2017-10-08

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA


Lhoksukon - Terduga pelaku pembunuhan terhadap Rudaimah binti Mahmud seorang janda yang lanjut usia di dusun lebuk muku Gampong Buket Linteung, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara akhirnya terungkap.

Kapolres Aceh Utara AKBP Untung Sangaji melalui  Kasat Reskrim Iptu Rezki Kholiddiansyah mengungkapkan,
Setelah dilaksanakannya gelar perkara kasus pembunuhan terhadap korban  Rudaimah Binti Mahmud yang terjadi pada tanggal 06 September 2017 di Dusun Lebok Muku Gampong Buket Linteng Kecamatan Langkahan akhirnya ditetapkan dua tersangka yakni Ahmad Gayo dan Adam.

"Kami sudah periksa 25 orang saksi, termasuk keterangan kedua tersangka yang saat kami periksa memberikan jawaban berbeda dengan saksi lainnya. Setelah diintrogasi keduanya mengaku telah merencanakan pembunuhan terhadap korban," katanya Sabtu,14 Oktober 2017.

Kasat menambahkan Ahmad Gayo bertindak sebagai eksekutor yang ditugaskan Adam untuk menghabisi nyawa korban.

"Tersangka Ahmad bertindak sebagai pelaku pembunuhan. Dia disuruh oleh Adam dengan iming-iming bayaran Rp 5 juta rupiah," ungkap Rezky.

Motif pembunuhan tersebut, kata kasat, terkait sengketa lahan. Pelaku adam dendam karena hasil sengketa di pengadilan dimenangkan oleh Rudaimah. Tersangka diduga ingin mengambil surat tanah tersebut.

"Saat ini keduanya sudah kami tahan. Kami juga masih memeriksa M. Thaib yang tak lain ayah tersangka Adam. Kami duga yang bersangkutan juga terlibat sebagai dalang dibalik pembunuhan tersebut," tambah kasat.

Akibat kejadian tersebut, para tersangka terancam dijerat Pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 Tahun penjara.

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Rudaimah ditemukan tewas bersimbah darah dengan luka gorok di ruang dapur rumahnya pada 6 September 2017 usai magrib. Dalam olah TKP, polisi menemukan barang bukti sebuah pisau stenlis, sebuah dompet yang berisikan uang Rp. 105.000 dan gelang emas.

,


Lhokseumawe | Para Komandan Kodim (Dandim) jajaran Korem 011/Lilawangsa bersama para kontraktor masing-masing Daerah, Sabtu (14/10/2017) pagi berkumpul di Makorem 011/Lilawangsa.

Kehadiran para Dandim dan Kontraktor di Makorem 011/Lilawangsa dalam rangka menghadiri undangan rapat evaluasi sekaligus memaparkan hasil pekerjaan kegiatan program cetak sawah baru di Wilayah satuan masing-masing kepada Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Agus Firman Yusmono, di Aula Yhudha Makorem setempat.

Dikatakan Danrem, bahwa rapat evaluasi cetak sawah dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pelaksanaan kegiatan cetak sawah tersebut, sekaligus untuk mengetahui berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi dilapangan, sehingga nantinya pekerjaan dapat terlaksana sesuai sasaran, sebutnya.

“Intinya evaluasi dilakukan bertujuan selain untuk mengetahui sudah berapa persen hasil pelaksanaan yang pekerjakan, juga untuk memperbaiki berbagai kekurangan maupun kendala dalam kegiatan program cetak sawah. Manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik baiknya, sehingga pada akhirnya dapat memberikan manfaat guna mempercepat swasembada pangan, siap pelaksanaannya, sawah pun siap untuk ditanam”, katanya.

Danrem 011/Lilawangsa menambahkan, bahwa tugas TNI selain menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan rakyatnya, juga membantu pemerintah daerah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dibidang ketahanan pangan, walaupun banyak hambatan dan tantangan, diharapkan tidak luntur dari niat tulus iklas sebagai abdi Negara dan Abdi Masyarakat, pungkas Kolonel Inf Agus Firman Yusmono.

Rapat tersebut selain dihadiri para Dandim dan Kontraktor dalam kerjasama cetak sawah, juga dihadiri para Danyonif jajaran Korem 011/LW, para Kasi dan Pasi Korem 011/LW, (Kapenrem dan Pakurem 011/LW.(Laung)

Para tersangka saat diamankan di polsek dewantara
Lhokseumawe - Aparat kepolisian Polres Lhokseumawe meringkus dua pelaku pengedar Narkotika jenis sabu di halaman parkir Mesjid Komplek Perumahan PT. PIM Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara, Aceh Utara." Jumat (13/10/2017) sekira pukul 17.30 Wib.

Kapolres Lhokseumawe, AKBP Hendri Budiman melalui Kapolsek Dewantara AKP Erpansyah Putra kepada wartawan StatusAceh.net mengatakan, penangkapan dua tersangka itu berdasarkan informasi dari masyarakat yang bahwa tersangka M alias A akan melakukan transaksi narkotika jenis sabu di halaman parkir Mesjid Komplek Perumahan PT. PIM Desa Paloh Gadeng dan langsung ditindak lanjuti dengan turun ke TKP.

"Saya dan unit Reskrim Polsek Dewantara langsung menuju ke lokasi transaksi dan melihat Tersangka berjalan masuk ke dalam areal mesjid. Anggota unit reskrim langsung menyergap tersangka dan dilakukan penggeledahan badan," ujar Kapolsek.

Lanjutnya,  pada tubuh tersangka didapatkan 1 bungkus paket kecil di saku celananya, dan saat dilakukan pengembangan ke rumah tersangka di Desa Blang Naleung Mameh Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.

Saat dilakukan penggeledahan dirumah tersangka kita juga berhasil mendapatkan seorang tersangka lagi berinisial T yang sedang duduk di ruang tamu dengan mengantongi 1 paket kecil narkotika jenis sabu," lanjut Kapolsek.

Pengeledahan rumah tersangka turut disaksikan langsung Keuchik Desa Blang Naleung Mameh, dan petugas berhasil mendapatkan  barang bukti 5 bungkus paket kecil Sabu yang disembunyikan di dalam saku kain jeans yang terdapat di dalam kamar rumah tersangka.

Saat ini Barang bukti berupa 7 paket kecil sabu, 1 unit HP Maxtron, uang tunai sebesar Rp. 125.000, ‎7 bungkus plastik es kosong dan ‎1 sarung kecil kain jeans serta para Tersangka dibawa ke Mapolsek Dewantara untuk pemeriksaan lebih lanjut." tegas Kapolsek.(SA/TM)

StatusAceh.Net - Sebanyak enam perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Aceh mengadakan diskusi terarah terkait Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh 2017-2022 dengan Kepala Bappeda Aceh beserta stafnya, Kamis (12/10) bertempat di Aula Bappeda, Banda Aceh. Pada kesempatan tersebut, mereka menyampaikan beberapa masukan khususnya terkait Tata Kelola Hutan dan Lahan (TKHL)  terkait RPJM Aceh yang tengah disiapkan oleh tim Bappeda.

Keenam lembaga tersebut terdiri dari lembaga MaTA, Walhi, HAkA, JKMA, GeRAK dan LBH Banda Aceh. Kehadiran keenam perwakilan dari LSM ini diterima langsung oleh Kepala Bappeda Aceh, Azhari Hasan, bersama enam stafnya yang terlibat dalam penyusunan RPJM.

Koordinator Bidang Kebijakan Publik MaTA, Hafidh, menyebutkan beberapa masukan yang disampaikan ke tim Bappeda sebelumnya juga sudah disampaikan oleh pihaknya kepada tim RPJM cluster Pembangunan Berkelanjutan yang dibentuk oleh gubernur terpilih.

"Kami CSO sudah beberapa kali mengadakan pertemuan, dan dari diskusi-diskusi itu berdasarkan pengalaman masing-masing lembaga setidaknya terdapat 5 poin masukan dari kami untuk dipertimbangkan masuk dalam program pembangunan Pemerintah Aceh ke depan," ujarnya.

Kelima poin masukan terkait Tata Kelola Hutan dan Lahan (TKHL) tersebut, Hafidh, menjelaskan, pertama terkait pengamanan dan perlindungan hutan, kedua rehabilitasi hutan dan lahan, ketiga soal transparansi, keempat pencegahan dan penanganan konflik tenurial, dan yang kelima soal perhutanan sosial dan reforma agraria.

"Untuk poin pertama muncul dari soal laju deforestasi hutan Aceh dan soal kurangnya sumber daya dan dana perlindungan hutan. Kasus pembalakan liar dan perburuan satwa masih intens terjadi,juga soal penegakan hukum terhadap kasus-kasus tersebut yang belum berjalan cukup baik, sehingga kasus demi kasus masih terus meningkat di Aceh," ujar Hafidh.

Untuk poin kedua, muncul isu pencemaran lingkungan yang masih terus terjadi, proses rehabilitasi hutan dan lahan yang belum baik, juga pelibatan masyarakat sekitar untuk penyelamatan hutan.

