2022-10-23

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA


Lhokseumawe -
Kamaruddin Hasan MSi salah seorang dosen Komunikasi di Universitas Malikussaleh memberi materi “Komunikasi Pemberdayaan Pemuda Karang Taruna (Meningkatkan Partisipasi dan Kepedulian Bersama )” untuk Pemuda di Gampong Padang Sakti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Kamis (27/10/2022).

Kegiatan itu bagian dari pengabdian dosen kepada masyarakat  yang dihadiri oleh Dekan FISIP, Dr M.Nazaruddin, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Subhani MSi, Dosen Ilmu Komunikasi, Awaludin Arifin MIKom, Cut Sukmawati MSi, para mahasiswa di lingkungan FISIP, para pemuda dan seluruh aparatur Desa Padang Sakti.

Dalam kesempatan itu, Kamaruddin  menyampaikan, pemuda merupakan sosok yang sangat tepat dalam menghadapi perkembangan dunia, karena pemuda diilustrasikan sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi, bertenaga dan berintelektual.

“Pemuda dirasa sangat penting dalam membangun suatu negara. Karena pemuda memiliki andil yang cukup melalui perencanaan, pengembangan maupun strategi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan suatu negara,” katanya.

Kamaruddin yang dikenal dengan sebutan Prof Kuya menyebutkan, di era globalisasi yang terjadi di seluruh belahan dunia saat ini, kemajuan suatu negara bergantung pada sumber daya manusia. memasuki era Industri 4.0 merupakan tantangan sekaligus peluang yang sangat besar. Maka perlu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and match antara pendidikan dengan industri.

Lanjutnya, keterampilan memahami penggunaan teknologi internet of things, teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis juga diperlukan. Dalam proses pembangunan, pemuda merupakan pelopor perubahan dimanapun Ia berada dengan perannya sebagai pemberi kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen pembaharuan dari fungsi dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan.

“Pemberdayaan pemuda merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan pemuda yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap ketidakmampuan dan keterbelakangan. Pemberdayaan merupakan cara yang dilakukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mendidik, melatih dan mendampingi, serta mengembangkannya agar pemuda mampu mandiri dan meningkatkan martabatnya,” ungkap Prof Kuya.

Kemudian, menumbuhkan jiwa Entrepreneur di era digital pada pemuda Karang Taruna juga penting. Pemberdayaan kepemudaan di bidang sosial, budaya dan ekonomi juga perlu disertai dengan gerakan literasi digital. Keterampilan literasi digital pemuda dapat berkontribusi pada pembangunan Gampong melalui penggunaan internet. Pada era digital ini, pemuda tidak dapat terlepas dari teknologi informasi yang perlu adaptif.

Menurut Kamaruddin, komunikasi pemberdayaan sebagai kemunculan paradigma baru dalam pembangunan harus berpedoman pada kemampuan pemuda untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembangunan. Dalam hal ini pemuda bukanlah objek pembangunan, melainkan subjek pembangunan, oleh sebab itu partisipasi pemuda merupakan faktor yang sangat penting.

“Tidak ada usaha yang lebih penting untuk meraih keberhasilan dan hubungan yang baik dalam setiap proses pembangunan daripada mempelajari seni berkomunikasi yang efektif,” sebut kamaruddin.

Ia pun menyampaikan beberapa tips untuk para pemuda, yaitu milikilah minat berkomunikasi dengan orang lain, kenali kepercayaan dan nilai budaya masing-masing yang unik, pahami bahasa verbal dan nonverbal mereka dan nilai-nilai yang melekat pada bahasa, milikilah empati terhadap orang lain.Cobalah melihat sesuatu dari perspektif mereka, hindari stereotip atas orang lain, tundalah penilaian atas perilaku komunikasi orang lain, hindari hambatan komunikasi, bangun diskusikan kembali, serta umpan balik.

Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi secara timbal-balik adalah mempunyai kemampuan mendengarkan dengan baik, bukannya kemampuan berbicara. Kemampuan mendengar dengan baik dari orang lain, baik itu secara verbal maupun secara non-verbal.

