2022-08-21

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA


LHOKSEUMAWE - Polres Lhokseumawe bersama unsur Muspida Plus Kota Lhokseumawe melakukan penanaman pohon serentak sebanyak 3500 pohon mangrove di lokasi wisata Pantai Rancong, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Selasa (23/8/2022).


Kapolda Aceh, Irjen Pol Ahmad Haydar dalam amanatnya yang dibacakan Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto, SIK menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka HUT ke 77 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan menanam 77 ribu pohon.


Tumbuhan yang akan ditanam ini, lanjutnya,  memiliki peran ekonomis yang besar bagi kehidupan manusia dalam rangka menumbuhkan ekosistem alam dan juga mencegah abrasi laut.


"Hari ini kita melakukan penanaman pohon agar dapat mengembalikan ekosistem yang telah rusak agar dapat diwariskan kepada anak cucu kita kelak," ujarnya seraya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah ikut mendukung dan terlibat dalam kegiatan penanaman pohon serentak tersebut.


Sementara itu, AKBP Henki Ismanto, SIK  usai melakukan penanaman pohon secara simbolis bersama Pj Walikota Lhokseumawe, Dr Drs Imran, MA, Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Bayu Permana dan unsur Muspida lainnya mengatakan, kegiatan ini merupakan program Kapolda Aceh, yaitu suatu terobosan Aceh Hijau yang dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh.


"77 ribu pohon ini sesuai dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke 77. Karena wilayah kita adalah pesisir, kita main di mangrove. Jenis tanaman ini memiliki manfaat yang cukup banyak, diantaranya bisa mencegah abrasi dan pelestarian ekosistem pantai," pungkasnya.


Untuk di wilayah Kota Lhokseumawe, kata Kapolres, Polres Lhokseumawe bersama unsur Muspida Plus, organisasi pemuda, Pramuka, mahasiswa dan pihak BUMN serta masyarakat menanam sebanyak 3500 pohon mangrove.  


"Setelah penanaman ini, saya mengharapkan kepada masyarakat, mari sama - sama menjaga. Meskipun mangrove tidak membutuhkan perawatan khusus, namun faktor lain seperti masuknya ternak juga dapat merusak tanaman mangrove ini," pinta pria nomor satu di jajaran Polres Lhokseumawe.


Harapannya, tambah AKBP Henki Ismanto, kegiatan tersebut dapat mengembalikan kelestarian dan menghijaukan kawasan pantai, khususnya di  lokasi wisata pantai Rancong.


Sultan Ali Alaidin Mughayat Syah adalah pendiri dan sultan pertama Kesultanan Aceh yang bertakhta dari tahun 1514 sampai meninggal tahun 1530. Mulai tahun 1520, ia memulai kampanye militer untuk menguasai Sultan Ali Alaidin Mughayat Syah adalah pendiri dan sultan pertama Kesultanan Aceh yang bertakhta dari tahun 1514 sampai meninggal tahun 1530. Mulai tahun 1520, ia memulai kampanye militer untuk menguasai bagian utara Sumatra.

Kampanye pertamanya adalah Daya, di sebelah barat laut yang menurut Tomé Pires belum mengenal Islam. Selanjutnya pasukan melebarkan sayap sampai ke pantai timur yang terkenal kaya akan rempah-rempah dan emas. Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan militer laut, maka didirikanlah banyak pelabuhan. Bandar Aceh Darussalam sebagai ibu kota Kesultanan Aceh berdiri sejak abad ke-16 Masehi dengan terlebih dahulu melalui prahara yang seperti yang diceritakan dalam hikayat Aceh.

Keluar dari prahara, kerajaan yang membanggakan Nusantara ini berdiri dengan gagah dan lalu meluaskan pengaruhnya dengan mengalahkan terlebih dahulu penguasa lautan abad ke-16 Masehi bangsa Portugis, bangsa imperialis yang ketika itu disebut lebih banyak memenangkan peperangan dengan musuh besarnya pasukan Muslim di bawah kepimimpinan Kesultanan Utsmaniyah.

Justru di tanah Sumatera, Portugis diburu kemanapun jua ia bertapak. di Daya, Pedir, Samudera Pasai, Aru, hingga Malaka, kolonialis Portugis dihentikan ambisinya oleh Kesultanan Aceh. Kehebatan Kesultanan Aceh tidak lepas dari kemampuan kepemimpinan seorang Ali Mughayat Syah bin Syamsu Syah bersama saudaranya Sultan Ibrahim yang dikenal sebagai penghancur pasukan Portugis di Kesultanan Samudera Pasai tahun 1524 Masehi.

Dari kedua pria sejati inilah Kesultanan Aceh membangun wilayahnya yang kurang lebih seperti luas Provinsi Aceh saat ini. Pada masa Sultan berikutnya, luas Aceh bertambah menjangkau tanah semenanjung Melayu. Baca: Kisah Pemberontahan Jayakatwang, Hancurkan Singasari dan Bunuh Kertanegara saat Pesta Penuh Nafsu. Pada masa awal Kesultanan Aceh didirikan tahun 1507, tidak banyak bukti benda yang bisa diidentifikasi saat ini.