"Untuk poin ketiga, catatan kami soal kualitas pelayanan informasi publik di Aceh yang masih sangat rendah, pengalaman kami dalam mengakses informasi dan data kepada lembaga publik hampir semuanya harus berakhir pada sengketa di Komisi Informasi Aceh, dan juga soal inisiatif pengelolaan data terbuka (open data)" jelas Hafidh.

Kemudian untuk poin keempat, muncul soal pengawasan dari dinas sektor sumber daya alam yang masih lemah salah satunya tidak adanya evaluasi atau review izin terhadap HGU, penyelesaian konflik tenutorial belum berjalan dengan baik, partisipasi masyarakat sekitar penatapan tata batas kawasan hutan dan lahan masih cukup rendah, dan soal kebijakan satu peta.

Terkait poin perhutanan sosial dan reforma agraria, rinci Hafidh, muncul soal program perhutanan sosial kami mendorong Pemerintah Aceh untuk mengambil peran ini serta peran serta mukim dalam pengelolaan sumber daya alam yang dinilai masih sangat lemah.

Sementara itu, usai mendengarkan paparan dari perwakilan LSM, Kepala Bappeda Aceh, Azhari Hasan menyampaikan pihaknya menyambut baik masukan-masukan dalam hal pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan untuk Aceh ke depan. Dia menyebutkan penyusunan RPJM ditargetkan tuntas dalam bulan Oktober ini.[Rill]

StatusAceh.Net - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, Muhammad Nur menyebutkan, jumlah penambang emas pada pertambangan ilegal di Aceh saat ini kurang lebih 20.000 orang. Mereka tersebar di enam kabupaten, meliputi Pidie, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya.

Angka itu berdasarkan pemantauan pihak Walhi Aceh di lokasi-lokasi tambang. “Ini bukanlah angka yang sedikit. Mereka tersebar di enam kabupaten. Artinya, sumber daya manusia di lokasi-lokasi yang potensial emas ini akan bergerak untuk mencari sumber ekonomi yang cepat menghasilkan dan praktis. Itu sebab, mereka terus bertahan di lokasi-lokasi tambang” kata M Nur saat menjadi narasumber tamu via telepon dalam program cakrawala membahas editorial (Salam) Serambi Indonesia di Radio Serambi FM, Kamis, (12/10) . Talkshow itu mengangkat topik berjudul `Tak Mudah Tertibkan Penambangan Ilegal’. Sebagai narasumber internal adalah Sekretaris Redaksi Harian Serambi Indonesia, Bukhari M Ali, sedangkan host-nya, Nico Firza.

Menurut M Nur, bukan persoalan mudah tidaknya menertibkan penambangan ilegal, tapi justru pemerintah yang tidak mau.

Ia juga mempertanyakan, apa yang menjadi alat ukur untuk mengatakan adalah mudah ataupun sulit menertibkan penambangan ilegal di provinsi ini. “Kalau alat ukurnya sulit, berarti banyak yang main di sana. Sedangkan apabila alat ukurnya mudah, maka diperlukan regulasi yang merapikan tata kelolala. Jadi, ini bukan soal sulit atau mudah, tapi soal enggak mau,” kata M Nur lagi.

Ia menyampaikan alasan mengapa pemerintah tak mau menertibkan penambangan ilegal. Jawabannnya, karena lowongan kerja yang tersedia di Aceh minim, sementara angka penganggurannya tingi.

“Kalau penambangan ilegal itu ditutup, siapa yang memikirkan tenaga kerja sebanyak 20.000 orang tersebut? Memang itu kewajiban pemerintah. Pemerintah kemudian mengundang beberapa pengusaha yang cerdas di bidang pertanian, parawisata, dan bidang lainnya. Jangan hanya melihat tambang dan kebun, sebab ada banyak aspek lain yang bisa dikembangkan kalau mau,” sebutnya.

M Nur menyatakan bahwa hal ini tantangannya berat, mengingat emas sekali jadi dapat mencapai ratusan bahkan miliaran rupiah. Sedangkan pertanian sekali panen hanya Rp 3 juta. Apabila ukuran harus kaya seperti penambang, maka lingkungan akan terabaikan.

Di samping itu, apabila pemerintah tidak menertibkan penambang ilegal, maka dampaknya akan berbahaya pada ketidakseimbangan ekosistem, seperti terjadinya banjir bandang. Selanjutnya, akan terjadi krisis air bersih, krisis lahan, dan tidak tersedianya sumber daya tambang di masa depan.

“Dan yang paling berbahaya itu adalah sumber kehidupan, yaitu krisis air. Jadi, Pemerintah Aceh jangan bangga kita kaya dari segi air, hutan, dan lainnya. Enggak usah dibanggakan seperti itu, karena yang dihancurkan hari ini adalah sumber-sumber mata air kita. Ingatlah ketika kita mengalami musim kemarau, sehingga air jadi krisis, bahkan sampai Mata Ie pun kering,” jelasnya. Mata Ie adalah sebuah objek wisata pemandian di Aceh Besar yang sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Berpuluh-puluh tahun airnya dimanfaatkan warga melalui PDAM, namun pada musim kemarau yang lalu air di kolam-kolam alami Mata Ie itu pun mengering.| Serambinews

StatusAceh.Net - Pasangan drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan Ir. Nova Iriansyah, MT resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2017-2022, setelah dilantik dan diambil sumpah oleh Menteri Dalam Negeri, Tahjo Kumolo atas nama Presiden Republik Indonesia, dalam Sidang Istimewa di Gedung DPRAceh, Banda Aceh, pada Rabu, 5 Juli 2017 lalu.

Sejumlah harapan baru pun tersemat pada pasangan Irwandi – Nova, untuk melayani rakyat Aceh, menggenjot pertumbuhan ekonomi, dan menata kembali pembangunan demi terwujudnya Aceh Hebatdan rakyat sejahtera.

Tidak ada istilah target 100 atau 1000 hari kerja, karena Gubernur dan Wakil Gubernur tiap hari bekerja untuk rakyat Aceh hingga lima tahun mendatang. Walau demikian, sejumlah terobosan dan tugas besar telah berhasil dituntaskan di awal masa kepemimpinan Irwandi-Nova, yang hari ini masuk 100 hari masa pemerintahan. Prinsipnya adalah seluruh rakyat Aceh merasakan kehadiran Pemerintah Aceh di tengah-tengah rakyatnya.

Banyak regulasi yang telah diperbaharui untuk menyongsong perubahan jaman, maka regulasi yang dulu membingungkan kini disederhanakan(dipermudah). Prosedur yang rumit pun dipangkas, untuk menghilangkan sumbatan-sumbatan dari program sebelumnya yang cenderung macet. Tujuan deregulasi dan de-birokratisasi yang dilakukan Pemerintahan Irwandi - Nova tak lain hanyalah untuk percepatan pelayanan, sinkronisasi dan kemudahan dalam berinvestasi di Aceh.

Sejumlah aksi nyata ini menjadi pondasi awal dan komitmen tinggi Pemerintahan Irwandi – Nova, agar masyarakat Aceh segera dapat menikmati program-program pro rakyat. Capaian 100 hari ini merupakan embrio dan satu kesatuan yang berkesinambungan dengan program Aceh Hebat.

Berikut sejumlah terobosan Pemerintahan Irwandi – Nova:

Sektor Pendidikan (ACEH CARONG)

▪ Bantuan Pendidikan Anak Yatim Piatu. Pemerintahan Irwandi – Nova menambah bantuan pendidikan (beasiswa) senilai Rp 61 miliar lebih (dari sebelumnya Rp.185, 6 miliar menjadi Rp. 247, 5 miliar), yang disalurkan untuk 103.148 anak yatim piatu dan anak fakir miskin di Aceh.

▪ Setiap anak yatim dan fakir miskin, akan menerima dana bantuan pendidikan sebanyak Rp 2,4 juta/tahun, sedangkan sebelumnya hanya Rp 1,8 juta/tahun. (tambahan Rp. 600 ribu/orang/tahun)

▪ Membangun konektivitas jaringan Internet di SMK seluruh kabupaten/kota di Aceh.

▪ Dinas Pendidikan Aceh bekerja sama dengan industri pelatihan otomotif Innovam Belanda, untuk pelatihan (magang) guru dan siswa SMK. Peserta pelatihan difasilitasi oleh PT Innovam Indonesia Global (akan berangkat pada 31 Oktober 2017)

▪ Kerjasama peningkatan SDM di bidang Agro (pertanian dan peternakan) ke Korea Selatan(sudah mengirim 21 guru kerjasama magang selama 1 bulan)

Membenahi Sektor Kesehatan (Aceh Seujahtera JKA Plus)

▪ Penyederhanaan LayananàMasyarakat Aceh kini semakin mudah dan cepat saat berobat ke Rumah Sakit. Ini merupakan hasil kebijakan tegas Irwandi – Nova dalam memudahkan prosedur administrasi BPJS Kesehatan, yang dulu aksesnya berbelit-belit (rumit), sekarang sudah sangat mudah dan cepat.

