehsan, Malaysia karena tidak memiliki biaya perawatan. Selama ini ia mendera sakit keras di bagian dadanya.

Informasi ini diperoleh Serambinews.com dari Direktur Gerakan Aceh Nusantara (GAN), Ikhsan Nurdin (Nek Kandang) dari Malaysia pada Rabu (24/5/2017) malam. Khalidin merupakan warga Desa Dayah Seupeng, Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara.

"Akibat lambat proses administrasi, pembayaran, dan pengurusan, terpaksa Khalidin dikeluarkan dari Hospital Serdang Malaysia. Kami sudah mohon ke Hospital supaya malam ini bisa menginap satu malam lagi sebelum dibawa pulang," kata Ikhsan melalui aplikasi WhatsApp.

Ia mengatakan selama ini Khalidin sudah dirawat di rumah sakit itu selama 13 hari. Biaya perawatan yang sudah dibayar saat ini hanya RM 2000 atau Rp 6 juta dari total RM 12000 atau Rp 18 juta. Sementara sisanya belum dibayar karena tidak ada uang.

Melihat kondisi Khalidin, warga Aceh di Malaysia mengurus agar Khalidin di bawa pulang ke Aceh. Sebagai jaminannya, kata Ikhsan, adalah warga Aceh di Malaysia. "Penjaminnya warga sini yang memiliki IC (identiti card)," ungkap dia.

Ikhsan menyatakan, sebenarnya perwakilan Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial Aceh yang dikirim ke Malaysia bisa melaporkan masalah ini kepada Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah. Ikhsan berharap, Pemerintah Aceh bisa membantu uang tebusan biaya perawatan Khalidin yang masih tertunggak.

Ia juga mengklarifikasi berita yang menyebutkan pemerintah Aceh telah mengupayakan pemulangan Khalidin bersama lima perempuan Aceh yang telah mendapat pengampunan dari pihak otoritas Malaysia.

Sebelumnya, ada 45 warga Aceh yang ditahan di lokap tahanan Imigrasi Port Klang, Selangor, Malaysia, pada 2 Mei lalu, karena kedapatan pulang ke Aceh dengan kapal sayur lewat jalur tidak resmi untuk menyambut meugang dan lebaran Idul Fitri.

"Yang mengurus pemulangan Khalidin ke Aceh bukan pemerintah, tapi kami.  Mereka (perwakilan pemerintah) cuma melawat (menjenguk saja) dan membantu dengan biaya pribadi, untuk upaya pelepasan mereka tidak mengurus," katanya.

Disisi lain, senator Aceh, Sudirman alias Haji Uma juga telah menyurati Ketua Komite III DPD RI agar membantu pemulangan warga Aceh, khususnya Khalidin, dari Malaysia. Sebab jika dipertahan untuk di rawat di Malaysia, biayanya akan semakin bengkak sementara Khalidin tergolong keluarga kurang mampu.

"Kami sangat mengharapkan bantua  Ketua Komite III DPD RI untuk menindaklanjuti permasalahan ini melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia guna membantu pemulangan yang bersangkutan sampai tuntas," tulis Haji Uma dalam suratnya.

Surat itu juga diteruskan ke Ketua DPD RI, Menteri Luar Negeri RI, Gubernur Aceh, dan Bupati Aceh Utara. (Serambinews)

Lhoksukon - Harga daging sapi di hari Meugang Ramadhan 1438 Hijriah di Kede Panton Labu, Aceh Utara, mencapai Rp 170 ribu/kg. Kamis, 25 Mei 2017. Sedangkan di hari-hari biasa Rp 150 ribu/kg.

Seorang pedagang kawasan setempat, Khairil mengatakan, pihaknya tidak bisa menjual daging sapi di bawah harga Rp 170 ribu/kg, meski sudah mengetahui instruksi Pemerintah Aceh untuk menjual di bawah harga Rp 130 ribu/kg karena tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan saat membeli sapi dari pihak lain.

“Sebenarnya rugi (harga Rp 170 ribu/kg) yang kita jual. Ada orang yang bilang juga harus jual Rp 130 ribu/kg, tapi itulah yang salah,” tandas Khairil yang diiyakan oleh sejumlah pedagang lainnya.

Khairil menuturkan, besok merupakan puncak Megang yang kemungkinan akan mengalami kenaikan harga lagi hingga mencapai Rp 180 ribu/kg. Namun jika sudah siang hari atau sore hari, kemungkinan juga mengalami penurunan harga, antara Rp 150 ribu/kg - Rp 140 ribu/kg.

Pantauan RRI, tidak hanya di ujung timur Aceh Utara saja pedagang daging sapi mulai menjamur. Namun juga sampai di Ibukota Aceh Utara, Lhoksukon dan Kota Lhokseumawe.

Mereka kebanyakan menjualnya di pinggir jalan, ketimbang di tempat khusus (pasar) karena mudah mendapatkan pembeli, padahal berpotensi terjadinya kecelakaan lalulintas. (TM/RRI)

AKP Budi Nasuha Waruwu
LHOKSEUMAWE- AKP Budi Nasuha Waruwu resmi menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe menggantikan AKP Yasir SE yang ditugaskan ke Reskrim Umum Polda Aceh.

