STATUSACEH.NET- Sebuah pameo timur tengah berbunyi,
تَوَاضَعْ تَكُنْ كَالنَّجْمِ لَاحَ لِنَاظِرٍ # عَلَى صَفَحَاتِ الْمَاءِ وَهُوَ رَفِيْعٌ
Artinya
Rendah hatilah! maka engkau akan menjadi seperti bintang yang terlihat
di permukaan air, namun (sebenarnya) ia berada pada posisi yang tinggi.
وَلَا تَكُنْ كَالدُّخَانِ يَعْلُوْ بِنَفْسِهِ # إِلىَ طَبَقَاتِ الْجَوِّ وَهُوَ وَضِيْعٌ
Dan janganlah seperti asap yang membumbung tinggi Ke lapisan atmospere, namun (sebenarnya) ia berada pada posisi rendah.
Bintang itu ada pada pria lulusan Akpol tahun 1985. Piawai dan berpengalaman lengkap dalam bidang intelijen.
Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Wakil Kepala Kepolisian Daerah Aceh selama 2,6 tahun sejak 2018 tahun 2020.
Untuk
merincikan sepak terjang dan kirahnya di Aceh, selaku penulis rasanya
tak cukup halaman untuk menumpahkan semua sejarah dan jasa abadi Yanto
untuk Seramoe Makkah.
Secara singkat, Supriyanto Tarah atau
juga dikenal Yanto Tarah adalah nama yang tidak asing lagi bagi sebagian
besar kalangan rakyat Aceh yang pernah hidup dimasa konflik bersenjata
api dulu.
Karena mereka menjadi saksi atas semua peranannya meredam konflik untuk merajut perdamaian bagi orang Aceh.
Semua dilakukannya karena rasa Cinta Yanto Tarah pada Aceh diatas rata-rata orang Indonesia lainnya.
Sosok mudah akrab ini mengukir karir dan prestasinya sejak bertugas sebagai kapolres Bireuen tahun 2005 sd 2007.
Dimasa itu konflik Aceh bergejolak hebat dan Kabupaten Bireuen termasuk daerah sangat rawan.
Karena
untuk mengamankan daerah kabupaten/kota paling terkecil dari 21
kabupaten/ kota saat itu, terdapat 7 batalyon TNI dan 2 kompi Marinir
ditambah 5 kompi brimob diluar organik Polres Bireuen.
Yanto
Tarah mampu merangkul para mantan petinggi combatan baik di wilayah
Batee ileik maupun yang di Pusat Banda Aceh untuk melakukan pertemuan
dalam rangka mengakhiri konflik perang/konflik pasca MoU Helsinki.
Walau
Bireuen dikenal sebagai daerah basis, namun itu bukan kendala bagi
Yanto Tarah untuk menciptakan, menjaga dan memelihara situasi dan
kondisi keamanan kondusif tanpa rasa mencengkam masyarakat yang
berlebihan.
Karena perjuangan Yanto, makanya sampai hari ini,
kita masih bisa menghirup udara segar perdamaian Aceh dan mengisi dengan
pembangunan daerah.
Disisi
lain, putra kebanggaan Bojonegoro di salah satu Kabupaten di Jawa
Timur ini merupakan orang pertama yang ikut berperan mencetak sejumlah
sejarah penting di Aceh.
Antara
lain, Pada Tahun 2006, Yanto Tarah adalah orang pertama yang berhasil
memusnahkan penemuan ganja terbesar di asia Tenggara di kawasan lembah
gunung Desa Kareung Masjid Kec. Pandrah dan sejumlah kecamatan lainnya
seluas 148 ha.
Hebatnya
setiap operasi mendatangi lokasi ladang ganja dan pemusnahan puluhan
hektar ganja itu dipimpin langsung oleh Yanto Tarah dengan selalu
melibatkan/mengikut sertakan para jurnalis dan pihak AMM (Aceh
Monitoring Misson),
Kala
itu, Direktur Narkoba Polda NAD, Kombes Pol Ali Johardi sempat
terperanjat dengan temuan hasil info Yanto tentang ladang di Bireuen.
Apalagi sebelumnya, tak ada yang percaya kalau Bireuen adalah lumbung narkoba jenis ganja.
Namun
Ali pun yakin setelah menyaksikan dan ikut serta sendiri di lokasi
ladang ganja. Yanto Tarah menemukan dan memusnahkan sebanyak 44 titik
ladang ganja serta luasnya hampir 148 hektar lebih.
Selanjutnya,
dimasa kepimpinan Yanto, hukuman cambuk sesuai Syariat Islam untuk
pertama kali sukses diterapkan di Kabupaten Bireuen.
Hukuman
cambuk di Aceh dan Indonesia dilaksanakan pertama kali pada 24 Juni
2005 di halaman Masjid Agung, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Saat itu
cambuk mendera 26 orang yang terbukti melakukan pelanggaran.
Sosok
berkulit sawo matang ini, Meski karakternya lugas dan tegas, namun
Yanto juga pandai menghibur masyarakat dengan berbagai cara unik.
Salah
satunya ketika mengawali perdamaian Aceh, sekaligus untuk menghilangkan
rasa trauma dengan dentuman senjata api konflik, rakyat yang haus
hiburan diberikan kejutan.