▪ Penyederhanaan layanan dengan mengeluarkan Instruksi Gubernur Aceh (Instruksi Gubernur Aceh Nomor 01/INSTR/2017) terkait pembentukan Tim Terpadu, dan menyiapkan petugas registrasi kependudukan on site untuk memudahkan prosesregistrasi pasien yang belum memiliki KTP/ Kartu BPJS di RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh.Tim terpadu dan lintas sektoral ini mencakup pihak Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Aceh, Dinas Sosial Aceh, dan Dinas Registrasi Kependudukan Aceh.

▪ Menggagas dan menerapkan Sistem Finger Printuntuk kemudahan akses layanan. Mekanismenya adalah peserta datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan perekaman data awal, kemudian diterbitkan SEP (surat eligibilitas peserta) untuk pelayanan. Kunjungan berikutnya langsung Fingger Print, kemudian diterbitkan SEP (Surat eligibilitas peserta) dan pelayanan.

▪ 60 Rumah Sakit sudah pasang Finger Print pasien, (dari total 66 Rumah Sakit)

▪ Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Terpadu, yakni integrasi data dengan seluruh kabupaten/kota di Aceh. Pusat Data pada Dinas Kesehatan Aceh dan bekerjasama dengan Dinas Registrasi Kependudukan Aceh atau Disdukcapil di level kabupaten/kota.

▪ Memfasilitasi transportasi rujukan darat, laut dan udara ke fasilitas kesehatan rujukan.

Bantuan Rumah Dhuafa (ACEH SEUNINYA)

▪ Program bantuan rumah dhuafa tahun 2017 ini adalah 1.500 unit. Sedangkan untuk tahun 2018, sudah diambil kebijakan dengan menambah jumlah menjadi 6.110 unit (total anggaran sebanyak Rp. 535 miliar)

▪ Akan ada perubahan sistem pembangunan rumah, dari tender menjadi swakelola, sehingga lebih efektif dan efesiensi anggaran

▪ Rumah bantuan Irwandi Yusuf: Rumah ini dibangun oleh tim pemenangan sebagai bentuk syukur atas kemenangan pasangan Irwandi-Nova pada Pilkada Februari lalu. Penerimanya adalah masyarakat Aceh yang sudah lama tinggal di rumah tak layak huni.

Percepatan Operasional KEK Arun Lhokseumawe (ACEH KAYA)

▪ Gubernur Irwandi Yusuf berhasil memperjuangkan share saham untuk Pemerintah Aceh (PDPA) dari 25% menjadi 46%. Nilai 46% didapatkan dengan mengurangi porsi saham PIM dan Pelindo I.

▪ Komposisi saham perjanjian awal: masing-masing 25%

▪ Komposisi saham akhir: Pertamina 25%, PIM 14%, Pelindo I 15%, dan PDPA 46%. Tidak berhenti disitu saja, bahkan untuk 6 tahun ke depan, persentase saham PDPA secara otomatis kembali naik menjadi 51%. Artinya, Aceh mendapat saham mayoritas 51%

▪ Kepres Nomor 26 Tahun 2017 (13 September 2017à Penetapan Ketua Dewan Kawasan KEK Aceh. Gubernur Irwandi Yusuf juga telah menetapkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh sebagai Sekretariat Dewan KEK (Keputusan Gubernur Aceh Nomor 540/999/2017, tanggal 20 September 2017)

▪ Saat ini, sedang disusun langkah-langkah strategis percepatan operasional KEK Arun Lhokseumawe, yang targetnya bisa diresmikan (launching) pada bulan Desember 2017.

Mengatasi Krisis Listrik (ACEH ENERGI)


▪ Dalam mengatasi persoalan kelistrikan, Gubernur telah melakukan pertemuan dengan pihak manajemen PLN, mencari solusi atas pemadaman yang terjadi berulang kali di wilayah Aceh.

- Jumat 25 Agustus 2017, Gubernur meresmikan pembangunan Gardu Induk PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) Sumbagut UPP Jaringan Aceh (Ulee Kareng) berkapasitas 275/150 kV.

- Pembangunan Gardu UIP ini merupakan salah satu solusi mengatasi kelangkaan listrik di Aceh.

- Pembangunan Gardu Induk Ulee Kareng ini juga rangkaian pembangunan Tol Listrik Sumatera yang pembangunannya dimulai dari Lampung hingga Aceh.

- Rangkaian Tol Listrik di Aceh dimulai dari pembangunan gardu induk dari Pangkalan Susu ke Lhokseumawe, berlanjut ke Sigli hingga tersambung ke gardu Ulee Kareng Aceh Besar.

Geothermal Seulawah Agam (ACEH ENERGI)

- Pemerintah Aceh sudah melakukan penandatanganan Joint Venture (Kerjasama) pengelolaan Energi Panas Bumi (Geothermal) Seulawah, yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) dengan PT Pertamina Geothermal Energi. Penandatanganan ini dilakukan oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Direktur Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) Muhsin dan Direktur PT. Pertamina Geothermal Energi, Irvan Zainuddin, pada Senin (31/07/2017) lalu.

- Join Venture: kerjasama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha bersama dalam jangka waktu tertentu, dalam hal ini PT Pertamina melalui anak perusahaannya PT Pertamina Geothermal Energy, PDPA, serta Pemerintah Aceh membentuk PT Geothermal Energy Seulawah (PT. GES) untuk mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi di Seulawah.

- Saat ini menunggu pengesahan Badan Hukum PT. GES.

- Sudah terbit izin sementara untuk survey Geoscience di Seulawah Agam.

- Terkait pembangunan proyek ini, pihak PDPA telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di kawasan Aceh Besar.

Geothermal Gunong Geureudong (ACEH ENERGI)

- Sudah dilakukan penandatanganan kerjasama/Mou antara PDPA dengan Green Energi Geothermal (GEG) untuk mengikuti tender pengelolaan Energi Panas Bumi Gunong Geureudong, di Kementerian ESDM RI.

- Pemerintah Aceh sudah menyurati Menteri ESDM untuk percepatan.

- Kerjasama (MoU) dengan 3 Perusahan asal Turki dan Tiongkok.

Pembebasan Lahan Tol Trans Sumatera (ACEH SEUMEUGOT)

▪ Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sudah diterima oleh Pemerintah Aceh (melalui Sekda Aceh) yang disampaikan oleh Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I, Fathurrahman, pada Kamis, 24 Agustus 2017, di Kantor Gubernur Aceh.

▪ Empat paket rencana pembangunan Tol Aceh yang tersambung ke Tol Sumut, yaitu Banda Aceh-Sigli 75 Km, Sigli-Lhokseumawe 135 Km, Lhokseumawe-Langsa 135 Km, dan Langsa-Binjai, Sumut 110 Km.

▪ Pembangunan Tol Trans Sumatera ruas Banda Aceh- Sigli (paket I) akan melintasi dua kabupaten, sepuluh kecamatan dan 78 gampong, dengan panjang jalan mencapai 74 Kilometer. Luas tanah yang diperlukan adalah 857 hektare.

▪ Progress saat ini: sudah dipatok dari titik nol kawasan Gampong Kajhu, Kec. Baitussalam, Aceh Besar hingga ke Padang Tiji, Pidie.

▪ Target pembebasan lahan tuntas akhir Oktober 2017, sehingga awal tahun 2018 diharapkan dapat dimulai pekerjaan pembangunan.

Penataan dan Reformasi Birokrasi (ACEH PEUMULIA)

▪ Pembentukan panitia seleksi fit & proper tes bagi aparatur untuk setiap jenis dan fungsi layanan(Penempatan pimpinan SKPA yang berkualitas melalui uji kelayakan dan kepatutan)

▪ Fit and proper test ini juga menjadi acuan dalam menyeleksi calon pejabat eselon II yang akan mengisi kabinet Pemerintahan Irwandi – Nova (amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)).

Program ACEH MEUADAB

▪ Menuntaskan Grand Desain Syariat Islam sebagai panduan pelaksanaan Dinul Islam.

▪ Aceh menjadi Pilot Project pemberantasan narkoba(Alternatif Development Program), yang digagas oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa, BNN, dan Kepolisian Republik Indonesia. Grand Design Alternative Development ini berbasis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara komprehensif melalui peningkatan kualitas manusia dan kemandirian ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang memadai. Para petani diberikan pemahaman pengolahan alternatif berbagai jenis tanaman agar kemudian memiliki nilai tambah secara ekonomi. Pilot project berlokasi di 3 kabupaten: Aceh Besar (Lamteuba dan Kuta Malaka), Bireuen dan Aceh Tenggara

▪ Pengajuan Laksamana Malahayati sebagai Pahlawan Nasional. (Tim verifikator yang dibentuk oleh Kementerian Sosial bersama tim pengajuan dari pemerintah Aceh sedang membahas keakuratan data)

▪ Penyusunan Ensiklopedia Kebudayaan Aceh, yang berisi gambaran utuh kebudayaan Aceh secara menyeluruh (ini merupakan Ensiklopedia yang pertama kali disusun)

Program ACEH KREATIF

▪ Penetapan kawasan Agrowisata Terpadu di Kawasan Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. (areal perkebunan kopi dan tanaman muda. Selain itu juga memiliki sejumlah potensi objek wisata seperti pacuan kuda tradisional, pemandian air panas dan air terjun)

▪ Penetapan kawasan Wisata Marina di Pulau banyak (Aceh Singkil)

▪ Menjadikan Sabang sebagai wisata bahari dunia(wisata kapal pesiar) dan kawasan yang nyaman untuk investasi kelas dunia.