“Mendengarkan secara efektif merupakan cara yang paling baik untuk mengkomunikasikan suatu rencana kepada orang lain. Berkomunikasi merupakan jiwa dari sebuah percakapan yang sejati dengan membangun rasa ingin tahu orang lain, bukan menjungkirbalikkannya,” paparnya.

Kamarudin melanjutkan, seni mendengar yang efektif ketika mampu memberikan sepenuh hati pada orang lain, mendengarkan secara serius, menunjukkan minat pada perkataan orang, mengusahakan bebas dari gangguan, menunjukkan kesabaran, membuka pikiran, mendengar setiap gagasan,  menghargai isinya bukan cara penyampaiannya dan belajar mendengarkan apa yang tersirat.

Seni mendengar yaitu mendorong orang lain berbicara, menguji pandangan dalam bentuk pertanyaan dan mampu berkonsentrasi pada apa yang dikatakan orang lain. Dalam mendengar praktiknya membutuhkan adanya jiwa besar. Mendengar dan bertanya bukan menunjukan kebodohan rakyat tetapi menunjukan kualitas hidupnya, apalagi bagi seorang pemimpin. Jika mau mulai mendengarkan  rakyat, maka suatu saat akan menyadari kesalahan.

Menghindari kurangnya komunikasi dalam masyarakat setempat. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kesadaran bersama. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran.

Kemudian, memahami pentingnya komunikasi publik merupakan suatu komunikasi yang dilakukan di depan banyak orang. Dalam komunikasi publik pesan yang disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan, gagasan. Sarananya, bisa media massa, bisa pula melalui orasi pada rapat umum atau aksi demonstrasi, blog, situs jejaring sosial, kolom komentar di website/blog, e- mail, milis, SMS, surat, surat pembaca, reklame, spanduk, atau apa pun yang bisa menjangkau publik. Komunikasi Publik memerlukan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.

“Yang intinya pemuda itu harus memahami realitas era digital, meningkatkan partisipasi bersama, sinergitas stakeholders penting semua elemen, membangun komunikasi yang efektif, membangun kemampuan mendengarkan dalam masyarakat, memanfaatkan semua media komunikasi untuk suksesnya pemuda dan Karang Taruna, serta membangun kesadaran sejak dini,” pungkas Prof Kuya.[]


Pada 24 November 1945 atau dua bulan tujuh hari setelah Kemerdekaan RI diproklamirkan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan gagah berani menghadang kereta api yang digunakan serdadu Jepang. Perang sengit pun terjadi sehingga sejumlah anggota TKR pun menjadi syuhada.

Peristiwa sejarah tersebut terjadi di Simpang Keude Cunda, Kecamatan Muara Satu, Lhpkseumawe. Untuk mengenang sejarah puluhan tahun lalu itu, maka dibangun tugu. Namun dalam satu tahun terakhir, tugu tersebut sudah dipugar dan kini terlihat sangat indah.

Di tengah tugu itu terdapat ukiran tulisan "Pertempuran Antara T.K.R /Rakjat Melawan Tentara Djepang tgl 24 -11-1945. Dibawahnya juga tertulis "Peristiwa prang di Tjunda pada 24 November 1945, Antara Rakjat Tjunda Melawan Tentara Djepang jang Dipimpin oleh Teuku Ibrahim Agoeng Panglima Prang Tjunda, Dibawah Koordinasi Teuku Chik Muhammad Said Selaku Radja Tjunda. Dalam peristiwa ini banyak syuhada gugur diantaranya Abu Jurumudi Puhan, Tgk Ali Daka, dan Tgk Nek Bentara, dan lainnya.

Dengan keindahan tugu itu, kini mulai banyak warga yang datang ke lokasi untuk berfoto. Peutuh Peut Keude Cunda, Nurdin menceritakan, untuk saat ini, para pelaku sejarah yang mereka kenal sudah meninggal dunia. Namun sesuai cerita para pelaku sejarah dulunya kepada mereka, tempat pertempuran tersebut merupakan lokasi pemisahan jalur kereta api. Satu jalur melaju ke barat dan satu lagi ke timur.