Sebelumnya AKP Budi Nasuha pernah menjabat sebagai Kasatareskrim Polres Aceh Timur, terakhir bertugas  di Subdit III Dirkrimsus Polda Aceh. Serahterima jabatan (Sertijab) dilakukan Kapolres Lhokseumawe, AKBP Hendri Budiman, Selasa (23/5/2017) pagi di halaman Mapolres setempat.

Kapolres Lhokseumawe, AKBP Hendri Budiman, menyebutkan, mutasi dijajaran Polri merupakan hal biasa untuk penyegaran dan kebutuhan organisasi.

"Kepada perwira yang baru menjabat saya harapkan untuk bisa bekerja secara maksimal dan mampu membina kekompakan dalam upaya menjaga ketertiban masyarakat di wilayah Polres Lhokseumawe," demikian AKBP Hendri.

Kepada redaksi statusaceh.net budi mengatakan akan bekerja secara maksimal serta melanjutkan pekerjaan kasatreskrim yang lama.

Dirinya meminta dukungan kepada seluruh komponen masyarakat serta awak media untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kasatreskrim yang baru di polres lhokseumawe sesuai tupoksi.

“ Saya mohon dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dan rekan-rekan wartawan agar saya dapat bekerja secara maksimal dan tetap melanjutkan pekerjaan kasatreskrim yang lama “,ujar budi singkat.(Red/Trb)

Anggota polisi yang menjadi korban dalam bom kampung melayu
JAKARTA- Hingga tadi malam telah dipastikan sebanyak tiga anggota Polri meninggal dunia akibat ledakan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. 

Direncanakan ketiga anggota polri ini akan dimakamkan hari ini,Kamis (25/5/2017),prosesi pemakaman ketiga akan dilaksanakan secara kedinasan kepolisian dan dipimpin lansung Kapolres di setiap wilayah.

Berikut nama-nama korban tewas yang berasal dari kepolisian:

1.Bripda Taufan Tsunami 
2.Ridho Setiawan 
3.Imam Gilang Adinata

Ketiga personil polri yang tewas tersebut saat kejadian peledakan terjadi sedang melakukan pengamanan serta pengawalan kegiatan pawai obor dikawasan terminal kampung melayu.

Rangkaian pemakaman dilakukan mulai dari rumah duka hingga ke pemakaman. Setiap Kapolres wilayah alamat korban menjadi inspektur upacara pemakaman tersebut.

Untuk korban Ridho Setiawan, alamat rumah duka berada di Dasana Indah, Kelurahan Bojong Nangka, Kecamatan Kelapa Dua, Kota Tangerang Selatan. Upacara akan dipimpin oleh Kapolresta Tangerang Selatan AKBP Fadli Widiyanto.

Untuk korban Taufan Tsunami, alamat rumah duka berada di Keranggan Wetan RT 02 RW 10 Kelurahan Jatiranga, Bekasi Barat. Kapolres Bekasi Kota Kombes Hero Henrianto didaulat menjadi inspektur upacara. 

Dan korban bernama Imam Gilang Adinata alamat rumah duka berada di Jl Klingkit RT 05 RW 01, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Kapolres Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan didaulat menjadi inspektur upacara pemakaman.

Sementara sebanyak lima anggota polisi lainnya yang mengalami luka-luka masih dirawat intensif dirumah sakit bersama lima warga sipil lainnya.(Red/Dtk/kom)

Suasana sesaat setelah bom bunuh diri meledak
JAKARTA- Dua ledakan besar terjadi di Halte Transjakarta Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017) malam.

Ledakan pertama terjadi pukul 21.00 WIB. Selang lima menit, kembali terdengar suara ledakan.
Suara ledakan disebutkan berasal dari arah toilet umum terminal, yang berada tidak jauh dari halte Transjakarta Kampung Melayu, arah Otista Jatinegara.

Wakil Kapolri Komjen Syafruddin mengungkapkan ledakan terjadi saat polisi tengah mengawal pawai obor yang digelar warga untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Hingga saat ini polisi masih melakukan olah TKP di lokasi kejadian. Selain tim gegana, juga tampak anjing pelacak di lokasi.

Syafruddin menyebutkan, ledakan di halte Transjakarta Kampung Melayu ini diduga akibat bom bunuh diri.

Akibat ledakan di halte Transjakarta Kampung Melayu ini, 11 orang menjadi korban. Dua di antaranya tewas dan 9 lainnya luka-luka. Satu di antara korban tewas diduga pelaku.(Red/Lip6)

Berikut Video sesaat usai peledakan di terminal kampung melayu:


Suasana sesaat usai meledaknya bom di terminal kampung melayu
JAKARTA - Salah seorang saksi mata bernama Joni menyaksikan langsung ledakan kedua di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017) malam.

Berita Terkait: Bom Terminal Kampung Melayu, Satu Polisi Tewas, 6 Luka -luka dan Satu Mayat Diduga Pelaku

Joni menceritakan bahwa dia mendengar ledakan pertama sekitar pukul 21.00. Dia kemudian berlari menuju lokasi ledakan di Halte Kampung Melayu.

"Ledakan pertama pukul 21.00, saya langsung ke TKP, darah berceceran, potongan tangan, banyak anggota polisi terluka," kata dia saat wawancara dengan MetroTV.

Saat dia berdiri sekitar 1 meter dari TKP, terjadi ledakan kedua. Dia langsung mundur.