▪ Memperkuat branding “The Light of Aceh” (Cahaya Aceh), yang merefleksikan Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia. (Halal Food, Certification and Halal Tourism)

▪ Membangun brand image “Sail Sabang 2017”. Gubernur telah menggelar rapat dengan stakeholder Pemerintahan di Sabang, membahas teknis dan percepatan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Sail Sabang 2017 akan berlangsung 28 November – 5 Desember 2017. Gubernur menyeru semua pihak untuk menyukseskan even Sail Sabang, dan bersama-sama mereduksi stigma masyarakat luar (domestik maupun internasional) bahwa Aceh saat ini sudah aman, nyaman dan damai.

Program ACEH SIAT (Sistem Informasi Aceh Terpadu)

▪ Pengembangan Sistem Informasi dan Database Aceh Terpadu

▪ Aplikasi Pengelolaan Informasi&Dokumentasi (PPID) online sudah terintegrasi ke seluruh SKPA dan telah di adopsi ke-13 kabupaten/kota melalui MoU dengan Pemerintah Aceh

▪ Kerjasama Pemanfataan Data Kepedudukan untuk Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit (Dinas Kesehatan ->RSUDZA, RSJ dan RSIA

▪ Kerjasama Pemanfaatan Data kependudukan untuk Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (antara DRKA dan BPKA)

▪ Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan, dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik antara Dinas Registrasi Kependudukan Aceh (DRKA) dengan Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA) Nomor: 222470/363/2017

▪ PKS ini sangat penting untuk optimalisasi penerimaan Pajak Asli Aceh (PAA) pada Samsat Unggulan secara Online melalui Pajak Kenderaan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor (BBNKB).​

Menggelar Even Sepakbola Internasional (ACEH TEUGA)

▪ Pelaksanaan turnamen Sepakbola skala Internasional ini akan diikuti Timnas Indonesia, Timnas Jepang, Timnas Thailand dan Timnas Malaysia. Even ini dijadwalkan berlangsung 5-10 Desember 2017.

▪ Saat ini, korespondensi sudah berjalan (undangan negara). PSSI sudah memverifikasi infrastruktur dan pengecekan kelayakan stadion di beberapa tempat.

▪ Pemerintah Aceh juga terus membangun komunikasi dengan Kementerian dan pihak-pihak terkait lainnya, agar Aceh dipercayakan sebagai Tuan Rumah PON 2024 bersama Sumatera Utara (MoU).

Rillis

StatusAceh.Net - Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik melakukan lawatan ke Aceh. Dia akan berkunjung ke sejumlah lokasi didampingi Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.

Usai melaksanakan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh, Jumat (13/10/2017), rombongan Wakil PM Turki dijamu makan siang di restoran Pendopo Gubernur Aceh. Gubernur Aceh dan Fikri sempat bertukar cinderamata yang disaksikan undangan yang hadir.

Sebelum meninggalkan lokasi, Fikri menggelar konferensi pers di dalam Pendopo Gubernur. Dia berbicara banyak hal mulai dari soal investasi yang akan dilakukan Turki hingga kualitas kopi Aceh yang menurutnya salah satu terbaik di dunia.
"Kami selalu siap untuk membeli kopi Aceh. Tapi karena kualitasnya tinggi, harganya juga tinggi. Setelah saya balik ke Turki nanti, saya akan berpikir lebih lanjut terkait hal ini," kata Fikri dalam bahasa Turki yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Menurutnya, Turki siap melakukan investasi di Aceh dalam bentuk apapun asal regulasinya mudah. Untuk investasi dari Turki, katanya, perlu juga bantuan dari masyarakat Aceh dan pihaknya juga sudah berdiskusi dengan gubernur.

"Turki akan memberikan bantuan investasi dalam bentuk apapun dalam hal apapun asal saja perundangan yang ada mempermudah kita," jelas Fikri.

Sebelum berkunjung ke Aceh, Wakil PM Turki juga sempat berkunjung ke Jakarta. Menurutnya, dia juga sudah berkomunikasi dengan pemerintah terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun di Lhokseumawe, Aceh.

"Untuk Kawasan Ekonomi Khusus, Turki bersedia investasi dalam bentuk apapun," ungkapnya.| Detik.com

Ilustrasi
Pidie - Seorang nenek bernama Saudah Bukon (65) warga Gampong Rungkom, Kecamatan Batee, Pidie ditemukan bersimbah darah dengan sejumlah luka akibat senjata tajam di sekujur tubuhnya.

Kapolsek Batee Iptu Much Aji kepada wartawan, Kamis (12/10/2017) menduga bahwa Saudah adalah korban percobaan pembunuhan.

Peristiwa itu, kata Much Aji, terjadi pada Rabu, 12 Oktober 2017 sekita pukul 22.10 WIB. Saat itu korban sedang menganyam tikar pandan di halaman rumahnya di Gampong Rungkom, Kecamatan, Batee.

Namun, tak ada yang melihat seperti apa pelaku menjalankan aksinya. Kata Much Aji, seorang saksi hanya sempat melihat seorang pria memegang parang di halaman rumah korban.

"Ada saksi yang melihat sosok pria memegang parang melintasi halaman rumah korban. Pria itu lantas melompat pagar meninggalkan lokasi," kata Much Aji.

Saksi lantas menuju kediaman korban dan saat itu korban masih sadarkan diri. “Saat itu korban berteriak meminta bantuan dan merintih kesakitan karena luka akibat senjata tajam” katanya.

Korban langsung larikan ke RSUD Tgk Chik Di Tiro untuk mendaparkan pertolongan. Saudah mengalami luka robek di bagian kepala, bahu sebelah kiri, pergelangan tangan sebelah kiri dan perut perut sebelah kiri.

Polis sudah melakukan olah tempat kejadian peristiwa, namun sejauh ini diketahui tak ada barang milik korban yang hilang.

"Belum diketahui motif percobaan pembunuhan terhadap warga Batee tersebut, karena saat ini koban masih menjalani perawaran di rumah sakit, meski sudah sadarkan diri," katanya.(brtkni)

BANDA ACEH - Setelah sukses dilaksanakan selama tiga tahun terakhir sejak ditetapkan tanggal 12 Oktober 2014 sebagai Hari Sanger atau Sanger Day di Kota Banda Aceh, maka pada tahun ini peringatan Sanger Day akan kembali digelar pada 21-22 Oktober 2017.

Peringatan Hari Sanger Sedunia yang selalu ramai diperbincangkan di linimasa Twitter saban 12 Oktober lewat tagar #SangerDay juga menjadi bagian dari Calendar of Event (CoE) Aceh yang digarap oleh komunitas laskar digital ini akan berlangsung selama dua hari dengan berbagai agenda acara yang bakal meriah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui Kepala Bidang Pemasaran Rahmadhani menyebutkan adanya kegiatan festival untuk Sanger Day kita harapkan memang menjadi nilai tersendiri bagi daya tarik pariwisata.

"Mengenalkan Sanger lewat media sosial menurut kami cukup pas, terlebih saat ini era promosi digital begitu mudah, apapun keunikan kuliner dan minuman serta pariwisata di Aceh, cara paling mudah dipromosikan adalah lewat medsos," ujarnya didampingi Ketua Panitia Sanger Day+ Fest 2017 Reyhan Gufriyansyah.

Reyhan menyebutkan penyelenggaraan kegiatan Sanger Day tahun ini lebih meriah dari pada tahun-tahun sebelumnya.

“Kali ini kita memperkenalkan sanger sebagai minuman khas dan ikon Aceh, selain itu menjadi wadah untuk komunitas dan masyarakat yang bergerak di industri kreatif yang ada di Aceh untuk mengembangkan produk yang mempunyai nilai ke-Aceh-an,” sebut Reyhan

Sanger Day+ Fest 2017, tambah Reyhan akan dilaksanakan di FJ’s Coffee Shop Pasar Newton Batoh, Banda Aceh yang mengangkat tema “Beragam Peunajoh Satu Cita – Kuliner Aceh Pesona Rasa” serta ikut menjajakan sejumlah jajanan tradisional Aceh yang kini mulai langka, menariknya lagi juga akan dihadiri Chef nasional.

Selain itu, akui Reyhan, Sanger Day dilaksanakan pihaknya juga dalam rangka meningkat eksistensi minuman sanger menjadi daya tarik.

Sejumlah agenda dalam Sanger Day+ Fest juga telah dipersiapkan, diantaranya pameran foto sanger, atraksi meracik sanger tradisional, standarisasi sanger, art painting show sanger, eksibisi kuliner dan jajanan khas Aceh, bazar jajanan tradisional dan nusantara, malam apresiasi sanger day, lomba meracik sanger, lomba mewarnai anak-anak, lomba pisang reuboh dan lomba boh manok weng.

“Sehingga nantinya dengan hadirnya festival ini mampu melibatkan kembali komunitas atau masyarakat dalam mempopulerkan sanger dan menjadi minuman favorit karena bernilai baik bagi potensi wisata di Aceh,” ujar Reyhan yang juga Ketua Harian GenPI Aceh ini.