Kala itu, para pejuang dengan menggunakan berbagai senjata tajam seperti pedang, menghadang kereta api yang digunakan tentara Jepang. "Perang berlangsung beberapa hari, sehingga beberapa pejuang kita gugur dalam pertempuran tersebut," ungkap Nurdin.

Untuk mengenang sejarah itu, puluhan tahun lalu memang sempat dibuat tugu. Namun bentuknya sederhana. Bahkan sempat tertutup dengan adanya sejumlah bangunan masyarakat. "Tugu kini sudah dipugar. Bentuknya pun sangat indah. Sehingga sudah mulai ada warga yang datang walaupun hanya sekedar berfoto," pungkas Nurdin

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com


KISAH
tentang ksatria orang Aceh tak pernah habis. Apalagi penggalan demi penggalan pertarungan pejuang Aceh melawan serdadu Belanda. Di antara pelajaran penting dalam memahami kisah pertarungan tersebut, ketika pejuang Aceh memperlakukan musuh yang saat itu tidak lagi memegang senjata. “Tak boleh menganiaya musuh (ilanya) jika sudah kalah”. Filosofi itu dapat kita petik dari kisah duel pedang Teuku Abeuk dengan seorang pasukan elit Belanda, Letnan Infantri J.H.J. Brendgen.

Kisah patriotik ini terjadi ketika Belanda menaklukkan Aceh. Seorang tokoh masyarakat, Teuku Abeuk yang berasal dari Pameu di Aceh Tengah, senantiasa membantu kelompok mujahid Aceh pada tahun 1920-an. Belanda punya keinginan untuk “memanfaatkan” Abeuk untuk melancarkan pengaruh Belanda. Maka politik devide et impera alias alias “adudomba” dilancarkan. Kisah ini, diungkap dalam buku Ungkapan Peribahasa Aceh Dari Sabda Leluhur (2006) yang ditulis oleh Ramli Dali yang menguraikan pengalaman Teuku Abeuk.

Dikisahkan Teuku Abeuk selalu memberikan makanan kepada setiap tamu, termasuk kepada pejuang Aceh. Ketika Belanda mengintegorasi Teuku Abeuk mengapa Ampon (panggilan bangsawan) membantu muslimin dengan memberi makan? Teuku Abeuk menjawab “Tuan harus mengerti, di Aceh tak seorang pun tamu keluar dari rumah dengan perut lapar. Itu adat Aceh. Saya wajib menghormati tamu dengan menyuguhkan nasi,” jawaban ini menyiratkan adat Aceh mampu “menyelamatkan” posisi Teuku Abeuk.

Namun, ketika konflik Aceh beberapa saat yang lalu, tradisi menyuguhkan makan kepada tamu oleh rakyat Aceh, walaupun sepiring nasi dan segelas air minum, kadang kadang berakhir dengan penyiksaan bahkan nyawa pun meregang kalau ketahuan tamu tersebut terlibat dalam gerakan apa yang disebut “separatis”.

Ketika Teuku Abeuk di introgasi Belanda dia selalu punya alasan yang kuat. Alasan Teuku Abeuk tidak bisa dipatahkan, mengingat kolonial Belanda menghormati adat istiadat Aceh. Ini terbukti ketika penjajah Belanda bisa bertahan berdiri dan tegak karena mereka menjunjung dan melegitimasi peran dan hak hak kepala kepala adat di Aceh. Kebijakan ini dilakukan melalui Korte Verklaling. Merekamemakzulkan peran Sultan bahkan membuangnya keluar Aceh.