"Polisi yang berada di TKP berhamburan karena takut ledakan ketiga," kata dia.

"Tidak lama kemudian, polisi memasang police line. Tim Gegana sudah tiba di TKP," kata dia.

Jalan dari Cawang menuju Kampung Melayu ditutup. Sementara dari Mester ke arah Cawang macet merayap.(kompas)

Suasana sesaat setelah bom meledak di terminal kampung melayu 
JAKARTA- Sebanyak dua kali Ledakan yang terjadi di Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017) sekitar pukul 21.00 WIB, mengakibatkan dua orang tewas. Identitas korban tersebut belum diketahui.

Diduga salahsatu korban yang tewas adalah pelaku bom bunuh diri,dalam insiden maut tersebut 6 anggota kepolisian menjadi korban,satu tewas sedangkan lima lainnya mengalami luka-luka dan lansung dilarikan ke rumahsakit terdekat.

Lokasi ledakan terdapat pada tempat yang biasa digunakan untuk tempat mangkal angkutan kota di luar terminal bus.
Sebelumnya, Kepala Polres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo menyatakan masih mengecek sumber ledakan tersebu

Hingga pukul 22.50 WIB, polisi terus berdatangan ke lokasi kejadian,Wakapolri Komjen Pol Syafruddin juga telah berada di lokasi kejadian, Tim Gegana dan anjing pelacak juga sudah dikerahkan ke titik ledakan.

Ledakan keras terdengar sebanyak dua kali di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ledakan tersebut mengakibatkan kaca halte TransJakarta pecah.

"Kondisi saat ini kaca di penurunan koridor 7 pecah semua," ujar juru bicara PT Transportasi Jakarta Wibowo kepada wartawan, Rabu (24/5/2017).

Wibowo memastikan ledakan tersebut tidak terjadi di dalam bus maupun halte Transjakarta. Ia juga memastikan seluruh penumpang yang berada di halte dan bus TransJakarta dalam keadaan aman.

"Seluruh penumpang dan petugas aman," imbuhnya.

Ledakan yang terdengar dua kali itu diketahui bersumber dari toilet. Ledakan diduga cukup keras, sehingga mengakibatkan kaca-kaca halte TransJakarta pecah. 

Hal ini dibenarkan oleh Wakapolri Komjen Pol Syarifuddin,pihaknya memastikan dua korban yang tewas dalam aksi bom bunuh diri tersebut,salahsatunya dicurigai adalah pelaku bom bunuh diri.

Salah satunya terduga pelaku," kata Syafruddin di lokasi, Rabu (24/5) malam.

Selain warga sipil yang diduga sebagai pelaku peledakan bom, ada satu polisi juga tewas. "Anggota polisi yang meninggal dunia Brigadir Taufan," kata Wakapolri.

Sedangkan korban luka-luka lainnya disebut Wakapolri adalah juga polisi. "Ada lima polisi yang menjadi korban. Mereka sedang menjaga pawai obor," sebutnya. 

Lebih lanjut, Syafruddin menuturkan olah tempat kejadian perkara sedang berlangsung. Idetifikasi korban yang diduga pelaku pun tengah diidentifikasi. (Red/Tim)

StatusAceh.Net - Pengawas PT Indonesia Tshing Shang Stainless Steel (ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah, melarang karyawannya yang beragama Islam untuk Salat Jumat berjamaah. Hal ini terungkap dalam video yang beredar di Facebook. Video itu diunggah pertama kali oleh akun Kaiza Eqio pada 21 Mei 2017.

Dalam video tampak seorang pengawas PT ITSS yang tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya memperbolehkan karyawan Salat Jumat secara bergantian.

Lantas, sejumlah karyawan tampak menyampaikan dengan perantara alih bahasa bahwa Salat Jumat tidak bisa dilakukan bergantian. Tapi tetap saja, pengawas itu bersikeras hanya mengizinkan dua orang untuk salat lalu bergantian.

Menanggapi beredarnya video tersebut, pihak PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), perusahan yang menaungi PT ITSS, mengeluarkan pernyataan klarifikasi pada 22 Mei 2017.

Humas PT IMIP, Dedy Kurniawan, menyebut pihaknya telah mencermati video yang beredar di media sosial tentang pelarangan Salat Jumat berjamaah oleh seorang foreman (pengawas) salah satu perusahaan (tenant) terhadap tiga karyawan Indonesia. Selanjutnya

Pengawas PT Indonesia Tshing Shang Stainless Steel (ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah, melarang karyawannya yang beragama Islam untuk Salat Jumat berjamaah. Foto/Istimewa
KENDARI - Pengawas PT Indonesia Tshing Shang Stainless Steel (ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah, melarang karyawannya yang beragama Islam untuk Salat Jumat berjamaah. Hal ini terungkap dalam video yang beredar di Facebook. Video itu diunggah pertama kali oleh akun Kaiza Eqio pada 21 Mei 2017.

Dalam video tampak seorang pengawas PT ITSS yang tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya memperbolehkan karyawan Salat Jumat secara bergantian.

Lantas, sejumlah karyawan tampak menyampaikan dengan perantara alih bahasa bahwa Salat Jumat tidak bisa dilakukan bergantian. Tapi tetap saja, pengawas itu bersikeras hanya mengizinkan dua orang untuk salat lalu bergantian.