Ia mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar acara ini dapat berjalan dengan sukses hingga memberikan manfaat bagi semua pihak dan memberikan dampak positif bagi industri kreatif dan pariwisata di Aceh.(Rill)

,
Lhokseumawe – Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Hinsa Siburian direncana akan menutup kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-100 Kodim 0103/Aceh Utara jajaran Korem 011/Lilawangsa, di Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Hal itu dikatakan Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Agus Firman Yusmono pada acara memimpin acara rapat penutupan TMMD Ke-100 tersebut, di Aula Yudha Korem 011/Lilawangsa, Jumat (13/10/2017).

“Direncanakan Wakasad yang akan menutup kegiatan TMMD Reguler ke-100 Kodim 0103 Aceh Utara Korem 011/Lilawangsa di Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara yang dibuka pada tanggal 27 September lalu, hingga berlangsung sampai dengan tanggak 26 Oktober 2017 mendatang”, tuturnya.

Danrem juga menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan TMMD yang melibatkan 150 personil dari TNI, Polri, Pemda dan masyarakat setempat berupa sasaran fisik meliputi pembukaan jalan sepanjang 4.000 meter dan lebar 6 meter, pembuatan 4 unit Box Culvert, rehab 2 unit Rumah tidak layak huni, pembuatan lapangan volley dan rehab tempat wudhuk. Sedangkan sasaran non fisik meliputi penyuluhan peternakan, pertanahan, perkebunan, wawasan kebangsaan (Wasbang), Narkoba, kehutanan, hukum dan sosialisasi pembuatan pupuk organik, jelasnya.

Selain itu, rapat tersebut dilakukan selain dalam perencanaan dan persiapan penutupan pada tanggal 26 Oktober 2017 mendatang, juga bertujuan agar pada pelaksanaan nantinya dapat terlaksana dengan baik dan lancar, pungkas Kolonel Inf Agus Firman Yusmono.

Dalam kegiatan rapat tersebut, turut dihadiri Dandim 0103/Aut, Komandan/Kepala Satuan Dinas Jawatan jajaran Korem 011/LW, Para Kasi/Pasi Korem 011/LW dan Kapenrem 011/LW.(Laung)

Hutan Leuser yang begitu penting bagi kehidupan masyarakat. Hutan ini juga habitatnya satwa liar kebanggaan Indonesia seperti badak, gajah, harimau, dan orangutan sumatera. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia
Banda Aceh - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dalam beberapa kesempatan, selalu menekankan pentingnya menjaga Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Selain sebagai warisan untuk generasi mendatang, hutan tersebut juga dapat mencegah terjadinya bencana alam.

“Menjaga hutan Leuser bukan hanya untuk diwariskan kepada generasi mendatang, tapi juga untuk menjaga agar bencana tidak terjadi,” terang Irwandi saat pelantikan Bupati Gayo Lues pada 3 Oktober 2017. Ucapan tersebut kembali diulang Irwandi saat melantik Bupati Nagan Raya, 10 Oktober 2017.

Irwandi mengatakan, sebagai kabupaten yang sebagian wilayahnya bagian dari KEL, Pemerintah Kabupaten Nagan Raya harus berperan aktif menjaga kelestarian hutan warisan dunia itu.

“Pemerintah Kabupaten harus aktif menjaga Hutan Leuser dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Bencana alam yang kerap terjadi, seperti banjir atau tanah longsor banyak disebabkan ulah manusia yang merusak lingkungan,” terangnya.

Nagan Raya merupakan kabupaten yang kaya potensi alam. Selain laut, ada bahan tambang galian C maupun bahan tambang bernilai tinggi, seperti batubara, emas, tembaga, biji besi, dan lainnya.

“Harus diingat, Nagan Raya bersentuhan dengan Leuser. Potensi-potensi itu harus diambil seperlunya saja, atau di luar hutan Leuser. Nagan Raya juga penghasil CPO terbesar di Aceh, karena itu perusahaan yang ingin mengajukan konsesi lahan baru sebaiknya dihentikan. Jangan sampai kita mewariskan kerusakan alam kepada anak cucu kita,” ungkapnya.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala ini juga mengatakan, ia pernah ditawari uang ribuan Dollar oleh pengusaha bonafit. Syaratnya, ia harus mengeluarkan izin tambang emas di wilayah tengah Aceh, termasuk Nagan Raya.

“Saya tolak, dan saya mengajak Bupati dan Wakil Bupati di Aceh jangan sampai tergoda pengusaha nakal seperti itu. Jangan sampai karena kesenangan sesaat, kita justru merusak alam,” ungkap Irwandi.

Tetap mengingatkan

Saat melantik Bupati dan Wakil Bupati Gayo Lues, 3 Oktober 2017, Irwandi menyatakan Provinsi Aceh harus terus menjaga hutannya. Bukan untuk kepentingan orang lain, tapi untuk kepentingan masyarakat Aceh sendiri.

“Aceh harus menjaga hutan dan lingkungannya, bukan karena permintaan pihak asing atau lembaga donor, tapi karena kebutuhan kita sendiri,” sebutnya.

Irwandi berpendapat, menjaga hutan sangat penting dilakukan, karena topografi Aceh khususnya Kabupaten Gayo Lues yang ekstrim, rentan terhadap bencana alam. Apabila keseimbangan alam terganggu, bencana akan menghantui.

“Ketika masyarakat Aceh khususnya Kabupaten Gayo Lues menjaga hutan tidak rusak, dan saat itu ada lembaga yang memberikan apresiasi atau kompensasi jasa lingkungan, hal tersebut adalah bonus.”

Data monitoring di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang dilakukan Forum Konservasi Leuser (FKL) menunjukkan, selama Januari-Juni 2017, ada 2.562 kegiatan ilegal seperti perambahan untuk perkebunan, ipembalakan, perburuan satwa, dan pembukaan jalan.

Data tersebut merupakan hasil pantauan di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Subulussalam, Aceh Selatan, dan Aceh singkil.

Sementara di 2016, FKL menemukan kasus perambahan mencapai 1.508 kasus dengan total 9.143,4 hektare luas kawasan yang dirambah. Untuk pembalakan, ada 1.534 kasus dengan perkiraan kerugian potensi kayu sebesar 3.665,5 meter kubik.

Penertiban
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh meminta pemerintah segera menertibkan pertambangan emas di Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya itu, yang dinilai dinilai berdampak buruk terhadap kelestarian sungai dan hutan.

Kepala Divisi Advokasi Walhi Aceh, Muhammad Nasir mengatakan, hasil investigasi Walhi Aceh menunjukkan, penambangan emas ilegal di Kecamatan Beutong tersebar di beberapa desa. Wilayah tersebut mencakup permukiman penduduk, aliran sungai, serta kawasan hutan produksi dan lindung.

“Desa-desa yang terdapat pertambangan emas ilegal itu adalah Desa Blang Baroe PR, Panton Bayam, Blang Leumak, serta Krueng Cut dengan luas administrasi keseluruhan mencapai 1.108,93 hektare. Sementara sungai yang memiliki aktivitas pertambangan yaitu Krueng Cut dan Krueng Pelabuhan,” ujarnya.

Hitungan Walhi Aceh, selama proses investigasi dilakukan, jumlah alat berat yang ada di desa mencapai 65 unit. Penambang juga menggunakan alat penyaring emas (asbuk) dan mesin pompa air. Dampaknya, lahan pertanian dan perkebunan warga tercemar serta terbukanya akses untuk pembalakan liar.

“Dampak terbesar adalah banjir. Kondisi fisik sungai Krueng Cut dan Krueng Pelabuhan yang rusak, menjadi pemicu potensi bencana itu terjadi,” tandasnya.(*)

Sumber: Mongabay.co.id

Ilustrasi
StatusAceh.Net - AF mendapat hukuman berat dari majelis hakim Pengadilan Negeri Sangatta karena melakukan perbuatan asusila terhadap anaknya, Melati (16, bukan nama sebenarnya).

Dalam sidang yang digelar Rabu (11/10), AF divonis pidana penjara 14 tahun ditambah denda Rp 60 juta subsider tiga bulan kurungan.

Vonis yang dibacakan Ketua Majslis Hakim Marjani Eldiarti sama dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) I Nengah dari Kejaksaan Negeri Sangatta.

Perbuatan AF memang sungguh keterlaluan. Akibat ulah AF, Melati melahirkan pada 12 April 2017 lalu.

Namun, saat melahirkan dengan bantuan seorang  bidan di Sangatta Selatan, Melati mengalami kesulitan sehingga dibawa ke RSUD Kudungga Sangatta.

Setelah melahirkan, Melati menghilang. Akibatnya, sang bayi telantar.

Hal itu menjadi perhatian publik ketika pihak RSUD Kudungga memublikasikan ke media massa.

AF dijerat dengan Pasal 81 Ayat (1) Ayat (3) jo Pasal 76 D Perpu  Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, jo Pasal 64 Ayat 1  KUHP.