Teuku Abeuk sering memberi bekal kepada pejuang yang melalui wilayahnya. Aktivitas Teuku Abeuk ini diketahui oleh Belanda melalui cuwak-nya alias mata-matanya. Dalam penyelidikan Belanda lagi-lagi Teuku Abeuk beralasan “Tuan mesti tahu, di negeri kami, para musafir kami ukur jarak dan lamanya berpergian. Saya tidak boleh bertanya apa dia seorang muslimin (pemberontak), atau bukan. Tetapi sebagai orang beradab, saya wajib memberi bekal bukan? Jawaban Teuku Abeuk ini sangat menjengkelkan Belanda (Aboepriadi Santoso, Tempo, 23 Oktober 2005). Jawaban santun ini membuat Belanda serba salah, sebab apa yang dijawab oleh Teuku Abeuk sangat diplomatis dan strategis. Dia paham jika salah menjawab, maka bayonet Marsose menancap di kepalanya.

Akhirnya karena kelihaian Teuku Abeuk menjawab setiap interogasi, maka Belanda mengatur siasat melumpuhkannya. Untuk tujuan ini, Belanda memilih salah satu prajurit yang handal yakni Letnan Infantri J.H. J. Brendgen. Brendgen menyiapkan tugas dengan seksama dengan belajar ilmu pedang ke Bandung dan Magelang. Setelah dianggap “alim” dalam ilmu beladiri, dia kembali ke Aceh dan langsung mengundang Teuku Abeuk untuk beradu tangkas, bermain pedang dan siapa yang kalah akan mati. Belanda menerapkan perang klasik yaitu satu lawan satu.

Teuku Abeuk menyatakan siap menerima tantangan ini. Orang Aceh pantang menolak tantangan. Dia meminta rakyat dikehubalangannya menyiapkan khanduri besar menyambut pesta ini. Teuku Abeuk tahu kalau ini hanya taktik Belanda untuk menghabisinya. Dia pun mengatur strategi yang lebih lihai dari penjajah. Kepada pejuang Aceh dia memberi makan secara diam-diam, maka kepada musuh, dia memberikan makan secara pesta. Rakyat pun tahu bahwa akan terjadi peristiwa besar di wilayah Teuku Abeuk.

Pada hari yang telah ditentukan, laga ujung pedang pun berdesing. Brendgen sangat terpukau melihat kemampuan dan talenta Teuku Abeuk mengayunkan pedang. Akhirnya pedang Brendgen terpelanting dan mengaku kalah.

“Ampon!Bunuhlah aku,” teriak Brendgen. Namun Abeuk menjawab “Ambil pedangmu, Brendgen” serunya. Setelah beberapa kali Teuku Abeuk meminta Brendgen mengambil pedangnya, tetapi tidak dilakukan oleh Brendgen, maka Teuku Abeuk menyalaminya dan berucap ,”Aku tidak mungkin membunuh tuan, karena tuan tak mau ambil pedang.” Adat dan budaya Aceh tidak boleh menghukum orang yang tidak bersenjata dan lemah. Dengan kata lain, tidak ada istilah “ilanya” musuh tak berdaya.

Sebagai akhir dari duel tersebut, permusuhan beralih ke perdamaian. Lagi-lagi Teuku Abeuk menunjukkan kebesaran budaya Aceh dengan mengajak musuh ini makan khanduri bersama. Brendgen yang pensiun pada tahun 1950-an dengan pangkat colonel sering mengunjungi Aceh sebelum mengakiri hayatnya pada tahun 1980-an. Karena mengingat peristiwa ini dan kesetiaan pada Aceh sampai akhir hayatnya Gubernur Aceh Muzakkir Walad memanggilnya Vrien van Atjeh “ (Sahabat Aceh) dan kalimat ini terpahat di gerbang Kerkhof.

Sang Kolonel itu ke mana pun pergi selalu menceritakan kepahlawanan dan sikap orang Aceh yangsangat sportif seperti yang diperankan oleh Teuku Abeuk. Berani bertarung di medan laga dan tidak mengalahkan pada saat tidak berdaya.

Fakta pertarungan satu lawan satu antara pejuang Aceh dengan penjajah Belanda menarik disimak hingga detik ini dan di masa mendatang. Pola yang dimainkan oleh Teuku Abeuk ini pernah dilakukan oleh Jusuf Kalla, ketika makan satu meja dengan anggota GAM. Di sampingnya ada juga pola yang dilakukan oleh Bambang Dharmono ketika maka bersama dengan William Nessen.