Menanggapi beredarnya video tersebut, pihak PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), perusahan yang menaungi PT ITSS, mengeluarkan pernyataan klarifikasi pada 22 Mei 2017.

Humas PT IMIP, Dedy Kurniawan, menyebut pihaknya telah mencermati video yang beredar di media sosial tentang pelarangan Salat Jumat berjamaah oleh seorang foreman (pengawas) salah satu perusahaan (tenant) terhadap tiga karyawan Indonesia.

Dari hasil pemeriksaan, kejadian tersebut murni miskomunikasi karena kekurangpahaman pengawas tersebut mengenai aturan Salat Jumat yang berbeda dengan salat fardu lima waktu.

Pengawas memahami bahwa Salat Jumat juga bisa dilakukan secara bergantian seperti yang dilakukan selama ini bila karyawan ingin salat lima waktu.

"Sehari-hari, pelaksanaan salat lima waktu diatur oleh pengawas secara bergiliran di departemen atau lingkungan kerja masing-masing yang telah disiapkan. Mengingat, jika terjadi kekosongan teknis operasional pabrik, akan berakibat sangat fatal," jelas Dedy Kurniawan.

Dia melanjutkan, atas kejadian tersebut, pengawas asal China itu telah meminta maaf serta menyatakan tidak pernah bermaksud melarang ketiga karyawan melaksanakan ibadah Salat Jumat berjamaah.

Dedy sangat menyesalkan kejadian miskomunikasi itu tidak dilaporkan atau dikomunikasikan terlebih dahulu kepada pimpinan dan manajemen perusahan, tetapi langsung disebarluaskan melalui media sosial sehingga memperkeruh keadaan yang dampaknya sangat merugikan perusahaan."Diharapkan, kejadian serupa tidak terulang," tutur Dedy.

Dia menerangkan, perusahaan mendukung penuh kegiatan ibadah keagamaan, apalagi terhadap umat Islam sebagai karyawan mayoritas di perusahaan. Sebagai bukti, ada dua masjid di area perusahaan.

Bahkan saat ini sedang dibangun satu masjid besar dalam kawasan industri yang mampu menampung kurang lebih 1.000 (seribu) jamaah. Proses pembangunan masjid tersebut baru mencapai 25 persen dan diharapkan selesai pembangunannya pada akhir 2017. (*)

Bendera hitam yang diduga memuat lambang ISIS ditancapkan milisi Maute di mobil polisi di jalanan Marawi.
StatusAceh.Net - Dua orang tentara dan satu polisi Filipina tewas dalam baku tembak di Kota Marawi, antara pasukan pemerintah dengan milisi Maute, yang disebut berbaiat ke ISIS. Para anggota milisi ini sempat mengibarkan bendera hitam ISIS di jalanan kota di Filipina Selatan itu.

Pertempuran pecah di Kota Marawi, Selasa (23/05), ketika pasukan pemerintah memburu seorang pemimpin milisi yang dicari Amerika Serikat, Isnilon Hapilon. Amerika menawarkan hadiah $5 juta atau Rp67 miliar untuk penangkapan Hapilon.

Hapilon, yang merupakan salah satu pimpinan Abu Sayyaf, disebut sedang bersembunyi di Marawi untuk meminta bantuan penguatan pasukan dari milisi Maute.

Kepada media setempat, ANC, Walikota Marawi, Usman Gandamra menyebut ketika polisi dan tentara menggerebek sebuah rumah yang diduga sebagai tempat persembunyian Hapilon, "sebanyak 100 hingga 200 milisi bersenjata memasuki kota".

Dari foto-foto yang diunggah warga Marawi di Facebook, tampak belasan hingga puluhan orang bersenjata mengambil alih rumah sakit dan mengibarkan bendera ISIS di jalanan. Gandamra menyebut serangan itu "mengejutkan, karena mereka tidak menduga banyaknya jumlah milisi yang memasuki kota".

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menyatakan puluhan milisi bersenjata mengambil alih balai kota Marawi - klaim yang kemudian dibantah oleh Gandamra. Milisi juga disebut menguasai rumah sakit, lapas dan membakar Gereja Santo Mary. Listrik di kota itu pun disebut dipadamkan, menyusul banyaknya penembak jitu Maute di seantero kota.

Gandamra meminta warganya untuk diam di rumah hingga pemberitahuan terbaru disampaikan.
Tiga lokasi utama

Hingga berita ini diturunkan belum diketahui apakah ada korban tewas atau tertangkap dari pihak milisi Maute.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan pemberlakuan darurat militer di Mindanao hingga 60 hari ke depan.

Duterte yang mempersingkat kunjungannya di Rusia, pada Rabu (24/05) menegaskan dia akan 'bertindak kasar' kepada teroris. Ia juga mengungkapkan, jika perlu, aturan darurat militer akan berlaku hingga setahun ke depan di Pulau Mindanao.

Sementara itu, Kepala Komando Bersenjata Mindanao Barat, Letnan Jendral Carlito Galvez menyatakan aksi tembak menembak antara militer dan milisi Maute di Marawi tidak akan melebar ke kota lain.

"Kondisi di luar Marawi masih normal. Kami sedang berusaha untuk menenangkan situasi di Marawi," kata Galvez kepada kantor berita ABS-CBN. Dia menjelaskan militer sedang berusaha menangkap '80 anggota kelompok teroris' itu, jumlah yang lebih sedikit daripada klaim Walikota Marawi, Usman Gandamra.