“Perbuatan asusila tersangka kepada  korban dilakukan sejak Kamis pada 3 Juni 2016 hingga 27 September 2016. Lokasi di kediaman mereka di Kampung Kajang, Sangatta Selatan. Sebelumnya korban sempat diancam seperti ditinggalkan biar kelaparan,” terang I Nengah sebagaimana dilansir Kaltim Post, Jumat (13/10).

Majelis menilai perbuatan AF tak pantas. Sebab, AF merupakan ayah yang seharusnya melindungi dan menjaga Melati.

"Vonis 14 tahun bagi AF setimpal dengan perbuatannya,” terang hakim anggota Andreas Pungky Maradona.| JPNN

30 kilogram paket sabu yang diamankan polisi. (Foto: dok. Polda Aceh)
Langsa - Polisi menangkap empat pria saat hendak menyelundupkan 30 kilogram sabu ke Aceh melalui laut. Satu di antara pelaku ditembak di bagian kaki.

Penangkapan pelaku dilakukan tim gabungan Bareskrim Mabes Polri, Bea-Cukai Belawan, dan Bea-Cukai Langsa. Tim yang dipimpin Kombes Gembong Yudha itu bergerak ke lokasi yang terletak sekitar 20 mil Ujong Kuala Peureulak, Aceh Timur, Aceh, dengan kapal patroli BC Belawan.

Sampai di sana, tim mendekat ke sebuah boat nelayan dengan nama lambung Dua Saudara yang ditumpangi empat anak buah kapal. Petugas selanjutnya melakukan pemeriksaan di dalam kapal dan menemukan dua tas, yaitu tas jinjing dan tas ransel.

"Tas ransel warna biru dirondokkan (disembunyikan) di dalam haluan depan (bodi) kapal boat, kemudian dicek di dalam tas tersebut berisi 30 kemasan teh China dengan berat keseluruhan lebih-kurang 30 kg," kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Goenawan saat dimintai konfirmasi detikcom, Kamis (12/10/2017) malam.

Barang yang diduga narkoba jenis sabu tersebut diduga berasal dari Malaysia. Penangkapan kapal beserta ABK ini dilakukan pada Rabu (11/10) sekitar pukul 23.30 WIB. Kapal dan barang bukti selanjutnya ditarik ke perairan Langsa, Aceh, dan tiba pagi tadi sekitar pukul 06.10 WIB.

Barang bukti 30 kg sabu beserta pelaku saat ini sudah diamankan tim Bareskrim Polri. Sementara itu, kapal kayu yang dipakai untuk memasok barang haram tersebut dititipkan di dermaga Polair Polres Langsa.

"Pelaku empat orang yang kita amankan. Salah satunya terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena luka tembak di kaki," ungkap Goenawan. | Detik.com

StatusAceh.Net - Peralatan dapur khas Aceh tempo dulu dipamerkan pada peringatan hari jadi Museum Nasional, di Museum Aceh, Banda Aceh, Aceh, Kamis, 12 Oktober 2017. Alat masak hingga bumbu khas Aceh turut dipajang di sana.

Beragam bumbu dapur yang masih khas seperti tomat Aceh, cabai kering, bumbu pliek u, lengkuas, kelapa gongseng dan 50 jenis koleksi rempah masakan Aceh lainnya dipamerkan di Museum Aceh.

Begitu pula dengan peralatan masak yang biasa dipakai zaman dulu, sejenis jingki, alas periok, batu giling, gawai, cobek, lesung, tempat air, kukusan, pemeras pliek u, keuto yong dan masih banyak lagi.
(VIVA.co.id/Dani Randi)
“Ini kita tampilkan untuk memperkenalkan kembali ke masyarakat luas. Kan banyak juga yang belum mengetahui. Jadi ini sebagai edukasi bagi anak-anak sekolah,” ujar kepala Museum Aceh, Junaedah Hasnawati kepada VIVA.co.id di Banda Aceh, Kamis, 12 Oktober 2017.

Umumnya, barang-barang ini sudah mulai jarang terlihat di dapur-dapur rumah warga Aceh. Untuk itu ia mengajak semua masyarakat untuk kembali membudayakan peralatan tersebut. Setidaknya, kata dia, mengerti cara penggunaannya.

“Seperti tempat makanan yang digantung, itu kan mengajarkan kita bagaimana tingkat menjaga kebersihan yang sudah dipopulerkan oleh orangtua kita zaman dulu,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, Reza Fahlevi mengatakan, pihaknya mengangkat tema ‘Aroma Memikat dari Dapur Aceh’ kali ini untuk memperkenalkan kembali khazanah budaya kuliner di Aceh. Salah satunya, rempah-rempah yang diolah menjadi kuliner yang memiliki cita rasa tinggi.

“Perlu kita sosialisasikan agar ini lestari. Banyak masyarakat yang tidak mampu mengelola hasil rempah itu, racikan dan sebagainya. Makanya kita kenalkan kembali seperti rempah-rempah, bumbu, agar tidak hilang ditelan zaman,” ucap Reza.| Viva

Banda Aceh – Wakil Perdana Turki, Fikri Isik, dijadwalkan mengunjungi Aceh, Jumat (13/10/2017) pagi. Kunjungan tersebut dilakukan sebagai kunjungan balasan atas kedatangan Gubernur Irwandi Yusuf ke Turki akhir bulan lalu.

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Mulyadi Nurdin, menyebutkan Fikri Isik datang ke Aceh setelah melakukan permintaan khusus kepada Presiden RI Joko Widodo untuk mengunjungi Aceh. Beliau akan tiba di bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang pukul 11.00 WIB.

“Bersama beliau juga akan hadir beberapa pengusaha Turki dan kemungkinan akan membahas beberapa peluang investasi di Aceh,” ujar Mulyadi Nurdin.

Dalam kunjungan itu, Fikri Isik akan dijemput langsung oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, kemudian menunaikan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, dan seusai salat Jumat, Wakil PM Turki akan memberikan sambutan di hadapan para jamaah.

“Selain kunjungan balasan, Wakil Perdana Menteri Turki ini juga sangat paham dengan hubungan masa lalu antara Aceh dan Turki,” kata Mulyadi Nurdin.

Menurutnya kunjungan Fikri Isik ke Aceh juga menjadi kunjungan bersejarah untuk membina kembali hubungan baik antara Turki dan Aceh.

Sebagai buah tangan, Pemerintah Aceh berencana untuk memberikan lada sicupak dan sebilah siwah, berupa pedang Aceh, kepada Fikri Isik.

Lada sicupak merupakan simbol kerjasama dua kerajaan besar masa lalu yaitu Turki Utsmani dan Aceh Darussalam. Saat itu kerajaan Aceh menjadikan komoditi lada sebagai rempah khas Aceh untuk ditukarkan dengan barang dari Turki seperti senjata dan lain-lain.

Mulyadi Nurdin menjelaskan, seusai salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Fikri Isik bersama rombongan akan melakukan pertemuan dengan Gubernur Aceh di Pendopo, kemudian mengunjungi Museum Tsunami Aceh, perumahan Turki, makam Tengku Salahuddin di Bitay, serta komplek Istanbul Orphenage Complex (PKPU).

Untuk diketahui, pada akhir September lalu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menawarkan sejumlah peluang investasi kepada pengusaha turki di Hotel Bhosporus Istanbul. Di antara yang tawarkan Irwandi adalah investasi di bidang pariwisata, Kawasan Ekonomi Khusus Arun, energi dan agro industri.

Sebelumnya pada Juni 2017, Duta Besar Turki untuk Indonesia Mehmer Kadri Sander Gurbuz juga pernah melawat ke Aceh seusai Irwandi Yusuf terpilih sebagai gubernur Aceh, saat itu sang Duta Besar juga menyebut sebagai sosok yang dekat dengan Aceh karena faktor sejarah. (Rillis)

Banda Aceh — Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menyebutkan penduduk Indonesia khususnya Aceh sebagai pemeluk mayoritas agama Islam, harus menjadi pelindung bagi pemeluk agama lainnya.

“Di mana ada umat Islam di situ harus ada perdamaian,” ujar Irwandi saat pembukaan Pekan Keterampilan dan Seni Agama Islam Tingkat Nasional ke VIII Tahun 2017, di Taman Sultanah Ratu Safiatuddin, Senin 9 Oktober 2017, malan. Irwandi meminta agar pemeluk Islam di Aceh untuk tidak defensif. 

Di mana tabiat itu biasanya lahir akibat ketersinggungan. Di Indonesia bahkan di Aceh pernah terjadi konflik agama yang berujung pembakaran rumah ibadah. Masyarakat Islam sebagai mayoritas di Indonesia harus menampakkan jati dirinya sebagai bangsa yang mulia. 

“Siapa yang mayoritas harus melindungi minoritas,” kata Irwandi. Senada dengan Irwandi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menyebutkan bahwa merawat keragaman dalam keagamaan sangat penting. Di mana pendidikan agama Islam seharusnya dikaitkan dengan karakteristik bangsa yang beragam dan kaya dengan nilai-nilai religius. 

“Keragaman dan keagaman merupakan jatidiri yang tidak dapat dipisahkan pada bangsa Indonesia,” ujar Lukman Hakim. Islam, kata Lukman merupakan agama yang menebarkan kedamaian. 

