2017-02-19

Abdiya aceh Aceh Tamiang Aceh Timur Aceh Utara Agam Inong Aceh Agama Aksi 112 Aksi 313 Aleppo Artikel Artis Auto Babel Baksos Bambang Tri Banda Aceh Banjir Batu Akik Bencana Alam Bendera Aceh Bergek Bimtek Dana Desa Bireuen Bisnis Blue Beetle BNN BNPB Bom Kampung Melayu Budaya BUMN Carona corona Covid-19 Cuaca Cut Meutia Daerah Dana Bos dayah Deklarasi Akbar PA Deplomatik Depok Dewan Pers DPR RI DPRK Lhokseumawe Editorial Ekomomi Ekonomi Energi Feature Film Fito FORMATPAS Foto FPI Gampong Gaya Hidup Gempa Aceh Gempa Palu Gunung Sinabung Haji HAM Hathar Headlines Hiburan Hindia History Hotel Hukum Humor HUT RI i ikapas nisam Indonesia Industri Info Dana Desa Informasi Publik Inspirasi Internasional Internet Iran Irwandi-Nova Irwndi Yusuf Israel IWO Jaksa JARI Jawa Timur Jejak JKMA Kemanusiaan Kemenperin Kemenprin Kesehatan Khalwat KIP Kisah Inspiratif Korupsi Koruptor KPK Kriminal Kriminalisasi Kubu Kuliner Langsa Lapas Lapas Klas I Medan Lapas Tanjungbalai lgbt Lhiokseumawe Lhokseumawe Lingkungan Listrik Lombok Lowongan Kerja Maisir Makar Makassar Malaysia Malware WannaCry Masjid Migas Milad GAM Mitra Berita Modal Sosial Motivasi Motogp MPU Aceh Mudik Mudik Lebaran MUI Musik Muslim Uighur Nanang Haryono Narapidana Narkotika Nasional News Info Aceh Nisam Nuansa Nusantara Obligasi Olahraga Ombudsman Opini Otomotif OTT Pajak Palu Papua Parpol PAS Patani Patroli Pekalongan Pekanbaru Pelabuhan Pemekaran Aceh Malaka Pemekaran ALA Pemerintah Pemilu Pendidikan Penelitian Pengadilan Peristiwa Pers Persekusi Pertanian Piala Dunia 2018 Pidie Pidie Jaya Pilkada Pilkada Aceh Pilkades Pj Gubernur PKI PLN PNL Polisi Politik Pomda Aceh PON Aceh-Sumut XXI Poso PPWI Presiden Projo PT PIM Pungli PUSPA Ramadhan Ramuan Raskin Riau ril Rilis Rillis rls Rohingya Rohul Saladin Satwa Save Palestina Sawang Sejarah Selebgram Selebriti Senator Sinovac SMMPTN sosial Sosok Sport Status-Papua Stunting Sumatera Sunda Empire Suriah Syariat Islam T. Saladin Tekno Telekomunikasi Teror Mesir Terorisme TGB Thailand TMMD TMMD reguler ke-106 TNI Tokoh Tol Aceh Tsunami Aceh Turki Ulama Universitas Malikussaleh USA Vaksin MR Vaksinasi Vaksinasi Covid-19 vid Video vidio Viral Waqaf Habib Bugak Warung Kopi Wisata YantoTarah YARA

Suasana saat penangkapan alat berat di sungai sawang oleh polres lhokseumawe,Sabtu (25/2/2017)

SAWANG- Setelah beberapa waktu lalu berhasil mengamankan 2 (dua) unit alat berat (beko),kini kembali aparat polres Lhokseumawe kembali mengamankan 2 (dua) alat berat yang sedang melakukan aktivitas pengambilan galian C di aliran sungai sawang,Sabtu (25/2/2017)

Dari informasi yang dihimpun,sekitar pukul 14:30 WIB dengan mengenderai mobil jenis inova warna hitam sejumlah personil anggota polisi dari satuan reskrim polres lhokseumawe lansung turun ke lokasi pengambilan galian C yang berada di desa Blangteurakan Kec. Sawang  Kab. Aceh utara.

Setelah  meminta kepada pemilik usaha serta alat berat untuk menunjukkan surat izin dan surat kelengkapan terkait kegiatan pengambilan galian C namun para pemilik alat berat dan usaha tidak dapat menunjukkan sehingga aparat polres terpaksa mengamankan kedua alat berat tersebut.

Dengan menggunakan dua mobil terado kedua alat berat tersebut digiring ke Polres Lhokseumawe untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Sementara itu Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman SIK melalui sambungan telepon seluler membenarkan penangkapan kedua alat berat tersebut.

Hal tersebut dilakukan oleh pihaknya karena kedua pemilik dan kegiatan galian C yang dilakukan oleh kedua alat berat tersebut tidak memiliki surat izin atas usaha galian C di sungai sawang. 

“ Kedua alat berat berat tersebut sudah kita amankan karena tidak memiliki surat izin,tadi anggota kita laporkan satu alat berat ada surat izin namun katanya tinggal dirumah jadi kita suruh bawa hari senin maka akan kita keluarkan “,ungkap Kapolres Lhokseumawe.(Redaksi)

Banda Aceh - Rapat pleno hasil rekapitulasi suara calon gubernur dan wakil gubernur Aceh periode 2017-2022 berlangsung di Ruang Sidang Paripurna DPR Aceh, Banda Aceh, Sabtu (25/2/2017).