Galvez menceritakan pihaknya sedang memburu teroris Maute di tiga lokasi utama, namun menolak memberitahu lebih jelas di mana saja lokasi tersebut.

"Yang jelas kami sedang berusaha membersihkan jalanan kota (dari teroris), sehingga dapat memastikan keamanan warga dan properti warga di Marawi," pungkasnya.(BBC)

Foto: Ist
Tapaktuan - Sejumlah nelayan Desa Kemumu Hilir, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Kabupaten Aceh Selatan menemukan sesosok mayat di pinggir pantai desa itu Rabu, (24/05/17) sekira pukul 06.30 WIB.

Nasli (35) salah seorang saksi mata menceritakan, dirinya bersama nelayan yang lain hendak melaut untuk mencari Ikan, sesampainya di pinggir pantai, ia melihat ada mayat manusia tergeletak di pinggir air, kemudian ia bersama rekannya mengangkat mayat tersebut ke darat dan memberitahukan penemuan mayat tersebut pada warga.

Selanjutnya, penemuan mayat itu  juga dilaporkan pada pihak Polsek Labuhan Haji Timur.

Setelah diperiksa, identitas korban diketahui bernama Mawardi beralamat Gampong Lam Ujong, Kecamatan Baitul Salam, Kabupaten Aceh Besar.

Sebelumnya, seorang warga dilaporkan hanyut terseret ombak di laut Gampong Keumumu Hilir, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Kabupaten Aceh Selatan, Senin (22/5/17) sekitar pukul 10.30 WIB.

Ketika itu, Tim Gabungan BPBD, Satgas SAR Tapaktuan dan TNI-Polri dibantu warga terus melakukan upaya pencarian terhadap korban, namun karena tingginya ombak laut, pencarian dihentikan sementara dan akan dilanjutkan hari ini dengan cara mengerahkan perahu karet dan kapal nelayan setempat.(modusaceh.co)

Ilustrasi penjual daging meugang di Aceh
1. Asal-usul
Masyarakat Aceh memiliki tradisi unik yang disebut Meugang yang berfungsi untuk menghormati datangnya hari-hari besar Islam. Di tempat lain juga ada tradisi serupa, namun ada perbedaan yang nyata dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Aceh. Misalnya menjelang puasa orang ramai berziarah ke makam-makam leluhur atau mendatangi tempat-tempat pemandian untuk melakukan ritual mandi. Di Jawa Tengah dikenal dengan nama Padhusan, di daerah Riau dan Sumatra Barat dan sekitarnya disebut Mandi Balimau, serta di Tapanuli Selatan disebut Marpangir. Sementara di Aceh, dua hari menjelang bulan puasa masyarakat akan beramai-ramai mendatangi pasar untuk membeli daging sapi.

Tradisi Meugang atau yang juga dikenal dengan berbagai sebutan, antara lain Makmeugang, Memeugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang atau Uroe Keumeukoh merupakan rangkaian aktivitas dari membeli, mengolah, dan menyantap daging sapi. Meskipun yang utama dalam tradisi Meugang adalah daging sapi, namun ada juga masyarakat yang menambah menu masakannya dengan daging kambing, ayam, juga bebek. Meugang biasanya dilaksanakan selama tiga kali dalam setahun, yaitu dua hari sebelum datangnya bulan puasa, dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, dan dua hari menjelang Idul Adha.

Amir Hamzah (dalam http://www.acehfeature.org), salah seorang tokoh masyarakat Aceh mengatakan, tradisi ini dulunya dikenal dengan nama Makmeugang. Gang dalam bahasa Aceh berarti pasar, di mana di dalamnya terdapat para penjual daging yang digantung di bawah bambu. Pada hari-hari biasa, tak banyak masyarakat umum yang mendatangi pasar itu. Namun, pada hari-hari tertentu, yaitu menjelang bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, masyarakat akan ramai mendatangi pasar, sehingga ada istilah Makmu that gang nyan (makmur sekali pasar itu). Maka, jadilah nama Makmeugang.

Hamzah dalam sumber tersebut di atas mengatakan tradisi ini telah muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh, yaitu sekitar abad ke-14 M. Sesuai anjuran agama Islam, datangnya bulan Ramadhan sebaiknya disambut secara meriah, begitu juga dengan dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh terbiasa menikmati makanan dari sungai maupun laut, maka menyambut hari istimewa itu (hari Meugang), masyarakat Aceh merasa daging sapi atau lembulah yang terbaik untuk dihidangkan. Zaman dahulu, pada hari Meugang, para pembesar kerajaan dan orang-orang kaya membagikan daging sapi kepada fakir miskin. Hal ini merupakan salah satu cara memberikan sedekah dan membagi kenikmatan kepada masyarakat dari kalangan yang tidak mampu.

Menurut Ali Hasjmy (1983: 151), dalam masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam, hari Meugang dirayakan di Keraton Darud Dunia dengan dihadiri oleh sultan, para menteri dan pembesar kerajaan, serta alim ulama. Hari Meugang ini biasanya jatuh pada tanggal 29 atau 30 Sya‘ban (dua hari atau sehari menjelang bulan Ramadhan). Menjelang upacara tersebut, Syahbandar Seri Rama Setia biasanya akan memberikan hadiah berupa pakaian yang akan dipakai sultan dalam upacara itu. Selain itu, Syahbandar Seri Rama Setia juga akan menyediakan karangan-karangan bunga yang ditempatkan di makam para sultan. Gambaran mengenai kemeriahan tradisi tersebut juga dipaparkan oleh Lombard (2007: 204—205).