Sementara Indonesia adalah negara mayoritas pemeluk Islam yang majemuk dari sisi budaya, bahasa dan agama. 

“Ini fitrah yang perlu kita rawat.” Irwandi dan Lukman kompak berpendapat bahwa masyarakat Islam dituntut untuk mencintai keragaman. Pemeluk Islam adalah mereka yang dapat hidup berdampingan pemeluk agama lain.(Rill)

Banda Aceh - Wakil Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, menerima kunjungan tim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)  Ketenagakerjaan, di Pendopo Wakil Gubernur Aceh, Kamis (12/10/2017).

Dalam pertemuan tersebut, tim BPJS dipimpin langsung oleh Efa Zuriyadi, selaku kepala cabang BPJS Ketenagakerjaan Banda Aceh, Novia Mardhatillah, marketing officer, dan Arif Affan, Kepala Bidang Pemasaran.

Dalam pertemuan tersebut, Wagub mendapatkan berbagai penjelasan terkait pengenalan program dan rencana kerja BPJS Ketenagakerjaan di masa mendatang. “Ini tentu saja membutuhkan dukungan dari Pemerintah Daerah,” ujar Efa Zuriyadi, usai bertemu dengan Wagub.

Sebagaimana diketahui, kegiatan BPJS Ketenagakerjaan ini adalah memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja. Efa mengungkapkan, potensi kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di Aceh juga akan semakin bertambah seiring dengan komitmen sejumlah perusahaan untuk berinvestasi di sejumlah wilayah di Aceh

“Kami melihat Aceh sangat berpotensi untuk tenaga kerja di sektor jasa konstruksi. Pesatnya pembangunan di Aceh saat ini akan berimbas pada banyaknya sektor atau perusahaan jasa konstruksi untuk merealisasikan program pembangunan di Aceh.”

“Kami juga mendorong kepada Pemerintah Aceh untuk memberikan perlindungan untuk para tenaga kerja non Aparatur Sipil Negara yang bekerja di sejumlah Satuan Kerja Perangkat Aceh dan SKPK. Karena resiko kerja tentu tidak mengenal status,” sambung Efa. 

Sementara itu, dari sisi regulasi BPJS Ketenagakerjaan telah didukung oleh Qanun Aceh nomor 7 tahun 2014, tentang Ketenagakerjaan. “Qanun inni sangat besar sekali perannya dalam rangka merealisasikan program-program BPJS Ketenagakerjaan di Aceh. Dalam pertemuan tadi sudah kami sampaikan kepada Bapak Wagub, bahwa semua regulasi terkait BPJS Ketenagakerjaan telah didukung oleh regulasi di Aceh,” sambung Efa.

“Kami berharap dukungan dari sejumlah regulasi inii akan mendorong perluasan kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dalam pertemuan tadi, kami juga menyampaikan harapan kepada Bapak Wakil Gubernur agar keberadaan kami dapat didukung dengan aturan dan instruksi terkait dengan perluasan kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan,” pungkas Efa Zuriyadi. (Ngah)

Banda Aceh – Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menerima kunjungan TIM Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB) Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) se-Provinsi Aceh di pendopo Wakil Gubernur Aceh, (12/10). 

Dalam pertemuan tersebut, Ketua TKMKB, Drg. Saifuddin Ishak menyampaikan beberapa permasalah terkait pelayanan rumah sakit di Aceh. Sebagai tim independen yang dibantuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, TKMBK bertugas untuk mengendalikan mutu dan biaya melalui sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi sesuai dengan kompetensi serta pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

Beberapa masalah terkait pelayanan kata Saifuddin antara lain, masih banyak masyarakat Aceh yang belum terdaftar dalam JKA, sehingga terhambat dalam pengurusan administrasi pelayanan kesehatan ketika hendak berobat ke rumah sakit. 

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penyesuaian data dukcapil dengan data kepesertaan BPJS kesehatan ditingkat kabupaten/kota. 

Beberapa permasalahan lainnya lanjut Saifuddin yang juga menghambat pelayanan kesehatan antara lain, klaim yang terlambat diajukan dan dibayarkan dikarenakan petugas verifikator yang masih sangat terbatas serta administarasi berkas klaim yang belum tertata dengan baik. 

Selain itu, adanya penjaminan kecelakaan lalu lintas ganda, sistem informasi ketersediaan ruang rawat belum optimal, ruang rawatan penuh, keramahan petugas baik RS maupun BPJS Kesehatan belum baik, lamanya pasien antrian untuk operasi, kendala ketersediaan obat di setiap RS, , serta rujukan berjenjang. 

“Semua permasalahan tersebut sudah di identifikasi dan dilakukan pembenahan serta aksi untuk diselesaikan,” kata Saifuddin, 

Saifuddin sangat berharap Pemerintah Aceh dan DPRA mendukung sepenuhnya kedala-kendala yang dihadapi TKMBK  sehingga percepatan pelayanan kesehatan di Aceh dapat diwujudkan. 

Saifuddin juga mengajak Wakil Gubernur Aceh untuk melakukan supervisi ke Daerah untuk melihat langsung kondisi dilapangan, baik sarana dan prasana, SDM, peralatan serta mekanisme rujukan di setiap rumah sakit yang nantinya akan menjadi Rumah Sakit Regional. 

Sementara itu, Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyampaikan bahwa pelayaan rumah sakit di Aceh akan terus dibenahi agar masyarakat mendapat palayanan yang maksimal. 

“Sebenarnya, pelayaan rumah sakit di berbagai daerah saat ini sudah bagus, begitu juga dengan fasilitas yang ada, tapi kepercayaan dari masyarakat masih kurang,” kata Nova. 

Untuk itu, ia berharap adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait layanan kesehatan di setiap rumah sakit untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. (Rill)

,
Langsa  - Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Agus Firman Yusmono didampingi Wali Kota Langsa Tgk Usman Abdullah melepas 70 peserta Aceh Forest Explorer tahun 2017.

Pelepasan star dilakukan dari Lapangan Merdeka Langsa, Jln. WR. Supratman, Desa Jawa Depan, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa, Kamis(12/10). Kegiatan tersebut berlangsung selama 4 hari dari tanggal 12 s/d 15 Oktober 2017.

Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Agus Firman Yusmono menyebutkan, Aceh Forest Explorer digelar dalam rangka menyambut HUT Pemerintah Kota Langsa Ke-16 sekaligus dalam memperingati Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia (HUT-TNI) Ke-72 Tahun.

Even Offroad Aceh Forest Explorer tahun 2017 atau olahraga kendaraan bermotor tersebut dapat dijadikan sebagai bentuk kegiatan positif untuk mengenal wilayah pedalaman dan membantu memberi hiburan bagi masyarakat di wilayah pedalaman yang masih minim akses infrastrukturnya, tutur Danrem 011 Lilawangsa.

Sementara itu. Ketua Extrim Indonesia Dod Musa Idisyah mengatakan kepada para peserta bahwa kegiatan ini bukanlah merupakan ajang kompetisi akan tetapi kegiatan ini merupakan berpetualang untuk mengenal daerah - daerah wisata alam yang ada di Provinsi Aceh, katanya.

"untuk menjalin hubungan antara Off-Road Wilayah Aceh terhadap wilayah lain dan kenalkan tentang daerah-daerah yang akan kita lalui,  semoga kegiatan ini bisa dapat berjalan dengan baik dan lancar serta jaga faktor keamanan dalam perjalanan yang akan kita lalui”, sebutnya.

Kegiatan turut dihadiri antara lain,  Bupati Bener Meriah  Ahmadi, SH, Dandim 0104/Atim Letkol Inf Amril Haris Isya Siregar, SE,  Danyon Raider 111/KB Letkol Inf M. Iqbal Lubis., Wakapolres Langsa Kompol Siswara Hadi Candra, SIK,  Ketua DPRA  T. Muharuddin, dan para unsur muspida Kota Langsa, serta para peserta Community Off-Road Aceh Forest Xplorer dan para peserta Community Off-Road Sumatera Forest Xplorer 2017.

Adapun Tim peserta dan kegiatan dalam Even Offroad Aceh Forest Explorer tahun 2017 selama Empat hari diantaranya, Prepare Unit,  Coffee Morning, Kendaraan Line Up , Start Ceremonial , Flag - Off , Rolling To Blang Tualang, Bc - 1 (Putri Hijau), Wake Up On Bc - 1 (PT. Perkebunan Putri Hijau),  Briefing , Prepare dan Cleaning On Bc - 1 - Rolling To Trail (On Track),  Shalat Jumat (Masjid Keude Peunaron),  Continue To Trail (On Track),  Bc - 2 (Simpang Ujung Padi),  Wake Up On Bc - 2 - Briefing ,Prepare dan Cleaning On Bc - 2, Rolling To Trail (On Track), Bc - 3 (Air Terjun Arul Serule Peunaron),  Bakti Sosial dan Peusijuk , cara Seni Tari Gayo (Air Terjun Arul Serule Peunaron), Wake Up On Bc - 3, Briefing , Prepare dan Cleaning On Bc - 3,  Rolling To Trail (On Track), Rolling To Finish (On Track),  Finish (Lapangan Merdeka Langsa) dan Closing Ceremony  (Pendopo Walikota Langsa).