Rapat pleno dipimpin oleh Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Ridwan Hadi dan didampingi enam komisioner KIP. Hadir juga Ketua Panwaslih Aceh, Ketua Bawaslu Aceh, Kapolda, Kajati, dan para pendukung enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Berikut perolehan suara masing-masing pasangan calon di 23 kabupaten/kota di Aceh. Data ini dilansir GoAceh dari laman resmi KIP Aceh (kip.acehprov.go.id):

1. KABUPATEN ACEH BARAT
1. Tarmizi A Karim dan Machsalmina Ali ialah 19.797 suara
2. Zakaria Saman dan T Alaidinsyah sebanyak 7.158 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.473 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 3.096 suara
5. Muzakir Manaf dan TA Khalid memperoleh 41.413 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 30.134
Total suara sah ialah 103.071

2. KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
1. Tarmizi A Karim dan Machsalmina Ali ialah 27.414 suara
2 Zakaria Saman dan T Alaidinsyah sebanyak 2.370 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 660 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 2.200 suara
5. Muzakir Manaf dan TA Khalid memperoleh 25.570 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 23.517
Total suara sah ialah 81.731

3. KABUPATEN ACEH BESAR
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 36.770 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 13.412 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.276 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 7.038 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 42.890 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 88.511 suara
Total suara sah 189.897 suara dan suara tidak sah 10.547

4. KABUPATEN ACEH JAYA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali memperoleh 4.279 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah memperoleh 2.127 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab memperoleh 216 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 710 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 27.897 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah memperoleh 14.422 suara
Total suara sah ialah 49.651 suara

5. KABUPATEN ACEH SELATAN
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali memperoleh 33.640 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah memperoleh 1.904 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab memperoleh 1.028 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 1.355 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 35.507 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah memperoleh 33.118 suara
Total suara sah 106.552 dan suara tidak sah 2.805

6. KABUPATEN ACEH SINGKIL
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 9.078 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 1.394 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 2.378 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 3.489 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 16.247 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 26.772 suara
Total suara sah 59.358 dan suara tidak sah 2.389

7. KABUPATEN ACEH TAMIANG
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 17.799 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 6.237 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 5.750 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 8.125 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 30.040 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 53.086 suara
Total suara sah 212.037 dan suara tidak sah 5.685

8. KABUPATEN ACEH TENGAH
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 4.827 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 2.554 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 2.004 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 27.025 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 13.227 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 57.425 suara
Total suara sah 107.061 dan suara tidak sah sebanyak 3.280

9. KABUPATEN ACEH TENGGARA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 12.334 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 4.106 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.415 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 30.922 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 17.805 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 48.078 suara
Total suara sah 114.660 dan suara tidak sah 4.983

10. KABUPATEN ACEH TIMUR
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 20.861 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 10.058 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.349 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 4.224 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 77.954 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 60.892 suara
Total suara sah 175.338 dan suara tidak sah 14.363

11. KABUPATEN ACEH UTARA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 85.496 suara,
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 10.065 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.839 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 6.367 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 119.084 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 35.950 suara
Total suara sah 258.801 dan suara tidak sah 14.255

12. KABUPATEN BENER MERIAH
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 8.068 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 2.107 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 2.573 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 13.548 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 10.506 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 41.730 suara
Total suara sah ialah 78.532

13. KABUPATEN BIREUEN
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 16.101 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 7.571 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 3.734 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 5.920 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 71.348 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 107.295 suara
Total suara sah ialah 212.059

14. KABUPATEN GAYO LUES
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 4.467 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 2.485 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.345 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 7.226 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 16.209 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 21.678 suara
Total suara sah 53.410 dan suara tidak sah 2.228

15. KOTA BANDA ACEH
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 18.703 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 5.677 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 722 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 5.284 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 10.074 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 54.105 suara
Total suara sah 94.565 dan suara tidak sah 2.241

16. KOTA LANGSA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 7.866 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 2.330 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 2.147 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 5.059 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 18.378 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 35.299 suara
Total suara sah 71.079 dan suara tidak sah 2.568

17. KOTA LHOKSEUMAWE
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 21.335 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 4.113 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 944 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 2.463 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 27.068 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 17.235 suara
Total suara sah ialah 73.158

18. KOTA SABANG
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 2.577 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 893 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 302 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 599 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 7.693 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 7.885 suara
Total suara sah 19.949 suara dan suara tidak sah 739

19. KOTA SUBULUSSALAM
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 6.081 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 640 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 410 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 1.962 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 9.116 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 14.124 suara
Total suara sah 32.333 dan suara tidak sah 575

20. KABUPATEN NAGAN RAYA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 12.600 suara,
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 3.340 suara,
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 3.658 suara,
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 2.709 suara,
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 35.529 suara,
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 38.236 suara.
Total suara sah 96.072 dan suara tidak sah 2.643

21. KABUPATEN PIDIE
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 22.700 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 36.845 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 5.159 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 24.194 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 60.484 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 46.907 suara
Total suara sah 196.289 dan suara tidak sah 13.124

22. KABUPATEN PIDIE JAYA
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 6.647 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 4.075 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 454 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 3.132 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 35.507 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 23.206 suara
Total suara sah 73.021 dan suara tidak sah 2.344

23. KABUPATEN SIMEULUE
1. Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali ialah 7.245 suara
2. Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah sebanyak 1.520 suara
3. Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa Usab ialah 1.072 suara
4. Zaini Abdullah dan Nasaruddin memperoleh 1.264 suara
5. Muzakir Manaf dan TA. Khalid memperoleh 16.791 suara
6. Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah sebanyak 19.105 suara
Total suara sah 47.177 dan suara tidak sah 1.110 .

Sumber: Goaceh.co

Aceh Timur - Diduga sebagai bandar narkoba dan melarikan saat disergap tim Sat Narkoba Polda Aceh, Mukhlis alias Pok Ley (35) terpaksa dilumpuhkan dengan ditembak di bagian paha sebelah kanan dan bahu sebelah kiri.

Namun, naas korban meninggal meninggal dunia dalam perjalanan ke RS Cut Mutia Lhokseumawe, Jumat (24/2/2017) malam sekitar pukul 21.30 WIB.

“Sekarang jenazahnya sudah dikebumikan. Sebelumnya jenazah korban tiba di rumah almarhum pukul 06.30 WIB dari RS Cut Mutia Lhokseumawe,” ungkap sumber Serambinews.com, Sabtu (25/2/2017).

Menurut sumber yang diperoleh Serambinews.com, di lapangan, Muhklis alias Pok Ley (35) merupakan warga dan Keuchik Gampong Blang Rambong, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur.

Sedangkan insiden penyergapan oleh tim Sat Reksrim Polda Aceh itu, terjadi di Gampong Seunebok Benteng, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, pukul 17.00 WIB, Jumat (24/2) sore.

Saat itu, tim Sat Reksrim Polda Aceh, melakukan penyamaran dan melakukan transaksi narkoba seberat 2 ons dengan korban.

Kemudian pada saat transaksi anggota Sat Narkoba Polda Aceh, langsung menyergap korban (Mukhlis alias Pok Ley). Tapi, korban melarikan diri ke areal persawahan sehingga terjadi kejar-kejaran.