Tetapi, sejarah mencatat bahwa tinggalan terbaik dari Kesultanan Aceh era awal adalah kawasan permukiman bernama Achen yang ketika menjadi kerajaan menjelma menjadi pusat Kesultanan Aceh bernama Bandar Aceh Darussalam (saat ini dikenal dengan nama Kota Banda Aceh). Penyerangan ke Deli dan Aru adalah perluasan daerah terakhir yang dilakukannya. Di Deli meliputi Pedir (Pidie) dan Pasai, pasukannya mampu mengusir garnisun Portugis dari daerah itu.

Dalam penyerangan tahun 1524 terhadap Aru, tentaranya dapat dikalahkan oleh armada Portugis. Aksi militer ini ternyata juga mengancam Johor, selain Portugis sebagai kekuatan militer laut di kawasan itu. Setelah meninggal tahun 1530, ia digantikan oleh Sultan Salahuddin yang merupakan putranya sendiri. Baca Juga: Sosok Jayanegara, Raja Muda yang Suka Berbohong dan Menyakiti Hewan Peliharaan.

Sultan ‘Ali Mughayat Syah adalah pemimpin rakyat Aceh dan pelopor kebangkitan Kesultanan Aceh Darussalam dengan sebenarnya. Setelah menyumbangkan seluruh hidupnya untuk bangsa dan agama ia kembali ke Rahmatullah pada malam Ahad 12 Dzulhijjah 936 Hijriah (6 Agustus 1530). Semangat jihad dan cita-citanya kemudian dilanjutkan oleh para pewarisnya sehingga pengaruh Kesultanan Aceh Darussalam di kawasan Asia Tenggara benar-benar nyata sejak masa itu. [sindonews.com]

Sultan Ali Alaidin Mughayat Syah adalah pendiri dan sultan pertama Kesultanan Aceh yang bertakhta dari tahun 1514 sampai meninggal tahun 1530. Mulai tahun 1520, ia memulai kampanye militer untuk menguasai bagian utara Sumatra. Kampanye pertamanya adalah Daya, di sebelah barat laut yang menurut Tomé Pires belum mengenal Islam. Selanjutnya pasukan melebarkan sayap sampai ke pantai timur yang terkenal kaya akan rempah-rempah dan emas. Untuk memperkuat perekonomian rakyat dan kekuatan militer laut, maka didirikanlah banyak pelabuhan. Bandar Aceh Darussalam sebagai ibu kota Kesultanan Aceh berdiri sejak abad ke-16 Masehi dengan terlebih dahulu melalui prahara yang seperti yang diceritakan dalam hikayat Aceh. Keluar dari prahara, kerajaan yang membanggakan Nusantara ini berdiri dengan gagah dan lalu meluaskan pengaruhnya dengan mengalahkan terlebih dahulu penguasa lautan abad ke-16 Masehi bangsa Portugis, bangsa imperialis yang ketika itu disebut lebih banyak memenangkan peperangan dengan musuh besarnya pasukan Muslim di bawah kepimimpinan Kesultanan Utsmaniyah. Justru di tanah Sumatera, Portugis diburu kemanapun jua ia bertapak. di Daya, Pedir, Samudera Pasai, Aru, hingga Malaka, kolonialis Portugis dihentikan ambisinya oleh Kesultanan Aceh. Kehebatan Kesultanan Aceh tidak lepas dari kemampuan kepemimpinan seorang Ali Mughayat Syah bin Syamsu Syah bersama saudaranya Sultan Ibrahim yang dikenal sebagai penghancur pasukan Portugis di Kesultanan Samudera Pasai tahun 1524 Masehi. Dari kedua pria sejati inilah Kesultanan Aceh membangun wilayahnya yang kurang lebih seperti luas Provinsi Aceh saat ini. Pada masa Sultan berikutnya, luas Aceh bertambah menjangkau tanah semenanjung Melayu. Baca: Kisah Pemberontahan Jayakatwang, Hancurkan Singasari dan Bunuh Kertanegara saat Pesta Penuh Nafsu. Pada masa awal Kesultanan Aceh didirikan tahun 1507, tidak banyak bukti benda yang bisa diidentifikasi saat ini. Tetapi, sejarah mencatat bahwa tinggalan terbaik dari Kesultanan Aceh era awal adalah kawasan permukiman bernama Achen yang ketika menjadi kerajaan menjelma menjadi pusat Kesultanan Aceh bernama Bandar Aceh Darussalam (saat ini dikenal dengan nama Kota Banda Aceh). Penyerangan ke Deli dan Aru adalah perluasan daerah terakhir yang dilakukannya. Di Deli meliputi Pedir (Pidie) dan Pasai, pasukannya mampu mengusir garnisun Portugis dari daerah itu.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Rabu, 24 Agustus 2022 - 05:43 WIB oleh Nanang Sobirin dengan judul "Ali Mughayat Syah, Sultan Aceh yang Gigih Melawan Portugis". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://daerah.sindonews.com/read/864821/29/ali-mughayat-syah-sultan-aceh-yang-gigih-melawan-portugis-1661292538

Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.