![]() |
Penderita gangguan jiwa di Yayasan Galuh. ©2014 merdeka.com/arie basuki |
Banda Aceh - Jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Banda Aceh terus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode 3 bulan. Jumlah tersebut diperkirakan jauh lebih tinggi, karena masih banyak orang gangguan jiwa berkeliaran khususnya di pedalaman Aceh.
Ironisnya, pihak rumah sakit kesulitan mengantar pasiennya yang sudah dinyatakan sembuh kepada keluarga. Sebab selama ini mayoritas pasien gangguan jiwa yang berada di RSJ Banda Aceh diabaikan oleh keluarganya.
Direktur RSJ Banda Aceh, Amren Rahim mengaku, pasien gangguan jiwa yang sembuh mayoritas harus diantar oleh pihak rumah sakit ke keluarganya. Sebab pihak keluarga tidak menjemput dan sering mengabaikan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa itu.
"Pasien yang sembuh tidak ada yang jemput, terus harus kita antar pada keluarganya," kata Amren Rahim, di Banda Aceh, Rabu (29/3).
Setelah diantar pulang oleh pihak rumah sakit, lanjutnya, pasien tersebut kembali pulang ke rumah sakit. Ini dikarenakan selain ditelantarkan oleh pihak keluarga, rumah sakit dirasa nyaman bagi pasien tersebut.
"Peran keluarga sangat menentukan penyembuhan total pasien gangguan jiwa yang sudah sembuh. Kalau tidak ada peran keluarga dan lingkungan akan kembali kambuh," katanya.
Penderita gangguan jiwa di Aceh mengalami peningkatan. Data dari RSJ Banda Aceh tahun 2016 lalu jumlah yang menderita sakit jiwa sebanyak 4.436 jiwa. Mayoritas penderita gangguan jiwa itu adalah laki-laki usia produktif, antara 15 sampai dengan 45 tahun.
Jumlah pasien sakit jiwa periode Januari-Maret 2016 total 1.230 jiwa dengan rincian Januari 404 jiwa, Februari 419 jiwa dan Maret 407 jiwa. Kondisi ini berbanding terbalik pada tahun 2017 periode yang sama pasien gangguan jiwa sudah mencapai 1.584 jiwa.
Pada Januari hingga Februari peningkatan jumlah pasien gangguan jiwa yang ditangani RSJ Banda Aceh tidak terjadi kenaikan, yaitu Januari 403 jiwa dan Februari 389 jiwa.
Akan tetapi Maret 2017 terjadi peningkatan drastis pasien gangguan jiwa di Aceh, mencapai 792 pasien yang sedang dirawat sekarang. Jumlah tersebut meningkat tajam bila dibandingkan Maret 2016 hanya ditangani 407 jiwa.
"Relatif meningkat, terutama pasien yang banyak itu dari Kabupaten Pidie dan Aceh Utara. Kedua daerah ini bekas daerah konflik dan sering bencana," ungkap Wakil Direktur RSJ Banda Aceh Bidang Pelayanan, Juwita Saragih.
Oleh karena itu, dia meminta kepada pihak keluarga dan lingkungan pasien gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh, agar menerima mereka kembali. Sebab psikososial sangat berpengaruh terhadap penyembuhan pasien gangguan jiwa. [merdeka.com]
Ironisnya, pihak rumah sakit kesulitan mengantar pasiennya yang sudah dinyatakan sembuh kepada keluarga. Sebab selama ini mayoritas pasien gangguan jiwa yang berada di RSJ Banda Aceh diabaikan oleh keluarganya.
Direktur RSJ Banda Aceh, Amren Rahim mengaku, pasien gangguan jiwa yang sembuh mayoritas harus diantar oleh pihak rumah sakit ke keluarganya. Sebab pihak keluarga tidak menjemput dan sering mengabaikan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa itu.
"Pasien yang sembuh tidak ada yang jemput, terus harus kita antar pada keluarganya," kata Amren Rahim, di Banda Aceh, Rabu (29/3).
Setelah diantar pulang oleh pihak rumah sakit, lanjutnya, pasien tersebut kembali pulang ke rumah sakit. Ini dikarenakan selain ditelantarkan oleh pihak keluarga, rumah sakit dirasa nyaman bagi pasien tersebut.
"Peran keluarga sangat menentukan penyembuhan total pasien gangguan jiwa yang sudah sembuh. Kalau tidak ada peran keluarga dan lingkungan akan kembali kambuh," katanya.
Penderita gangguan jiwa di Aceh mengalami peningkatan. Data dari RSJ Banda Aceh tahun 2016 lalu jumlah yang menderita sakit jiwa sebanyak 4.436 jiwa. Mayoritas penderita gangguan jiwa itu adalah laki-laki usia produktif, antara 15 sampai dengan 45 tahun.
Jumlah pasien sakit jiwa periode Januari-Maret 2016 total 1.230 jiwa dengan rincian Januari 404 jiwa, Februari 419 jiwa dan Maret 407 jiwa. Kondisi ini berbanding terbalik pada tahun 2017 periode yang sama pasien gangguan jiwa sudah mencapai 1.584 jiwa.
Pada Januari hingga Februari peningkatan jumlah pasien gangguan jiwa yang ditangani RSJ Banda Aceh tidak terjadi kenaikan, yaitu Januari 403 jiwa dan Februari 389 jiwa.
Akan tetapi Maret 2017 terjadi peningkatan drastis pasien gangguan jiwa di Aceh, mencapai 792 pasien yang sedang dirawat sekarang. Jumlah tersebut meningkat tajam bila dibandingkan Maret 2016 hanya ditangani 407 jiwa.
"Relatif meningkat, terutama pasien yang banyak itu dari Kabupaten Pidie dan Aceh Utara. Kedua daerah ini bekas daerah konflik dan sering bencana," ungkap Wakil Direktur RSJ Banda Aceh Bidang Pelayanan, Juwita Saragih.
Oleh karena itu, dia meminta kepada pihak keluarga dan lingkungan pasien gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh, agar menerima mereka kembali. Sebab psikososial sangat berpengaruh terhadap penyembuhan pasien gangguan jiwa. [merdeka.com]
loading...
Post a Comment