Kemudian, tim Sat Narkoba Polda Aceh melepaskan tembakan peringatan ke udara agar korban berhenti dan menyerah.

Namun, korban tidak mengindahkan sehingga anggota Sat Narkoba melumpuhkan korban dengan menembak di bagian pahak sebelah kanan dan bahu sebelah kiri.

Kemudian korban diamankan, selanjutnya dibawa ke RS Graha Bunda untuk mendapat perawatan medis. Kemudian, korban dirujuk ke RS Cut Mutia Lhokseumawe dan meninggal dunia dalam perjalanan.

Menurut informasi yang diperoleh Serambinews.com, dari korban tim Sat Narkoba Polda Aceh berhasil mengamankan narkoba jenis sabu-sabu sebanyak 1 ons lebih. (Serambinews)

Pidie Jaya - Gempa berkekuatan 4,5 skala richter guncang Pidie Jaya, Nagroe Aceh Darusalam.

Seperti dikutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hari ini, gempa terjadi pada pukul 15.01 WIB dengan pusat kedalaman 10 kilometer.

BMKG menuliskan, pusat gempa berada di 5.14 LU 96.22 BT dan berjarak 18 kilometer barat laut Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya.

Hingga kini belum ada konfirmasi apakah gempa akan menimbulkan tsunami.  (Rill)

StatusAceh.Net - Ini adalah halaman pertama dan kedua dari manuskrip kitab “Talkhîsh al-Falâh fî Bayân Hukm al-Thalâq wa al-Nikâh” karangan ulama besar Nusantara asal Kesultanan Aceh yang hidup di abad ke-18 M, yaitu Syekh Muhammad Zain al-Âsyî anak dari Syekh Faqîh Jalâluddîn al-Âsyî.

Saya mendapatkan kopian manuskrip ini dari sahabat budiman, Masykur Syarifuddin, kolektor muda manuskrip-manuskrip langka dari Aceh. Jumlah keseluruhan halaman yang memuat teks kitab “Talkhîsh al-Falâh” adalah 19 halaman. Setiap halamanya rata-rata memuat 17 baris tulisan. Teks pada naskah ditulis dengan tinta berwarna hitam dan merah. Di halaman pertama dan akhir naskah dihiasi dengan zakhârif wa muzayyanât (hiasan iluminasi) khas Aceh.

Saya sendiri memiliki kitab “Takhîsh al-Falâh” dalam versi cetakan yang diterbitkan oleh Dâr Ihyâ al-Kutub al-‘Arabiyyah Indonesia (cabang dari penerbit dengan nama yang sama yang berada di Kairo, Mesir). Dalam versi cetakan itu, “Talkhîsh al-Falâh” termasuk dalam salah satu bagian dari bunga rampai karya-karya ulama Aceh yang dihimpun oleh Syekh Ismâ’îl ibn ‘Abd al-Muthallib al-Âsyî, ulama Aceh yang berkarir di Kairo pada akhir abad ke-19 M. Syekh Ismâ’îl al-Âsyî menghimpun sebanyak sembilan karya ulama-ulama Aceh Klasik dalam bunga rampai berjudul “Jam’u Jawâmi’ al-Mushannafât; Yaitu Kitâb Majmû’ Karangan ‘Ulama-‘Ulama Aceh yang Terdahulu”. Dalam “Jam’u Jawâmi’” tersebut, kitab “Talkhîsh al-Falâh” berada pada halaman 36 hingga 44 (9 halaman).

Kitab “Talkhîsh al-Falâh” ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu beraksara Jawi. Bahasa Melayu lebih dominan. Isi kitab ini mengkaji dan menjelaskan seluk beluk hukum nikah dan talak, syarat-syaratnya, masalah perwalian dan saksi, khulu’ dan rujuk, menurut fikih madzhab Syafi’i.

Penulisan sebuah karya dalam bahasa Melayu yang secara khusus mengkaji masalah nikah dan talak serta detail seluk-beluknya dianggap sangat perlu pada masa itu (abad ke-18 M), guna dijadikan acuan dan tuntunan bagi masyarakat Muslim awam. Dalam kata pengantarnya, Syekh Muhammad Zain al-Âsyî menulis;

وبعد فيقول الفقير الى الله الغني محمد زين بن الفقيه جلال الدين الآشي الشافعي رضي الله عنه وعن والديه. قد سألني بعض الأصدقاء وفقه الله للصواب أن أترجم مسائل النكاح والطلاق وما يتعلق بهما. وسميتها تلخيص الفلاح في بيان أحكام الطلاق والنكاح

(Maka berkatalah seorang hamba yang fakir kepada Allah Yang Maha Kaya, Muhammad Zain anak dari al-Faqih Jalaluddin Aceh, Syafi’i madzhabnya, semoga Allah memberikan keridaan kepadanya juga kepada kedua orang tuanya. Telah meminta kepadaku sebagaian kawan-kawan, semoga Allah senantiasa menjaga mereka, agar aku menerjemahkan [menulis] masalah-masalah nikah dan talak, juga hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Dan aku namakan risalah ini dengan “Talkhîsh al-Falâh fî Bayân Hukm al-Thalâq wa al-Nikâh”).

Syekh Muhammad Zain al-Âsyî membagi kitabnya ke dalam lima pasal ditambah dengan penutup (khâtimah). Pada pasal pertama dikaji tentang hukum nikah dan macam-macamnya. Pasal kedua membahas tentang wali, saksi, dan juga sigat nikah. Pasal ketiga membicarakan tentang talak dan khulu’. Pasal keempat membicarakan tentang rujuk (raj’ah). Pasal kelima mengkaji tentang iddah atau masa cerai. Pada bagian penutup, pengarang menerangkan tentang sunnah-sunnah nikah dan juga adab berhubungan suami-istri.

Tidak disebutkan titimangsa yang menunjukkan kapan dan dimana karya ini diselesaikan oleh pengarangnya. Dalam kolofon hanya terdapat titimangsa penyalinan. Tertulis di sana;
دان تمت كتاب اين فد تف تيك فوله هاريبولن (؟) محرم هاري سباتو دالم نكري ايرايتم فد هجرة نبي صلم سريب دوا راتس سبلس تاهن

(dan tamat kitab ini pada tepi tiga puluh hari bulan [?] Muharram hari Sabtu dalam negeri [A-I-R-I-T-M] pada hijrah Nabi SLM seribu dua ratus sebelas tahun).