Ali Hasjmy juga menjelaskan bahwa pada hari itu, sultan juga memerintahkan kepada Imam Balai Baitul Fakir/Miskin (yaitu lembaga yang bertugas menyantuni kaum dhuafa dan yatim piatu) untuk membagikan daging, pakaian, dan beras kepada fakir miskin, orang lumpuh, dan para janda. Biaya untuk penyantunan fakir miskin pada hari Meugang ini ditanggung oleh Bendahara Balai Silatur Rahim, yaitu lembaga yang berfungsi mengatur hubungan persaudaraan antar-warga negara dan antar-manusia yang berdiam dalam Kerajaan Aceh Darussalam. Hingga kekuasan pemerintah kolonial Hindia Belanda, tradisi Meugang ini tetap dilaksanakan di Aceh. Bahkan Pemerintah Belanda mengambil kebijakan libur kerja pada hari Meugang serta membagi-bagikan daging pada masyarakat (Hasjmy, 1983: 151).

Dalam catatan Snouck Hurgronje (1997: 175), tradisi Meugang sudah sangat melembaga bagi masyarakat Aceh. Tradisi ini bahkan dapat membantu perjuangan para pahlawan Aceh untuk bergerilya, terutama karena telah dikenalnya teknologi sederhana untuk pengawetan makanan, yaitu dengan pemberian cuka, garam, dan bahan-bahan lainnya. Dengan daging awetan itu, para pejuang Aceh dapat menjaga persediaan makanan sehingga dapat bertahan untuk melakukan perang gerilya. Dalam tradisi Meugang, pengawetan daging ini tentu saja sangat dibutuhkan. Sebab, pada hari Meugang, di mana hampir seluruh masyarakat bumi rencong melakukan pemotongan daging sapi secara besar-besaran, maka untuk menjaga stok tersebut supaya dapat dikonsumsi dalam beberapa hari kemudian diperlukan upaya pengawetan.

Melembaganya tradisi Meugang dalam masyarakat Aceh dapat dilihat dari jaringan sosial yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan daging pada hari Meugang. Jauh hari sebelum Meugang dilaksanakan, masyarakat gampong (kampung) akan bermusyawarah di meunasah (tempat berkumpulnya orang dewasa untuk melakukan ibadah, musyawarah, maupun menyelesaikan berbagai persoalan sosial-budaya) untuk menentukan ripee, yaitu jumlah pungutan atau iuran warga untuk membeli sapi yang akan dipotong bersama-sama. Gotong royong mengumpulkan uang inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Meuripee. Pada hari Meugang, sapi-sapi hasil iuran bersama akan dipotong dan kemudian dibagi rata.

Dalam perkembangannya, selain pemotongan daging yang diupayakan secara bersama-sama melalui cara Meuripee, masyarakat Aceh juga memperoleh daging sapi dengan jalan membelinya di pasar-pasar. Menjelang pelaksanaan Meugang, masyarakat Aceh akan berbondong-bondong menuju pusat-pusat penjualan daging sapi. Akibat kebutuhan daging yang melonjak tersebut, harga daging sapi biasanya akan naik 4—5 kali lipat dari harga normal. Lapak-lapak baru penjualan daging pun turut menjamur di pinggir jalan maupun di tempat-tempat keramaian lainnya.

Selain bisa memperoleh daging melalui cara Meuripee dan membeli di pasar, tak jarang instansi-instansi pemerintah maupun swasta juga menyediakan daging sapi untuk para karyawannya. Meugang yang dilakukan oleh berbagai instansi itu biasa disebut dengan Meugang Kantor. Tak hanya kantor pemerintah dan swasta, lembaga-lembaga pendidikan juga kerap kali mengadakan Meugang bersama yang diperuntukkan bagi karyawan sekolah maupun para muridnya.

Pasca-musibah gempa bumi dan tsunami tahun 2004 lalu, masyarakat Aceh tetap melangsungkan perayaan Meugang. Bahkan, menjelang perayaan itu, bantuan dari pemerintah maupun LSM terpusat untuk menyediakan pasokan daging sapi bagi masyarakat tanah rencong.

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Dalam satu tahun, tradisi Meugang dilaksanakan selama tiga kali, yaitu dua hari sebelum bulan Puasa (disebut Meugang Puasa), menjelang hari raya Idul Fitri (disebut meugang Uroe Raya Puasa), serta menjelang hari raya Idul Adha (Meugang Uroe Raya Haji). Untuk pelaksanaan pemotongan daging Meugang tergantung kesepakatan masyarakat, bisa di tanah-tanah lapang di kampung untuk Meugang Gampong, bisa di sekitar kantor untuk Meugang Kantor, atau bisa juga di sekolah untuk Meugang yang dilaksanakan oleh sekolah (keterangan ini tidak termasuk untuk daging sapi Meugang yang dibeli di pasar). Sementara, untuk proses memasak daging serta menikmatinya biasanya dilaksanakan di rumah masing-masing warga.