Makan adalah simbol persaudaraan dan perkawanan. Semua acara di Aceh, baik acara hidup dan kematian, selalu ditutup oleh makan dan berdoa bersama. Namun, dengan makan pula tidak sedikit pejuang Aceh yang diracuni seperti Teungku Chik di Tiro di Aceh Besar. Hingga kini, pun membumbuhi racun dalam arti kiasan pun masih terus marak dilakukan untuk menguasai serta mempertahankan harta, tahta dan wanita. Inilah pentas panggung sandiwara dan hanya dengan ilmu dan amal, manusia bisa selamat dari racun-racun dunia itu.

SUMBER


Banda Aceh -
Irwandi Yusuf dijadwalkan pulang ke Aceh pada Jumat mendatang. Partai Nanggroe Aceh (PNA) bakal menyambut kepulangan eks Gubernur Aceh usai bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin, Jawa Barat.

"Insya Allah Ketua Umum DPP PNA Bapak Irwandi Yusuf pulang ke Aceh pada hari Jumat pagi," kata Sekjen PNA Miswar Fuady saat dimintai konfirmasi detikSumut, Rabu (26/10/2022).

Irwandi diperkirakan tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar sekitar pukul 10.00 WIB. Miswar mengatakan, PNA tengah membahas teknis penjemputan Irwandi di bandara.

Menurutnya, penjemputan rencana dihadiri pengurus PNA dari DPP, DPW hingga DPK. Miswar belum membeberkan rangkaian acara saat penjemputan Irwandi.

"PNA akan melakukan penyambutan khusus kepulangan ketua umum di bandara," ujar Irwandi.

Sebelumnya, eks Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mendapatkan pembebasan bersyarat dan sudah keluar dari Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Irwandi sempat dinasihati sebelum keluar penjara.

"Dia belakangan ini menjalani bebas bersyarat. Tadi sudah dinasihati dan dipanggil. Ada hal-hal yang nggak boleh dilakukanlah. Sudah dinasihati. Mana yang boleh, mana nggak boleh. Begitu," kata Kalapas Sukamiskin, Elly Yuzar, seperti dikutip dari detikNews, Rabu (26/10/2022).

Elly menjelaskan, Irwandi bebas bersyarat setelah mengantongi surat keputusan (SK) dari Dirjen Pemasyarakatan. Ketua Umum Partai Nanggroe Aceh (PNA) itu disebut keluar penjara, Selasa (25/10) sore.

"Oh, iya. Sudah (keluar dari Lapas Sukamiskin). Dia sudah menjalani bebas bersyarat," jelas Elly.[detik.com]


Jakarta
Mantan Gubernur Aceh yang juga Ketua DPP Partai Nanggroe Aceh (PNA), Irwandi Yusuf, dinyatakan bebas bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin Bandung, setelah sebelumnya dihukum karena kasus korupsi Dana Otonomi Khusus Aceh.

"Iya benar tadi saya baru dapat informasi dari Bu Steffy (istri Irwandi Yusuf, Red) sekarang Bang Irwandi sudah bebas bersyarat," kata Pengacara DPP PNA Haspan Yusuf Ritonga, di Banda Aceh, Selasa malam, 25 Oktober 2022 dikutip dari Antara.

Haspan menyampaikan, surat bebas bersyarat Irwandi Yusuf keluar sejak pagi, kemudian dilakukan proses lainnya ke kejaksaan dan balai pemasyarakatan. "Sore tadi baru selesai, dan sekarang Bang Irwandi sudah bebas, artinya masih pembebasan bersyarat, sesuai perhitungan kami," ujarnya pula.

Sejauh ini, Haspan belum mengetahui apa saja persyaratan yang diberikan kepada Ketua Umum DPP PNA tersebut, karena surat resminya belum diterima. "Karena surat-surat apa pun belum ada sama saya, dan saya belum ada komunikasi langsung dengan Irwandi sebab belum bisa dihubungi," katanya lagi.