Penanggalan di atas menunjukkan jika naskah ini disalin pada tanggal 30 Muharram tahun 1211 Hijri (bertepatan dengan 4 Agustus 1796 M) di Air Itam (kini Ie Itam), salah satu perkampungan tua di Aceh.

Sosok sang pengarang, yaitu Syekh Muhammad Zain al-Âsyî, adalah salah satu sosok utama dan tokoh kunci pada jaringan ulama Nusantara di abad ke-18 M. Sayangnya, tanggal kelahiran dan kewafatan beliau belum terungkap. Beliau adalah putra dari ulama besar Aceh, yaitu Syekh Faqîh Jalâluddîn ibn Syekh Kamâluddîn al-Âsyî, yang merupakan mufti dan imam besar Kesultanan Aceh pada masanya. Sang ayah adalah murid langsung dari Syekh ‘Abd al-Raûf ibn ‘Alî al-Sinkilî al-Jâwî (Abdul Rauf Singkel, w. 1693 M), mufti dan imam besar Kesultanan Aceh sebelumnya.

Sejak kecil, Syekh Muhammad Zain al-Âsyî belajar kepada ayahnya sendiri, yaitu Syekh Faqîh Jalâluddîn al-Âsyî, juga Syekh Bâbâ Dâud ibn Ismâ’îl al-Rûmî al-Âsyî (beliau adalah seorang ulama dari Rum [Turki] yang kemudian bermukim di Aceh). Syekh Muhammad Zain lalu pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus bermukim dan belajar di Tanah Suci. Di antara guru-guru beliau semasa di Makkah adalah Syekh Muhammad Sa’îd al-Makkî, Syekh ‘Abd al-Ghanî ibn Muhammad Hilâl, Syekh Ahmad Durrah al-Mashrî, dan lain-lain.

Syekh Muhammad Zain al-Âsyî juga menjadi guru dari beberapa ulama Nusantara generasi abad ke-18 akhir dan 19 awal, seperti Syekh Abdul Shamad Palembang, Syekh Muhammad Arsyad Banjar, Syekh Muhammad Nafis Banjar, Syekh Daud Pattani, dan lain sebagainya.

Selain kitab “Talkhîsh al-Falâh”, Syekh Muhammad Zain al-Âsyî juga menghasilkan karya-karya lainnya dalam berbagai bidang, di antaranya adalah; (1) “Bidâyah al-Hidâyah” yang merupakan terjemah bahasa Melayu dari kitab teologi Islam berbahasa Arab “Umm al-Barâhîn” karangan al-Imâm al-Sanûsî. Karya ini diselesaikan pada 24 Sya’ban 1170 Hijri (14 Mei 1757 M). (2) “Kasyf al-Kirâm fî Bayân Niyyat Takbîrah al-Ihrâm”, yang mengkaji hukum niat dalam takbiratul ihram saat hendak bersembahyang. Karya ini diselesaikan pada 18 Muharram 1171 Hijri (22 September 1757 M). (3) Farâidh al-Qur’ân (tentang ilmu al-Qur’an), tanpa titimangsa. (4) Masâil al-Farâidh (tentang hukum waris), tanpa titimangsa. (5) Risalah Dua Kalimah Syahadah, tanpa titimangsa.

Melihat zaman guru-guru sekaligus zaman murid-murid Syekh Muhammad Zain al-Âsyî yang disebutkan di atas, juga titimangsa lahirnya karya-karya beliau, maka dapat diperkirakan jika karir beliau mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-18 M, atau sekitar tahun 1750-60 M-an.
(A. Ginanjar Sya’ban/nu.or.id)

Foto: Agus Setyadi/detikcom
Banda Aceh - -Saksi pasangan calon gubernur nomor urut 5 Muzakir Manaf-TA Khalid menyatakan keberatan dengan pleno rekapitulasi suara yang digelar Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh. Mereka keluar ruangan rapat setelah mengisi formulir keberatan.

Pantauan detikcom, dua orang saksi nomor urut 5 keluar ruangan sidang di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) sekitar pukul 11.00 WIB, Sabtu (25/2/2017). Sejak sidang dibuka oleh Ketua KIP Ridwan Hadi, saksi paslon urut 5 langsung mengajukan intrupsi.

Kedua saksi paslon urut 5 Suadi Sulaiman dan Wen Rimba Raya menyatakan Pilkada serentak di seluruh Aceh cacat hukum. Mereka meminta agar digelar pemilihan ulang.

"Kami menolak hasil rekapitulasi suara dan kami nyatakan cacat hukum," kata Wen saat diberi kesempatan menyampaikan pendapatnya.

"Kami minta KIP Aceh minta menghentikan rekapitulasi suara yang digelar hari ini," sambung Suadi.

Ketua KIP selanjutnya bertanya pada Panwaslih Aceh apakah dilanjutkan atau tidak. Setelah meminta waktu sekitar 5 menit, Panwaslih menyetujui rapat pleno dilanjutkan. Mereka juga meminta saksi agar melaporkan pelanggaran selama Pilkada ke Panwaslih.

Saksi paslon lima tetap menyatakan keberatan. Mereka kemudian meminta form model Dc2-KWK (form keberatan). Salah seorang Komisioner KIP Aceh memberikan dan kemudian diisi oleh Suadi.

Setelah menyerahkan form tersebut ke KIP, kedua saksi Paslon urut 5 kemudian meninggalkan ruangan rapat.

"Izinkan kami mengisi form (keberatan) dan izinkan kami untuk keluar," kata Wen.

Setelah kedua saksi ini keluar, rapat pleno yang dimulai sejak pukul 09.40 tetap dilanjutkan. KIP membacakan hasil rekapitulasi suara dari 23 Kabupaten/kota di Aceh. (detik.com)

Aceh Air Show (Agus/detikcom)
Banda Aceh - Atraksi manuver pesawat tempur yang terbang rendah menjadi hiburan tersendiri bagi pelajar dan warga Aceh. Dengan wajah ceria, mereka menyaksikan para pilot menerbangkan 'burung besi' dalam kecepatan tinggi.

Pantauan detikcom, air show pesawat tempur Hawk ini digelar sejak pagi hingga siang, Jumat (24/2/2017). Empat pesawat tempur terbang dalam dua gelombang. Pertama, dua pesawat lepas landas dari Lanud Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Aceh.