Yanto Tarah pernah menampilkan pertunjukan kembang api yang pertama kalinya di ibukota Juang Kab. Bireuen.
Sepanjang malam, ribuan masyarakat Bireuen keluar rumah untuk melihat kembang api kapolres bireuen tersebut.
Sehingga
masyarakat merasa terharu menumpahkan airmata kebahagiaan dan menghapus
rasa traumanya ketika menyaksikan keindahan kembang api dada langit dan
mendengar suara letusan yang memecah kesunyian pada pasca konflik.
Dilain
hari, bila ada aksi demo yang mengepung ibukota Bireuen, Yanto tetap
saja mampu meredam aksi anarkis dan turun langsung mengambil hati
masyarakatnya, bahkan ikut berjalan bersama pengunjuk rasa untuk
melakukan negosiasi kegiatan unjuk rasa untuk tertib dan tidak anarkis.
Sehingga para pengunjuk rasa patuh dan taat saat diminta dan diarahkan
olehnya.
Sederet
kejadian lainnya, Yanto juga tokoh yang ikut menyelesaikan soal
penyelesaian saat Pileg dan Pilpres dengan caranya secara silent dengan
pihak2 yang berkompeten, menyelesaikan bergulirnya refrendum Aceh pasca
Pemilu 2019 kemaren, mencegah maraknya pengibaran bendera bulan bintang
hingga membantu menjadi mediator mantan Panglima GAM Muzakkir Manaf
alias Mualim ketika dipanggil Komnas HAM untuk tidak dilakukan
pemeriksaan mengingat berdasarkan MoU Helsinki mantan2 combatan gam
telah diberikan Amnesty dari Pemerintah RI dan perannya mendukung
pelaksanaan pileg dan Pilpres tahun 2019 aman dan damai.
Setelah
tugas sebagai kapolres Bireuen berakhir, dia mengemban tugas sebagai
Kepala Bidang koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan R.I sejak Tahun 2008 dan merangkap
sebagai Sekretaris Desk Aceh Kemenkopolhukam dan Tim Monitoring dan
evaluasi implementasi MoU helsinki dan perdamaian aceh.
Selanjutnya,
selesai pendidikan Lemhannas PPRA XL selama 9,6 bulan tahun 2011,
dilanjutkan pada tahun 2012, menjadi asisten Deputi Koordinasi
Penanganan Kejahatan Nasional dan Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI.
Lalu 10 tahun kemudian, pada awal bulan januari tahun 2018, Yanto Tarah kembali ke Aceh menjadi Wakapolda Aceh sampai 2020.
Selama
2,6 tahun, tindakannya telah melebihi tugas polisi, karena Yanto adalah
orang berperan penting sebagai peredam konflik berdarah. Dia menyeka
airmata masyarakat dengan perdamaian.
Saat
bertugas di Kemenko Polhukam lah selama 9 tahun sebagai sekretaris Desk
Aceh, yanto tarah piawai dalam mengelola aceh termasuk melakukan
pendekatan silaturahmi dengan para elite politik dan kombatan gam yang
dijaga dengan baik hingga sekarang.
Tugas
menjinakkan liarnya singa combatan belum tentu mampu dilakukan orang
yang tidak dikenal rakyat atau asing. Karena itu membutuhkan pengalaman
dan waktu yang panjang seperti yang telah dilalui Yanto.
Sang promoter ini menjadi jembatan untuk kedamaian.
Saat
menjadi sekretaris Desk Aceh Kemenkopolhukam Jakarta, Yanto Tarah
kerap mempertemukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah aceh atau
pemerintah pusat sebagai pihak pertama dan elite2 gam sebagai mewakili
pihak kedua dalam membahas setiap permasalahan perdamaian Aceh.
Sekarang beliau telah mendapat promosi sebagai Direktur program Sarjana S1 STIK Lemdiklat Polri tahun 2020.
Kisah
Yanto Tarah yang telah menjadikan Aceh sebagai daerah tugas
kebanggaannya belum berakhir, kemana pun bertugas adat Aceh selalu
menyatu dalam jiwanya.
“
Walau sekarang di Jakarta, saya bangga telah banyak berbuat untuk
Aceh. Saya sekarang dikenal sebagai salah satu orang Jawa yang mencintai
Aceh. Saya juga minta dan abadikan pasukan jajar kehormatan Denma
Mabes Polri yang dilibatkan dalam acara tahunan Dies Natalis STIK tahun
2020 kemaren untuk tutup kepala bisa memakai Meukeutup Aceh dalam acara
tersebut“ ujarnya.
Yanto Tarah adalah sang promoter terbaik yang paling berjasa bagi rakyat Aceh.
Fakta
sejarah itu tak akan lekang dalam ingatan rakyat, juga tak bisa
terhapus dalam ingatan para wartawan berbagai media cetak dan elektronik
Aceh yang dulunya kerap meliput kegiatan Yanto sejak konflik hingga
perdamaian Aceh.
Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah, selagi hidup bagai kayu berbuah agar menjadi manusia paling berjasa.
Memasuki
peringatan Hut Bhayangkara ke 74 ini, setidaknya kita masih mengingat
sejarah Yanto sebagai sosok polisi yang paling berjasa bagi rakyat
Aceh.(Red/Zainuddin)