Bali – Biro Humas dan Protokol Setda Aceh berhasil predikat sebagai Pemenang Utama pada event Public Relation Indonesia Award (PRIA) 2017. Prestasi membanggakan ini berhasil diraih pada kategori Media Internal sub kategori Pemerintah Daerah.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras dan kerjasama tim, Pemerintah Aceh berhasi meraih predikat terbaik ini. Dengan proses persiapan yang begitu minim, saya kira ini adalah pencapaian luar biasa yang berhasil diraih tim Biro Humas dan Protokol Setda Aceh,” ujar Kabag Hubungan Media Massa dan Penyiaran Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, usai menerima penghargaan tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Mulyadi Nurdin, yangg dihubungi secara terpisah menyatakan, bahwa prestasi ini merupakan kolaborasi dari kerja keras seluruh tim yang mampu menyampaikan berbagai visi misi dan capaian Pemerintah Aceh dengan baik ke pada khalayak dalam bentuk video profil.
“Terima kasih dan apresiasi kepada tim yang telah bekerja keras. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa fungsi kehumasan kita mampu membangun hubungan yang baik dengan media dan masyarakat, sehingga segala inovasi dan program yang telah dilakukan oleh Kepala Pemerintahan Aceh dan seluruh unsur pimpinan di Setda Aceh dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat luas,” ujar Mulyadi Nurdin.
Pemberian penghargaan PRIA 2017 berlangsung di Ballroom Hotel Harris Sunset Road, Kute Bali. Kegiatan tersebut dirangkai dengan konferensi dan workshop yang mengangkat tema ‘The Power of Credibility and Trust’.
PRIA diselenggarakan oleh Majalah PR Indonesia. Event ini merupakan kompetisi PR atau kehumasan tingkat nasional. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mengapresiasi setiap kreativitas humas yang berhasil mewujudkan kredibilitas dan kepercayaan suatu organisasi, lembaga maupun orporasi.
Dalam kompetisis ini, majalah PR Indonesia menghadirkan lima kategori yang diperlombakan, yaitu Kategori Media Relations Awards, Kategori Media Internal yang meliputi majalah/newsletter cetak, e-magazine, website, video profile, dan new media (Facebook, Youtube, dan Twitter), dan Kategori Program PR, yang dibagi ke dalam sub kategori marketing PR, government PR, corporate PR, digital PR, CRS, dan Non-Profit Organization PR.
Selanjutnya Kategori Departemen PR, dan terakhir adalah Kategori Platinum Awards atau Juara Utama, termasuk di dalamnya Kategori PR Agency of The Year.
Sementara itu, dalam sambutan singkatnya, Asmono Wikan selaku CEO/Chief Editor PR Indonesia menegaskan, bahwa kegiatan ini digelar untuk mendorong lembaga kehumasan di kementerian, lembaga, BUMN, dan swasta meningkatkan kinerja.
“Humas atau PR di setiap lembaga harus mampu berinovasi serta menjalin hubungan baik dengan media, degan demikian kinerja di masing-masing lembaga dapat diketahui oleh publik secara lebih luas," kata Asmono Wikan.
Praktisi dan Komunitas PR Deklarasi Melawan Hoax
Sementara itu, menanggapi mewabahnya hoax atau berita palsu yang kian meresahkan di tengah masyarakat, para praktisi dan komunitas public relations (PR) dari berbagai lembaga dan korporasi mendeklarasikan PR Indonesia Melawan Hoax. Deklarasi yang digelar dalam acara PR INDONESIA Awards (PRIA) 2017 itu
Deklarasi ini meneguhkan komitmen para praktisi PR untuk melawan segala bentuk produksi dan penyebaran hoax melalui media apapun. Karena, jika disampaikan terus menerus berita palsu berpotensi dianggap menjadi kebenaran yang menyesatkan dan ujungnya akan melemahkan kredibilitas dan trust bangsa.
Para deklarator beranggapan bahwa hoax telah merusak kredibilitas dan menurunkan trust Indonesia. Para deklarator juga mengajak seluruh praktisi dan komunitas PR untuk bahu-membahu memperkuat kredibilitas dan trust inividu, organisasi, dan korporasi melalui karya dan kinerja unggul di bidang masing-masing.
Naskah deklarasi dibacakan oleh Dyah Rachmawati Sugiyanto (PR INDONESIA Fellowship Program 2016-2017), didampingi oleh para PR INDONESIA Gurus, Insan PR INDONESIA, PR INDONESIA Fellowship Program 2016–2017, Icon PR INDONESIA 2016–2017), Ketua Umum & Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI), dan sejumlah komunitas PR yang hadir.
Penggagas Deklarasi yang juga Founder PR INDONESIA, Asmono Wikan, menjelaskan, deklarasi ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian para praktisi dan komunitas PR terhadap situasi yang merusak iklim komunikasi di Indonesia beberapa tahun terakhir. Ia melihat hoax juga merusak kredibilitas dan kepercayaan kepada lembaga-lembaga formal, mendelegitimasi pemerintah, media, bahkan para tokoh publik seperti ulama.
Untuk melawan hoax, Asmono menyarankan agar pemerintah menggiatkan digital media literasi, utamanya di kalangan anak muda. Selain itu, pemerintah juga mestinya membuat storytelling sebanyak mungkin agar bisa menenggelamkan pesan-pesan hoax.
“Pemerintah harus kembali memperkuat media mainstream yang selama ini lebih kredibel,” ujar Asmono.
Selain deklarasi, pada kesempatan yang sama PR INDONESIA juga meluncurkan buku berjudul Reputasi yang Berkarakter. Buku tersebut ditulis oleh penerima PR INDONESIA Fellowship Dyah Rachmawati Sugiyanto, Mochamad Husni, dan Frizki Nurnisya. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 300 praktisi PR dari berbagai daerah di Indonesia. (Rill)