Beberapa menit setelah take off, para pilot unjuk kebolehan. Disaksikan ratusan pelajar, mulai tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) sederajat dan warga, pesawat mulai bermanuver.

Warga dan pelajar berdiri rapi di Lanud SIM untuk menyaksikan jet-jet tempur berputar-putar di langit. Tak sedikit warga yang mengabadikan momen manuver pesawat dengan gawai milik mereka. Meski demikian, beberapa warga terlihat menutup telinga dengan jari tangan karena tidak tahan mendengar suara gemuruh kala pesawat melintas.

Setelah bermanuver beberapa menit, dua pesawat pertama kembali ke landasan. Dua pesawat ini melaju pelan di depan penonton menuju hanggar. Warga dan pelajar melambaikan tangan ketika pesawat berjalan di depan mereka. Dari dalam 'burung besi', pilot juga membalas lambaian tangan itu.

Tak lama berselang, giliran dua pesawat lain unjuk kebolehan. Atraksi yang dilakukan sama. Tepuk tangan warga membahana setelah pesawat mendarat. Jet tempur yang beraksi ini jenis Hawk 200 dari Skuadron 12 Pangkalan Udara Roesmin Noerjadin Pekanbaru, Riau.

Komandan Lanud SIM Kolonel Suliono mengatakan kegiatan air show pesawat tempur ini cuma digelar khusus hari ini. Dalam beberapa hari ke depan, masyarakat dapat menyaksikan pameran armada tempur (statik show).

"Secara khusus kegiatan ini digelar hari ini sampai besok. Masyarakat dapat melihat langsung pesawat dengan bebas," kata Suliono kepada wartawan.

Rencananya, minggu depan pesawat ini akan dipakai untuk patroli udara di wilayah Aceh. Sebelumnya, sejak beberapa hari lalu, lima pesawat tempur Hawk ini menggelar latihan menembak rudal di langit Tanah Rencong.

Menurut Danlanud, kegiatan air show ini dibuka untuk umum dan bertujuan mengajak masyarakat serta pelajar mengetahui lebih dekat tentang TNI Angkatan Udara. Selain itu, acara ini untuk menarik kembali minat masyarakat Serambi Mekah terhadap dunia penerbangan.

"Kita tunjukkan kepada masyarakat Aceh, inilah kebanggaan kita," jelas Suliono. (detik.com)

Foto: Ist
Banda Aceh -
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh akan menggelar sidang pleno hasil rekapitulasi suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Sabtu (25/2). Untuk melakukan pengamanan, 850 personel Polri/TNI dikerahkan selama masa rapat pleno yang berlangsung di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Yang masuk dalam ruang rapat pleno dibatasi, karena keterbatasan ruangan.

"Persiapan pengamanannya telah dimatangkan jauh-jauh hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita berharap penetapan pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih ini berjalan lancar sesuai tahapan," kata Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol T Saladin, Aceh, Jumat (24/2).

Setiap tamu yang masuk akan dibekali undangan dan kartu khusus yang dikeluarkan KIP Aceh. Sedangkan warga yang tidak memiliki kartu pengenal khusus, dapat menyaksikan melalui layar lebar yang ditempatkan di luar gedung utama DPRA.

"Ini kapasitasnya hanya untuk 300 orang untuk masyarakat umum. Selebihnya bisa menyaksikan di luar gedung utama DPRA," jelasnya.

Sementara itu Sekretaris KIP Aceh Sekretaris KIP Aceh, Darmansyah mengatakan, jadwal sidang pleno dilakukan sesuai dengan ketetapan aturan yang berlaku mengenai waktu rekapitulasi tingkat provinsi. Dalam aturannya, penetapan rekapitulasi gubernur wakil gubernur digelar 25 hingga 27 Februari 2017.

"Kami mengundang seluruh Forkopimda, Panwaslih dan KIP kabupaten/kota serta dari KPU (Komisi Pemilihan Umum) pusat," kata Darmansyah.

Sidang pleno tersebut terbuka untuk umum sehingga dapat disaksikan masyarakat. Selain undangan yang diberikan tanda pengenal khusus, sedikitnya 300 masyarakat umum diizinkan masuk untuk menyaksikan langsung proses penghitungan.

Masyarakat umum akan ditempatkan di lantai dua gedung, namun dipastikan tidak mengganggu dalam menyaksikan sidang pleno tersebut. Selain itu pelaksanaan sidang juga dikawal ketat oleh aparat keamanan baik TNI maupun Polri.

Di samping itu, masyarakat yang ingin menyaksikan suasana sidang pleno namun tidak mendapat tempat di dalam gedung, penyelenggara rencananya akan menyediakan layar besar di luar gedung agar masyarakat tetap dapat menonton.(Merdeka.com)

Ilustrasi Suku Dayak pedalaman Kalimantan Tengah/Ist
Katingan - Heboh kabar pernikahan gaib antara Panglima Burung dan Sri Baruno Prameswari seperti tertera di undangan yang akan berlangsung pada 28 Februari 2017 mendatang membuat banyak netizen mencari tahu siapa sebenarnya sosok gaib yang dipercaya sebagai tokoh pelindung orang Dayak ini. MNC Media mencoba mewawancari Ketua DPRD Katingan Ignatius Mantir L Nusa yang juga sekaligus tokoh masyarakat di Katingan terkait apa yang membuat Panglima Burung menjadi sosok yang melekat bagi orang Dayak.

Menurut Mantir, Panglima Burung atau Pangkalima adalah seorang tokoh mitos yang legendaris yang dipercayai sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak, Kalimantan.

"Warga Dayak mempercayai Panglima Burung tinggal di daerah gaib pedalaman Kalimantan dan mengawasi seluruh kehidupan Suku Dayak di Kalimantan. Panglima Burung akan turun sewaktu-waktu dalam bentuk seutuhnya atau merasuki seseorang untuk menolong apabila Suku Dayak sedang dalam posisi terancam, teraniaya, atau hendak melakukan peperangan. Ini percaya tidak percaya," ujar Mantir, Jumat (24/2/2017).

Dia menjelaskan, Panglima Burung digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sifat serta karakter sebagai "Orang Dayak Sejati", yaitu cinta damai, mengalah, suka menolong, pemalu, sederhana, tapi akan berubah kejam dan gagah berani ketika posisi mereka terancam.