3. Pelaksanaan Meugang

A. Cara Memperoleh Daging
Dalam konteks masyarakat Aceh saat ini, untuk memperoleh daging sapi guna merayakan tradisi Meugang dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, antara lain:

1. Meugang Gampong
Pelaksanaan Meugang Gampong diawali dengan musyawarah untuk menentukan besarnya biaya iuran guna membeli sapi (Meuripee). Musyawarah ini biasanya dipimpin oleh Teungku Meunasah, yaitu seorang pimpinan adat setempat. Musyawarah ini dilakukan jauh sebelum hari Meugang tiba, supaya uang yang terkumpul mencukupi untuk dibelikan beberapa ekor sapi. Pada hari pelaksanaannya, beberapa orang pria trampil akan ditugaskan sebagai penjagal dan pemotong sapi. Para pria yang bertugas tersebut akan memperoleh bagian tertentu dari daging sapi yang dipotong, misalnya memperoleh leher, kepala, atau kulitnya.

Usai dipotong, daging sapi akan dibagikan secara merata, termasuk tulang dan jeroan-nya (isi perut sapi, antara lain babat, usus, limpa, dan lain sebagainya) sesuai jumlah kepala keluarga yang terdapat di dalam Gampong. Jadi, setiap tumpuk daging yang akan dibagikan tersebut terdiri dari daging, tulang, dan jeroan sekaligus. Setelah dibagi rata, maka warga Gampong akan memasak dan menikmati daging sapi tersebut bersama keluarga dan kerabat dekatnya di rumah masing-masing.

2. Meugang Kantor
Sebagaimana namanya, Meugang yang satu ini dilaksanakan di kantor atau tempat kerja masing-masing. Oleh karena tradisi ini telah berusia ratusan tahun, maka menyediakan daging sapi pada hari Meugang tidak hanya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Gampong, melainkan juga oleh perusahaan atau kantor-kantor pemerintah. Penyediaan daging sapi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu memotong beberapa ekor sapi untuk para karyawan, atau cukup memberikan tunjangan uang untuk membantu karyawan membeli daging sapi di pasar.

3. Membeli di Pasar
Alternatif lain untuk memperoleh daging sapi adalah dengan cara membelinya di pasar. Tentu saja, cara terakhir ini lebih membutuhkan dana yang cukup besar. Setiap kali hari Meugang, masyarakat Aceh biasanya memerlukan antara 1—10 kg daging sapi untuk keluarganya. Padahal, menjelang hari Meugang, harga daging melonjak beberapa kali lipat dari harga biasa.

B. Memasak dan Mengawetkan Daging
Daging sapi yang diperoleh warga baik dari Meugang Gampong, Meugang Kantor, maupun membeli di pasar biasanya akan dimasak sebagai santapan atau lauk utama. Daging sapi ini ada yang diolah menjadi rendang, gulai, kare, atau disemur. Bau olahan daging dengan bumbu rempah-rempah ini akan memenuhi rumah-rumah warga di Aceh, sehingga orang Aceh menyebutnya Sie Meugang (aroma daging Meugang).

Namun, daging-daging tersebut tidak seluruhnya dimasak untuk disantap hari itu juga. Sebagian daging diawetkan untuk dikonsumsi pada hari-hari berikutnya. Proses pengawetan dapat dilakukan dengan jalan dijemur dan ditaburi garam, biasa disebut Sie Tho, yaitu daging serupa dendeng yang memiliki rasa asin. Ada juga yang diolah menjadi daging cuka khas Aceh Besar, yaitu daging sapi yang dipotong berbentuk bonggol-bonggol besar lalu dimasak dengan bumbu yang dilengkapi cuka. Dengan menggunakan campuran cuka yang banyak, maka daging olahan ini dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Jika ingin disantap, maka bonggol daging tersebut dapat diiris-iris seperti dendeng untuk selanjutnya dimasak sesuai selera.

C. Menikmati Meugang
Setelah daging Meugang selesai dimasak, maka anggota keluarga akan berkumpul untuk menyantapnya secara bersama-sama. 

Tentu saja, hari Meugang ini merupakan hari yang sangat berbahagia karena masakan-masakan yang disuguhkan merupakan masakan istimewa. Selain acara utama yaitu menikmati berbagai masakan dari daging sapi, masyarakat Aceh biasanya juga menyelinginya dengan memakan sirih (Pajoh Ranup). Tujuannya adalah menghilangkan bau mulut usai menyantap daging, serta mempermudah proses pencernaan makanan.

4. Nilai-nilai di Balik Tradisi Meugang
Perayaan Meugang tidak hanya memiliki makna lahiriah sebagai perayaan menikmati daging sapi, melainkan juga memiliki beberapa dimensi nilai yang berpulang pada ajaran Islam dan adat istiadat masyarakat Aceh. 

Mereka yang melaksanakan tradisi Meugang di Aceh memang mengenal sebuah pepatah yang sudah cukup lama hidup dalam kesadaran mereka, yaitu Si thon ta mita, si uroe ta pajoh (Setahun kita mencari rezeki, sehari kita makan). 