Laporan : Laung

Tim dari BNN Pusat, menangkap tiga terduga pembawa narkotika jenis sabu dan ribuan butir ektasi di Aceh bulan lalu
Langsa - Tim gabungan terdiri dari personel Bareskrim Mabes Polri dan Bea Cukai Belawan menangkap satu boat nelayan GT. G No. 4821/5 Dua Saudara di perairan Kuala Langsa. Dalam boat nelayan Aceh tersebut tim menemukan sekitar 30 Kg sabu asal Malaysia, Kamis (12/10).‎

Pengungkapan kasus penyelundupan sabu tersebut dilakukan tim gabungan saat melakuka patroli menggunakan kapal patroli Bea Cukai Belawan No. BC.3001 dengan cara menghampiri boat nelayan.

Saat dihampiri tim operasi laut itu, boat nelayan yang ditumpangi empat ABK mencurigakan. Selanjutnya tim melakukan pemeriksaan terhadap boat nelayan itu. Alhasil tim gabungan menemukan sabu sekitar 30 kg. Sabu tersebut ditemukan dalam tas ransel warna biru yang disembunyikan di dalam badan kapal. Barang haram itu 30 kemasan teh cina.

Saat ini boat nelayan pengangkut sabu tersebut telah diamankan di Pelabuhan Kuala Langsa. Sementara sabu 30 Kg beserta empat ABK boat sudah diamankan personel Bareskrim Mabes Polri.

Kepala Bea Cukai Kota Langsa, Mulyadi yang dihubungi AJNN membenarkan pengungkapan 30 Kg sabu di perairan Langsa.

"Pengungkapan dilakukan tim gabungan terdiri dari Mabes Polri, ‎Bea Cukai Pusat dibantu personil Bea Cukai Langsa dan Bea Cukai Lhokseumawe," kata Mulyadi.| AJNN.Net

Bireuen - Bus Cenderawasih BL 7328 Z yang mengangkut rombongan pengantin dari Desa Cot Geulumpang, Kecamatan Jeunieb, Bireuen, terbalik di Jalan Nasional Banda Aceh-Medan kawasan Alue Syung, Kecamatan Peulimbang, Bireuen, Kamis (12/11/2017).

Satu orang meninggal dalam musibah itu, sementara 29 penumpang lainnya mengalami luka berat dan ringan.

Dua tahun lalu, 5 April 2015, bus Cenderawasih yang juga mengangkut rombongan pengantin, mengalami kecelakaan lalu lintas, hampir persis di lokasi kecelakaan Kamis (12/11/2017).

Hanya berjarak sekitar 10 meter.

Pada kecelakaan 2015, empat orang meninggal dan 29 penumpang lainnya luka-luka.

Sejumlah warga yang ditemui Serambinews.com mengatakan, pada 2015 itu musibah menimpa bus yang membawa rombongan pengantin wanita (dara baro).

Saat itu, Bus Cederawasih terjun ke Alue Syung.


Tadi pagi, Bus Cederawasih kembali mengalami kecelakaan di lokasi tersebut. Tapi membawa rombongan pengantin laki-laki (linto baro).

Dalam musibah tadi pagi, satu orang meninggal dunia, 29 lainnya mengalami luka berat dan ringan.

Informasi yang diperoleh Serambinews.com, bus yang disopiri  Heri (30), warga Ulee Glee, Pidie Jaya itu terbalik karena mengelak satu sepeda motor yang jatuh di badan jalan.

Saat mengelak itulah bus menghantam tembok pinggir jalan dan terbalik hingga bannya ke atas.

Lintasan Jalan Nasional Banda Aceh-Medan kawasan Alue Syung, kata Camat Peulimbang, Amiruddin termasuk dalam wilayah desa Puuk berbatasan dengan Desa Seuneubok Semawe.| Serambinews

Lhoksukon - Ladang Ganja Seluas enam hektare di Gampong Lancok, Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, berhasil dimusnahkan oleh tim personil Polres Lhokseumawe, Kamis (12 /10 /2017), sekitar pukul 13.30 WIB dengan cara mencabut dan membakarnya.

Informasi yang diterima StatusAceh.Net, Salah seorang berinisial AD yang sedang menyiram tanaman ganja berhasil ditangkap Aparat kepolisian sedangkan satu orang lainnya bernisial AB berhasil kabur.
 
AD mengaku tanaman ganja itu sudah berumur delapan bulan, dirinya hanya sebagai pengelola, sedangkan pemiliknya sudah melarikan diri.

"Waktu itu, saya sedang menyiram tanaman ganja, teman saya AB tidur di gubuk. Lalu saya berteriak menyuruhnya untuk kabur dan melarikan diri," ungkapnya.
Sementara Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman, melalui Waka Polres Kompol Imam Asfali mengatakan, ladang yang berhasil ditemukan dan dimusnahkan seluas enam hektare dan terdapat di tiga titik.

"Sebelumnya kita mendapat informasi dari masyarakat kalau di Sawang terdapat ladang ganja, lalu sekira pukul 23.00 WIB kemarin sejumlah anggota mulai menyelidiki ke lokasi. Sekira pukul 04.30 WIB petugas menemukan dan mengepung ladang ganja itu ," katanya.

Lanjutnya, dirinya mengimbau kepada masyarakat Aceh, khususnya Aceh Utara, supaya tidak menanam pohon ganja, karena tidak bermanfaat untuk masyarakat. Menurutnya, ganja itu hanya bisa merusak generasi penerus bangsa ke depan.

"Lebih baik warga menanam tumbuhan lainnya yang bisa bermanfaat untuk penambahan dan meningkatkannya ekonomi masyarakat dan keluarganya," imbaunya.[SA/TSA]


BANDA ACEH- Selama ini nama dan citra buruk polisi lalu lintas (Polantas) kerap di coreng oleh beberapa oknum polantas,sehingga menuai berbagai presepsi maupun asumsi buruk masyarakat.

Namun tidak semua polantas kerap melakukan pungli maupun melakukan razia ilegal, Khairul Fahmi adalah salahsatu anggota polantas yang bertugas di satuan lalu lintas Polresta Banda Aceh.

Meski tubuhnya kerap dibalut dengan seragam polisi namun niat dan sifatnya yang gemar membantu sesama tidak menghalangi dirinya melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Terakhir polantas muda yang juga alumni universitas abul yatama ini memperlihatkan sifatnya sebagai polisi berhati mulia ini pada saat pengamanan serta pengawalan acara Fun Bike dalam rangka HUT TNI ke-72 di Blang Padang Banda Aceh,Minggu (8/10/2017).

Acara fun bike berjalan lancar dengan start dan finish di blang padang dengan jumlah peserta yang sangat banyak tentunya membutuhkan ekstra pengamanan.

Kisah sang polantas muda ini menabur kebaikan saat rombongan fun bike memasuki simpang kodim aceh besar, dirinya bersama beberapa teman-temannya dari satlantas polresta banda aceh telah lebih awal berada disana.

Dari kejauhan dirinya melihat seorang pedagang ikan atau mugee yang becak sepeda motornya mogok tanpa dikomando sang polisi berpangkat bripka ini bersama temannya mendekati sang muge yang sudah terlihat lelah mencoba memperbaiki becak sepeda motornya yang berisi ikan.

“ Saya dan rekan rekan juga PAM di simpanh kodim, waktu rombongan funbike memasuki simpang kodim dari kejauhan saya melihat muge ikan ada masalah dengan becaknya dan waktu sudah di depan kantor golkar bapak itu nampaknya sudah kelelahan dan kami datangi memberi bantuan pertama ”,ujar bripka fahmi.

Kasihan melihat sang bapak tua yang kelelahan memperbaiki tidak membuahkan hasil, melihat ikan yang masih banyak ditakutkan membusuk,akhirnya fahmi mendorong becak sepeda motor ke pinggir jalan dan membantu memperbaikinya tanpa memperdulikan tangan dan seragamnya kotor.

Namun upaya fahmi tidak berhasil, melihat kegelisahan sang bapak tua dimana ikan dagangannya masih banyak belum sempat terjual.

“ Karena sudah saya coba buka busi dan kami coba dorong tidak hidup juga,wajah bapak itu terlihat gelisah karena ikannya masih banyak maka saya putuskan stop becak lain untuk ditarik ke bengkel terdekat “,ungkap fahmi.
Khairul fahmi saat membantu membangun rumah dhuafa dikawasan kajhu
Pria beristri Dewi Fitriana Afika ini telah dikaruniai 2 putri satu anak laki-laki ini juga telah menunjukkan betapapun dirinya seorang aparat penegak hukum namun masih menyempatkan diri berbagi maupun membantu sesama.

Pada Desember 2016 lalu, Fahmi juga menyisihkan sebagian rezeki yang didapatnya untuk membantu membangun rumah dhuafa untuk seorang warga fakir miskin di kawasan kajhu aceh besar.

Berikut foto-foto kegiatan sosial dan saat sang bripka khairul fahmi sang polantas berhati mulia ini mengulurkan tangannya bagi warga yang tak mampu dan butuh pertolongannya.












Redaksi: T. Sayed Azhar
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.