"Biasanya masyarakat Dayak melakukan ritual khusus untuk memanggil Panglima Burung. Panglima Burung mencuat nama dan sebutannya ketika terjadi Kerusuhan Sampit dan Kerusuhan Sambas kala itu," tambah dia.

Dia menjelaskan, dalam cerita, Panglima Burung juga memiliki  ilmu kanuragan atau disebut BAKAJI.
Untuk mendapatkan ilmu ini sesorang harus selalu dekat dengan alam dalam keheningan melalui ritual balampah.  Seorang yang bakaji juga umumnya rendah hati, dia tidak akan memerkan ilmunya.

"Sebab kekuatan yang dia dapat hanya digunakan ketika saat genting terjadi. Jadi seorang pemimpin dayak adalah seorang yang memiliki kehidupan spiritual yang baik dan tercermin didalam hubungannya dengan alam dan kerendahan hatinya," tandasnya.

Bulog membeli langsung Gabah Kering Giling (GKP) petani Aceh dengan harga Rp 4.600 per kilogram (kg).
Jakarta - Bulog membeli langsung Gabah Kering Giling (GKP) petani dengan harga Rp 4.600 per kilogram (kg) yang dihasilkan oleh kelompok tani Lembah Sabil, Aceh Barat Daya (Abdya). Harga pembelian Bulog tersebut di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ada di angka Rp 3.700 per kilogram.

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, pola yang digunakan Bulog adalah pembelian komersial. "Bulog mau membeli dengan harga tersebut di samping harga gabah yang berlaku di Aceh masih tinggi, kualitas gabah petani Aceh Barat Daya sangat bagus. Pembelian ini juga akan meningkatkan stok beras di gudang Bulog," kata Mukti sepeeti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (24/2/2017).

Mukti sebagai penanggung jawab Upsus Aceh mengharapkan, pembelian Bulog tidak hanya di Abdya saja, tapi juga di sentra beras lainnya yang saat ini juga mulai panen raya. Mukti juga menyampaikan kepada kelompok tani untuk segera melakukan pengolahan lahan yang sudah dipanen dan segera melakukan percepatan tanam.

 "Aceh Barat Daya pernah mendapatkan reward karena pada saat itu peran Aceh Barat Daya nomor tiga se-Aceh dalam hal produksi padi. Kami harap prestasi itu dapat terulang," tutur Mukti.

Kepala Bulog Divre Aceh Fatah Yasin menambahkan, Bulog mendapatkan tugas dari pemerintah untuk menyerap gabah dari petani agar persediaan beras di Indonesia tersedia dengan harga pembelian yang telah ditentukan dan dengan kualitas standar yang telah ditetapkan demi kesejahteraan petani.

"Kami Perum Bulog membeli gabah petani merupakan amanah dan tugas dari pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan, standar kualitas gabahnya ada demi kesejahteraan petani," tutur Yasin.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Aceh, Raihanah mengatakan, Propinsi Aceh memiliki target tanam padi sebesar 522.000 hektare, target Musim Tanam Rendeng 291.000 hektare dan target Musim Tanam Gadu sebesar 231.000 hektare.

"Sampai dengan 20 Februari 2017, telah tercapai 261.000 hektare. Musim Tanam Rendeng masih 40 hari lagi kami yakin sisa hari yang ada Aceh dapat mencapai target tersebut. Khusus Aceh Barat Daya, silakan sampaikan kepada kami kebutuhan alsintan untuk percepatan tanam.  Dinas Pertanian Propinsi akan bantu sesuai tugas pokok dan fungsinya," ujar Raihanah. (Liputan6.com)

Kasipidsus Kejari Banda Aceh Zulfan sedang membawa salah satu terpidana korupsi Ari Wibawa (tengah) ke LP Lambaro Aceh Besar. Foto: Tommy
Banda Aceh - Tim Kejaksaan Negeri (Banda Aceh) kembali menangkap dua terpidana korupsi yang selama ini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) setelah buron selama tujuh tahun.

Kedua terpidana tersebut yakni Ismunadi (62) dan Ari Setiawan (47) yang terlibat dalam kasus pembangunan tanggul air asin di kawasan Lampulo Banda Aceh yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) melalui satuan kerja Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) tahun anggaran 2005 dengan total anggaran Rp2,3 milliar dengan kerugian negara sebesar Rp 748 juta. Kedua terpidana ini adalah konsultan dari PT BBS.

Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Banda Aceh Husni Thamren menyebutkan eksekusi kedua terpidana korupsi tersebut setelah turunnnya putusan Mahkamah Agung (MA) tahun 2009.

Dalam kasus tersebut, kata Husni keduanya telah divonis empat tahun penjara dan di denda sebesar Rp 200 juta subsider enam bulan kurungan.

"Keduanya hanya menjalani hukuman badan serta denda, sedangkan uang penganti telah dibebankan oleh H. T. Darmansyah selaku rekanan proyek yang sudah menjalani hukuman," katanya, Jumat (24/2).

Sementara, Kasipidsus Kejari Banda Aceh M.Zulfan menyebutkan kedua terpidana ditangkap di dua lokasi berbeda. Penangkapan itu setelah tim kejari melacak keberadaan kedua terpidana itu.

"Setelah kami lacak, tim langsung menemukan keberadaan kedua terpidana, satu kami tangkap di Pekalongan dan satu lagi di Depok," kata M.Zulfan.

Saat dilakukan penangkapan, kata Zulfan keduanya sangat koorperatif dan tidak melakukan perlawanan. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan keduanya langsung dibawa ke Banda Aceh dan selanjutnya dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Lambaro, Aceh Besar.

"Kami kesulitan menemukan kedua terpidana ini karena mereka sering berpidah-pindah tempat tinggal, namun berkat kerja keras tim, keduanya dapat kita tangkap," katanya.(Sumber: AJNN)

Foto: ist
StatusAceh.Net - Seorang bandar sabu Rizal Marta Wijaya (28) diamankan anggota Polres Badung, Bali, di seputaran wilayah Denpasar dan Badung. Dari tangkapan ini, polisi juga meringkus seorang sopir truk membawa 19,1 kilogram ganja dipasok dari Aceh.

Tangkapan ini dilakukan di sebuah tempat kos wilayah Pedungan, Denpasar Selatan, Sabtu (18/2) pukul 02.00 WITA. Dari tempatnya itu, polisi mengamankan barang bukti 14 paket sabu-sabu dengan total seluruhnya mencapai 302,59 gram.