Istri Irwandi Yusuf, Steffy Burase yang dikonfirmasi juga membenarkan bahwa mantan Gubernur Aceh dua periode itu telah bebas bersyarat, dan wajib lapor. "Benar (bebas bersyarat), boleh kemana saja tetapi wajib lapor," kata Steffy.

Irwandi Yusuf ditangkap KPK sekitar Juli 2018, dan dihukum penjara karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) tahun anggaran 2018.

Mahkamah Agung pada putusan kasasi menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara dengan denda Rp300 juta serta subsider tiga bulan kurungan terhadap mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.

Artinya, sejauh ini Irwandi Yusuf telah menjalani hukuman penjara di lapas Sukamiskin selama kurang lebih empat tahun sejak putusan inkrah.[tempo]


Krueng Geukueh-
Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki meninjau Pabrik Pupuk NPK PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang saat ini dalam tahapan pembangunan dan finalisasi konstruksi dengan mengelilingi lokasi proyek NPk bersama rombongan pada Senin, 24 Oktober 2022.

Hadir dalam kunjungan tersebut, Pj. Bupati Aceh Utara, Azwardi, Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Bayu Permana, Ketua DPRA, Saiful Yahya, Direktur Operasi dan Produksi PT. PIM, Jaka Kirwanto, Dandim 0103 Aceh Utara, Letkol Inf Hendrasari Nurhono, Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto, Kepala UPTD Administrator KEK Arun Lhokseumawe pada DPMPTSP Aceh, Zulkifli Hamid, Direktu BUPP KEK Arun Lhokseumawe, Kasuma Indra, serta sejumlah unsur stakeholder lainnya.

"Kita melihat pabrik NPK PT PIM ini sedang dibangun dan segera akan beroperasional, diharapkan pada Desember 2022 launching. Karena sudah mencapai 90 persen pembangunannya, kita sama-sama berharap Aceh ini maju dan rakyatnya maju semua," kata Achmad Marzuki, kepada para wartawan usai meninjau pabrik NPK di Mess Raja Lanang PT PIM, Senin.

Direktur Operasi dan Produksi PT. PIM, Jaka Kirwanto, mengatakan, proses pembangunan pabrik NPK itu sudah 90 persen, Insya Allah pada November 2022 nanti sudah mulai Mechanical Support dan Desember 2022 sudah mulai dapat berpoduksi. Desainnya mencapai 500.000 ton pertahun untuk produksi.

"Distribusi nanti ada sebagian diekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan pupuk subsidi. Karena ada kebutuhan subsidi dan ekspor," ujar Jaka Kirwanto.

Ketua DPRA, Saiful Yahya, menyebutkan pihaknya mendukung apa saja yang dilakukan untuk pengembangan di PT PIM itu sendiri untuk kemajuan daerah ke depan. Terutama menyangkut peluang lapangan kerja dengan seluas-luasnya, karena sampai saat ini banyak pemuda Aceh yang bekerja di luar negeri.

"Tentunya dengan adanya pabrik NPK PIM itu akan dapat menampung tenaga kerja baru khususnya di kawasan Aceh Utara dan Lhokseumawe maupun Aceh pada umumnya. Upaya ini sangat bagus karena bisa membuka lapangan kerja untuk ke depan, sehingga dapat memanimalisir angka pengangguran yang ada," ungkap Saiful Yahya.

Setelah rangkaian kunjungan ke PT Pupuk Iskandar Muda Pj. Gubernur Aceh Achmad Marzuki bertolak ke Kabupaten Bireun untuk agenda bersama Pemkab setempat []


Banda Aceh -
Usai diamankannya 11 wanita muda di lokasi wisata Pantai Ulee Lheue saat sedang kongko sampai larut malam, Pemerintah Kota Banda Aceh mewacanakan menghidupkan kembali kearifan lokal Pageu Gampong dan membatasi aktivitas malam di lokasi wisata.

