Kamaruddin: Pemuda Harus Siap Menghadapi Perkembangan Dunia
Lhokseumawe - Kamaruddin Hasan MSi salah seorang dosen Komunikasi di Universitas Malikussaleh memberi materi “Komunikasi Pemberdayaan Pemuda Karang Taruna (Meningkatkan Partisipasi dan Kepedulian Bersama )” untuk Pemuda di Gampong Padang Sakti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Kamis (27/10/2022).
Kegiatan itu bagian dari pengabdian dosen kepada masyarakat yang dihadiri oleh Dekan FISIP, Dr M.Nazaruddin, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Subhani MSi, Dosen Ilmu Komunikasi, Awaludin Arifin MIKom, Cut Sukmawati MSi, para mahasiswa di lingkungan FISIP, para pemuda dan seluruh aparatur Desa Padang Sakti.
Dalam kesempatan itu, Kamaruddin menyampaikan, pemuda merupakan sosok yang sangat tepat dalam menghadapi perkembangan dunia, karena pemuda diilustrasikan sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi, bertenaga dan berintelektual.
“Pemuda dirasa sangat penting dalam membangun suatu negara. Karena pemuda memiliki andil yang cukup melalui perencanaan, pengembangan maupun strategi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan suatu negara,” katanya.
Kamaruddin yang dikenal dengan sebutan Prof Kuya menyebutkan, di era globalisasi yang terjadi di seluruh belahan dunia saat ini, kemajuan suatu negara bergantung pada sumber daya manusia. memasuki era Industri 4.0 merupakan tantangan sekaligus peluang yang sangat besar. Maka perlu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and match antara pendidikan dengan industri.
Lanjutnya, keterampilan memahami penggunaan teknologi internet of things, teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis juga diperlukan. Dalam proses pembangunan, pemuda merupakan pelopor perubahan dimanapun Ia berada dengan perannya sebagai pemberi kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen pembaharuan dari fungsi dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan.
“Pemberdayaan pemuda merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan pemuda yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap ketidakmampuan dan keterbelakangan. Pemberdayaan merupakan cara yang dilakukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mendidik, melatih dan mendampingi, serta mengembangkannya agar pemuda mampu mandiri dan meningkatkan martabatnya,” ungkap Prof Kuya.
Kemudian, menumbuhkan jiwa Entrepreneur di era digital pada pemuda Karang Taruna juga penting. Pemberdayaan kepemudaan di bidang sosial, budaya dan ekonomi juga perlu disertai dengan gerakan literasi digital. Keterampilan literasi digital pemuda dapat berkontribusi pada pembangunan Gampong melalui penggunaan internet. Pada era digital ini, pemuda tidak dapat terlepas dari teknologi informasi yang perlu adaptif.
Menurut Kamaruddin, komunikasi pemberdayaan sebagai kemunculan paradigma baru dalam pembangunan harus berpedoman pada kemampuan pemuda untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembangunan. Dalam hal ini pemuda bukanlah objek pembangunan, melainkan subjek pembangunan, oleh sebab itu partisipasi pemuda merupakan faktor yang sangat penting.
“Tidak ada usaha yang lebih penting untuk meraih keberhasilan dan hubungan yang baik dalam setiap proses pembangunan daripada mempelajari seni berkomunikasi yang efektif,” sebut kamaruddin.
Ia pun menyampaikan beberapa tips untuk para pemuda, yaitu milikilah minat berkomunikasi dengan orang lain, kenali kepercayaan dan nilai budaya masing-masing yang unik, pahami bahasa verbal dan nonverbal mereka dan nilai-nilai yang melekat pada bahasa, milikilah empati terhadap orang lain.Cobalah melihat sesuatu dari perspektif mereka, hindari stereotip atas orang lain, tundalah penilaian atas perilaku komunikasi orang lain, hindari hambatan komunikasi, bangun diskusikan kembali, serta umpan balik.
Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi secara timbal-balik adalah mempunyai kemampuan mendengarkan dengan baik, bukannya kemampuan berbicara. Kemampuan mendengar dengan baik dari orang lain, baik itu secara verbal maupun secara non-verbal.
“Mendengarkan secara efektif merupakan cara yang paling baik untuk mengkomunikasikan suatu rencana kepada orang lain. Berkomunikasi merupakan jiwa dari sebuah percakapan yang sejati dengan membangun rasa ingin tahu orang lain, bukan menjungkirbalikkannya,” paparnya.
Kamarudin melanjutkan, seni mendengar yang efektif ketika mampu memberikan sepenuh hati pada orang lain, mendengarkan secara serius, menunjukkan minat pada perkataan orang, mengusahakan bebas dari gangguan, menunjukkan kesabaran, membuka pikiran, mendengar setiap gagasan, menghargai isinya bukan cara penyampaiannya dan belajar mendengarkan apa yang tersirat.
Seni mendengar yaitu mendorong orang lain berbicara, menguji pandangan dalam bentuk pertanyaan dan mampu berkonsentrasi pada apa yang dikatakan orang lain. Dalam mendengar praktiknya membutuhkan adanya jiwa besar. Mendengar dan bertanya bukan menunjukan kebodohan rakyat tetapi menunjukan kualitas hidupnya, apalagi bagi seorang pemimpin. Jika mau mulai mendengarkan rakyat, maka suatu saat akan menyadari kesalahan.
Menghindari kurangnya komunikasi dalam masyarakat setempat. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kesadaran bersama. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran.
Kemudian, memahami pentingnya komunikasi publik merupakan suatu komunikasi yang dilakukan di depan banyak orang. Dalam komunikasi publik pesan yang disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan, gagasan. Sarananya, bisa media massa, bisa pula melalui orasi pada rapat umum atau aksi demonstrasi, blog, situs jejaring sosial, kolom komentar di website/blog, e- mail, milis, SMS, surat, surat pembaca, reklame, spanduk, atau apa pun yang bisa menjangkau publik. Komunikasi Publik memerlukan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
“Yang intinya pemuda itu harus memahami realitas era digital, meningkatkan partisipasi bersama, sinergitas stakeholders penting semua elemen, membangun komunikasi yang efektif, membangun kemampuan mendengarkan dalam masyarakat, memanfaatkan semua media komunikasi untuk suksesnya pemuda dan Karang Taruna, serta membangun kesadaran sejak dini,” pungkas Prof Kuya.[]