Selain itu, ditemukan buah tas plastik warna hitam yang didalamnya berisi daun, batang dan biji ganja dan 5 bungkus paket ganja seberat 576,85 gram, 1 unit sepeda motor Vario, 1 unit timbangan elektrik dan 1 buah timbangan kiloan manual.

"Dari pengakuan tersangka, semua barang haram ini dibawa langsung dari Jember," ungkap Kapolres Badung AKBP Ruddy Setiawan, Kamis (23/2).

Polisi kemudian melakukan pengembangan. Kepada petugas, pria asal Dusun Karanganyar RT 001 RW 015 Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim) ini mengaku seorang temannya bernama Sugeng Wiyano (32) sedang membawa 19,1 kilogram ganja menuju Bali.

Untuk selanjutnya, polisi menyanggongi kedatangan tersangka di seputaran Jalan Raya DenpasarGilimanuk. Dengan memegang ciri-ciri pelaku dan kendaraan yang dibawanya, polisi berhasil mengamankannya persisnya di depan rumah makan Sumber Mulia Tabanan, Bali.

Dari tangan sopir truk asal Dusun Mulyoasri RT 008 RW 002 Desa Sumber Mulyo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini polisi mengamankan barang bukti 5 paket besar ganja seberat seluruhnya 19,1 kilogram. Barang haram sebanyak itu disimpan di dalam bak belakang yang ditutupi terpal.

"Tersangka pertama (Rizal-red) menitip ganja itu untuk diseberangkan dari Banyuwangi sampai Denpasar," terang Ruddy.

Dijelaskannya, ganja sebanyak itu dibawa dari Aceh dengan jalur darat yang tujuan untuk diedarkan di Bali. Bahkan melalui dua penyeberangan bisa lolos tiba di Bali.

"Ganja ini dibawa langsung dari Aceh dengan tujuan untuk di Bali. Mereka diberikan upah masing-masing Rp 5 juta. Terhadap kedua tersangka ini, masih kami terus kembangkan," tutup mantan Kapolsek Penjaringan Polda Metro Jaya ini. [merdeka.com]

Lhokseumawe - Kepolisian Resor Lhokseumawe mengamankan tujuh pelanggar syariat Islam dari amukan massa disalah satu ruko tempat hiburan karoke di jalan Merdeka Timur tepatnya di simpang bundaran pos lantas Cunda Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe, Kamis (23/2/2017) dini hari sekitar 02.00 WIB.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Hendri Budiman melalui Kabag Ops Kompol Ahzan menyampaikan, para pelanggar syariah yang berjumlah tujuh orang tersebut kita amankan ke Polres Lhokseumawe untuk menghindari amukan massa, selanjutnya 6 orang perempuan dan satu pria tersebut kita serahkan ke Satpol PP-WH sesuai dengan kewenangannya untuk menegakkan peraturan syariah.

Dijelaskan, sebelumnya dini hari Kamis (23/)sekira pukul 01.00 wib, warga keude cunda yang berada disekitar lokasi itu melakukan penggerebekan tempat  hiburan tersebut.

Lanjutnya, diduga tempat hiburan tersebut digunakan untuk dugem dan karaoke, hal ini menggangu ketrentraman masyarakat, sehingga masyarakat melakukan  penggerebekan di lokasi tempat tersebut.

Ditambahkan, untuk menghindari amukan massa kita langsung ke lokasi mengamankan para terduga pelanggar syariah diantaranya seorang pria KH (30) warga Tanah Jambo Aye, Aceh Utara dan wanita AM (19 ) warga Blang panyang Lhokseumawe, MZ (20) warga Pusong Lhokseumawe, PR (19) warga Mon Gedong, Lhokseumawe, ST (21) warga Mon gedong Lhokseumawe dan Syafira (20 ) warga Tambon, Aceh utara.

Sambungnya, dalam penggrebekan tidak ditemukan barang bukti narkoba di lokasi tersebut."tegas Kompol Ahzan. (SA/TM)

Ilustrasi
StatusAceh.Net - Kepala Desa Sukaresmi Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi bernama Ahmad Suryana ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi atas dana desa tahun anggaran 2016.

Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Yusri Yunus menjelaskan, tersangka menggunakan dana tersebut dari alokasi dana desa yang seharusnya digunakan untuk kegiatan desa.

"Hasil pemeriksaan, uang digunakan untuk bayar utang pribadi tersangka dan membuat lapangan futsal," kata Yusri di Mapolda Jawa Barat Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu 22 Februari 2017.

Selain untuk kepentingan usaha, Kepala Desa (Kades) Ahmad Suryana menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan pribadinya. Dia mendapatkan dana desa dengan cara meminta secara bertahap dari Bendahara desa, Idah dan Yanti selaku bendahara pengganti.

"Uang tersebut juga digunakan untuk operasional tersangka dan sampai saat ini dana tersebut belum dikembalikan," lanjut Yusri.

Akibat perbuatannya, negara dirugikan mencapai Rp186,8 juta. Saat ini Ahmad ditahan di Rutan Polres Sukabumi untuk menjalani penyidikan lebih lanjut. Ahmad juga sempat dinilai tidak kooperatif merespons aparat.

"Alasan ditahan karena tersangka tidak kooperatif dengan tidak memenuhi panggilan sebanyak dua kali, diduga akan melarikan diri," katanya.

Ahmad dijerat Pasal 2 ayat 1 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman hukuman penjara maksimal 20 tahun.(Viva)

StatusAceh.Net - Jumat, 17 Februari, atau dua hari setelah gelaran Pilkada serentak di Indonesia, rumah mewah dua lantai di Jalan Teuku Nyak Arief, Lampriet, Banda Aceh, tampak lengang. Rumah yang sudah disulap sebagai markas pemenangan pasangan Muzakir Manaf-TA. Khalid ini hanya ada beberapa orang, termasuk seorang pemuda bertubuh gempal dan berkulit legam yang menyarankan saya menyambangi kantor DPA Partai Aceh di Batoh, Lueng Bata. “Di sana ramai,” katanya. “Karena proses rekap suara di situ.”