Para tokoh masyarakat dalam satu gampong (desa), terutama yang memiliki lokasi wisata, diminta terlibat aktif menjaga agar tidak terjadi pelanggaran Syariat Islam di lokasi wisata tersebut.

"Kalau hanya mengandalkan aparatur dari Pemko tentu (penerapan Syariat Islam) ini tidak akan maksimal," kata Ketua DPR Kota Banda Aceh, Farid Nyak Umar, Senin (24/10).

Menurutnya, Banda Aceh sebagai ibu kota dari provinsi Aceh, harusnya menjadi etalase sekaligus ikon penegakan Syariat Islam di bumi Serambi Mekkah.

"Artinya ketika ada yang tercoreng di Banda Aceh ini, itu juga akan memperburuk citra Aceh," ujarnya.

Maka dari itu, kata Farid, dengan mengaktifkan Pageu Gampong merupakan cara efektif memberantas maksiat di Kota Banda Aceh.

Senada dengan Farid Nyak Umar, Penjabat Wali Kota Banda Aceh, Bakri Siddiq, mengaku wacana menghidupkan Pageu Gampong ini merupakan salah satu solusi baik untuk memberantas pelanggaran syariat.

Selain itu, pihaknya juga tengah merancang alternatif kebijakan lain, seperti membatasi aktivitas malam di sejumlah lokasi wisata di Banda Aceh.

"Itu sangat mungkin dilakukan. Hanya saja konsepnya akan dibahas dengan seluruh elemen agar ekonomi pelaku usaha tidak terganggu," terangnya.

"Kita ingin batasi, kalau pergi ke tempat wisata jangan melampaui jamnya. Orang kalau tengah malam itu kan jam tidur. Jadi kita akan cari solusi, jalan terbaik penegakan syariat Islam tetap bisa kedepankan ekonomi. Syariat Islam dan ekonomi ini harus bisa bersanding," pungkasnya.[merdeka.com]


Lhokseumawe - Program Studi Magister Hukum Keluarga Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe mengadakan kuliah tamu secara online dengan menghadirkan narasumber dari Universitas Negeri Medan, Minggu (23/10/2022).

Kuliah tamu tersebut mengundang Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan, Dr Rosramadhana dengan tema "Kawin Anom: Sebuah kajian Antropologi Gender dan Pendekatan Etnografi Feminis"  yang dipandu oleh host Cut Raihan Zatul Riska.

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Antropologi Perkawinan Aceh, Dr Ibrahim Chalid mengatakan, kegiatan kuliah tamu ini tujuannya untuk membangun konsep diskusi dengan dosen tamu tentang isu-isu kawin dibawah muda dalam kajian Antropologi Gender dan pendekatan Etnografi Feminis.

"Dari mata kuliah ini mahasiswa bisa berdiskusi dengan dosen tamu. Apalagi narasumber ini banyak ilmu nanti yang diberikan dan bisa kita serap untuk pengetahuan kita untuk menganalisis undang-undang tentang kawin dibawah umur dalam konteks budaya lokal khususnya perkawinan yang terjadi di Aceh," katanya.

Kaprodi Hukum Keluarga Islam, Dr Ussamah MHum menyebutkan, kuliah tamu ini suatu peluang bagi mahasiswa untuk berdiskusi lebih lanjut tentang kawin anom. Diharapkan bisa menyimak dan mengambil intisari dari materi yang disampaikan nanti.

Dalam kuliah tamu ini akan mengkaji lebih luas tentang kawin dibawah umur dan menjadi bahan bagi mahasiswa ketika membahas persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat," pungkasnya.

Pada Jumat lalu juga dibuka kuliah tamu dengan menghadirkan narasumber dari Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, Raudhatul Jannah MMed Kom yang membahas tentang membedah kehidupan keluarga poligami dengan penerapan metode etnografi virtual sebagai sebuah pendekatan metodologis dan dibuka langsung oleh Dr Almuhajir MA selaku Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Lhokseumawe.
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.