Pepatah ini cukup tepat untuk menggambarkan betapa hari Meugang bagi masyarakat Aceh merupakan hari yang sangat penting, di mana kebahagiaan dapat diwujudkan dengan cara menikmati daging secara bersama-sama. Meski demikian, selain sebagai wujud mensyukuri nikmat rezeki selama setahun itu, pelaksanaan tradisi Meugang juga memiliki beberapa dimensi nilai yang lain, antara lain:

a. Nilai Religius

Pelaksanaan tradisi Meugang memang bermula dari upaya masyarakat Aceh untuk merayakan datangnya bulan puasa dan dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Bagi masyarakat muslim pada umumnya, datangnya bulan Ramadhan disambut dengan gegap gempita. 

Tak terkecuali bagi masyarakat Aceh. Meugang yang dilaksanakan sebelum puasa merupakan upaya untuk mensyukuri datangnya bulan yang penuh berkah. Meugang pada Hari Raya Idul Fitri adalah sebentuk perayaan setelah sebulan penuh menyucikan diri pada bulan Ramadhan. Sementara Meugang menjelang Idul Adha adalah bentuk terima kasih karena masyarakat Aceh dapat melaksanakan Hari Raya Qurban.

Dari ketiga Meugang tersebut, Meugang menyambut datangnya bulan puasa merupakan perayaan Meugang yang paling meriah. Hal ini karena masyarakat Aceh percaya bahwa nafkah yang sudah dicari selama 11 bulan penuh harus dinikmati selama bulan Ramadhan sambil beribadah.

b. Nilai Berbagi (Bersedekah)
Sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam, perayaan Meugang telah menjadi salah satu momen berharga bagi para dermawan dan petinggi istana untuk membagikan sedekah kepada masyarakat fakir miskin. 

Kebiasaan berbagi daging Meugang ini hingga kini tetap dilakukan oleh para dermawan di Aceh. Tak hanya para dermawan, momen datangnya hari Meugang juga telah dimanfaatkan sebagai ajang kampanye oleh calon-calon wakil rakyat, calon pemimpin daerah, maupun partai-partai di kala menjelang Pemilu.

Selain dimanfaatkan oleh para dermawan untuk berbagi rejeki, perayaan Meugang juga menjadi hari yang tepat bagi para pengemis untuk meminta-minta di pasar maupun pusat penjualan daging sapi. Para pengemis ini meminta sepotong atau beberapa potong daging kepada para pedagang. Ini berkaitan dengan terbangunnya nilai sosial atau kebersamaan.

c. Nilai Kerbersamaan

Tradisi Meugang yang meibatkan sektor pasar, keluarga inti maupun luas, dan sosial menjadikan suasana kantor-kantor pemerintahan, perusahaan-perusahaan swasta, serta lembaga pendidikan biasanya akan sepi sebab para karyawannya lebih memilih berkumpul di rumah. 

Orang-orang yang merantau pun bakal pulang untuk berkumpul menyantap daging sapi bersama keluarga. Perayaan Meugang menjadi penting karena pada hari itu akan berlangsung pertemuan silaturrahmi di antara saudara yang ada di rumah dan yang baru pulang dari perantauan.

Pentingnya tradisi Meugang, menjadikan perayaan ini seolah telah menjadi kewajiban budaya bagi masyarakat Aceh. Betapa pun mahal harga daging yang harus dibayar, namun masyarakat Aceh tetap akan mengupayakannya (baik dengan cara menabung atau bahkan terpaksa harus berhutang), sebab dengan cara ini masyarakat Aceh dapat merayakan kebersamaan dalam keluarga. Dengan kata lain, melalui tradisi Meugang masyarakat Aceh selalu memupuk rasa persaudaraan di antara keluarga mereka.

d. Menghormati Orang Tua
Tradisi yang telah kita diskusikan di atas tak hanya merepresentasikan kebersamaan dalam keluarga, namun juga menjadi ajang bagi para menantu untuk menaruh hormat kepada mertuanya. Seorang pria, terutama yang baru menikah, secara moril akan dituntut untuk menyediakan beberapa kilogram daging untuk keluarga dan mertuanya. 

Hal ini sebagai simbol bahwa pria tersebut telah mampu memberi nafkah keluarga serta menghormati mertuanya. Tak hanya para menantu, pada hari Meugang para santri (murid-murid yang belajar agama) pun biasanya akan mendatangi rumah para guru ngaji dan para teungku untuk mengantarkan masakan dari daging sapi sebagai bentuk penghormatan. Begitu pentingnya nilai penghormatan terhadap orang tua telah mengkondisikan tradisi tersebut tidak mungkin untuk ditinggalkan. Jika ditinggalkan hidup menjadi terasa tidak lengkap dan dan muncul perasaan terkucil.

5. Kesimpulan
Pelaksanaan tradisi Meugang secara jelas telah menunjukkan bagaimana masyarakat Aceh mengapresiasi datangnya hari-hari besar Islam. 

Tradisi ini secara signifikan juga telah mempererat relasi sosial dan kekerabatan di antara warga, sehingga secara faktual masyarakat Aceh pada hari itu disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk memperoleh daging, memasak, dan menikmatinya secara bersama-sama. Selain dampak penguatan ikatan sosial warga di tingkatan gampong dan tempat kerja (kantor), nampak pula dampak signifikan dari tradisi ini di ranah pasar, yaitu aktivitas jual-beli daging yang meningkat tajam.

(Lukman Solihin/bdy/01/02-09) - Dikutip dari atjehcyber.net
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.