Pemandangan itu tampak kontras dan sangat tidak biasa. Selama proses Pilkada berjalan, Posko Pemenangan Pusat wakil gubernur petahana yang diusung Partai Aceh dan partai koalisi itu tak pernah sepi. Halaman kantor seluas lapangan voli selalu dipenuhi kendaraan roda dua dan empat. Bahkan sebagian tamu yang datang ke kantor ini terpaksa memarkirkan mobilnya di sisi badan jalan, berjejer hingga 200 meter, seperti terlihat sejak Rabu sore hingga malam di hari pemungutan suara.

Sementara kantor pemenangan Zaini Abdullah-Nasaruddin di Jalan Teungku di Blang, Lamdingin, tak kalah sepi. Tak ada lagi atribut kampanye yang sebelumnya memenuhi areal rumah gubernur petahana itu. Bahkan sebagian poster besar bergambar Zaini-Nasaruddin sudah sobek. Dari jauh, seorang pemuda sedang bersantai di balkon, mengisap rokok dalam-dalam. Selebihnya nyaris sepi aktivitas.

Di hari yang sama, Posko Pemenangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah di Jalan Sudirman, Lamteumen, juga tiada aktivitas mencolok. Hanya terlihat beberapa orang bercengkerama di kursi yang disusun melingkar, juga beberapa mobil dan sepeda motor di parkiran. Di rumah bergaya klasik inilah tim pemenangan mantan gubenur Aceh 2007-2012 Irwandi Yusuf sedang merekap suara dari seluruh Aceh.

Seusai hari pencoblosan, suasana di tiap-tiap kantor pemenangan para kandidat gubernur dan wakil gubernur Aceh, termasuk kedua kandidat terkuat, memang tidak sama lagi. Apalagi jika perolehan suara para jagoan seret, melenceng dari harapan.

Klaim Kemenangan
Turun dari mobil Range Rover Freelander hitam, Irwandi Yusuf yang didampingi istrinya, Darwati A. Gani, tampak sumringah. Matanya agak merah, tapi ekspresinya masih bersemangat. Mengenakan setelan kemeja putih lengan panjang dipadu jas hitam, dengan topi khas pilot hijau lumut bertengger di kepalanya, Irwandi menyalami satu per satu anggota tim pemenangan yang sudah menunggunya di pintu rumah. Awak media yang sejak petang menunggu di kantor DPD Partai Demokrat Aceh tak alpa mengabadikan sosok yang dikenal sebagai ahli propaganda GAM itu.

Dua hari setelah Pilkada serentak, untuk kedua kalinya, kubu Irwandi-Nova Iriansyah menggelar konferensi pers soal perolehan suara terakhir yang sudah masuk ke Sekber mereka. Intinya, mereka mengumumkan keunggulan atas pesaing terdekat mereka, Muzakir-Khalid. Suara keduanya sama-sama di atas 30 persen, tetapi kubu Irwandi unggul 7 persen.

Nova, yang didaulat untuk memaparkan hasil sementara berbasis formulir C1, dengan percaya diri mengumumkan pihaknya sebagai pemenang Pilkada Aceh.

Tak mau kalah, kubu Muzakir-Khalid juga menggelar konferensi pers di kantor pemenangan mereka untuk kali kedua pada Senin malam, 20 Februari. Bila di konferensi pers perdana mereka pada Rabu malam, 15 Februari, mereka mengklaim kemenangan sebesar “41 persen” lewat hitung cepat, di hari Senin itu mereka tidak lagi bicara soal keunggulan.

Juru bicara Partai Aceh Suadi Lawueng, dalam keterangan kepada wartawan, hanya meminta kader partai dan tim pemenangan pasangan calon (paslon) Muzakir-Khalid untuk “tetap tenang menghadapi isu yang berkembang.” Adi, demikian pria bertubuh mungil itu disapa, menyerukan tim di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan gampong agar mengawal proses penghitungan suara di wilayah masing-masing. Baik Muzakir maupun Khalid tak tampak di lokasi acara.

Adi yang didampingi beberapa petinggi Partai Aceh seperti Teungku Adly Tjalok menjawab ragu atas pertanyaan wartawan soal berapa persentase suara yang diperoleh jagoannya. Adi beralasan, timnya masih bekerja memvalidasi jumlah suara lewat formulir C1. Ketika terus ditanya jumlah suara yang masuk ke pihaknya, sekali lagi Adi tak menjawab secara lugas, “Kita menghargai pihak penyelenggara Pilkada, yaitu KIP Aceh.”

Dua Sahabat di Persimpangan Jalan

Irwandi Yusuf dan Muzakir Manaf ialah sahabat dekat. Keduanya memegang jabatan penting di Gerakan Aceh Merdeka. Irwandi adalah juru propaganda GAM dan Muzakir adalah panglima GAM.

Meski berseberangan, keduanya saling menghargai dan menghormati. Dalam setiap kesempatan, Muzakir selalu memanggil “Bang” kepada Irwandi, demikian pula Irwandi memanggil “Mualem” untuk Muzakir. Setelah itu mereka pasti berbicara sambil mendekatkan wajah. Saking akrabnya, bahkan Irwandi dan Muzakir pernah tinggal satu rumah di jalan menuju Lamrueng, Aceh Besar.

Jauh sebelum hiruk-pikuk Pilkada 2017, dua tahun lalu keduanya sempat lepas kangen di sebuah hotel di Jakarta Pusat. Pertemuan dua petinggi Aceh Merdeka itu berlangsung hingga larut malam.

Munawar Liza Zainal, petinggi Partai Nasional Aceh—pecahan Partai Aceh yang didirikan Irwandi dan beberapa elit GAM jelang Pilkada 2012—melukiskan pertemuan itu sebagai ajang nostalgia. “Setelah sekian lama tak berkomunikasi, tadi malam mereka bertemu untuk bersilaturahmi dan membuka kembali hubungan yang selama ini terputus,” kata Munawar, salah satu peserta pertemuan, seperti dilansir acehkita.com.

Seusai pertemuan itu, menyeruak kabar kalau Irwandi sedang menjajaki berpasangan dengan Mualem dalam Pilkada 2017. Apalagi, dalam pertemuan itu, hadir beberapa sosok yang dikenal dekat dengan mereka seperti Amir Faisal Nek, Teuku Rafli Pasha, Teuku Irsyadi, Izil Azhar atau Ayah Merin, juga Munawar Liza. Namun, seiring berlalu waktu, wacana menduetkan mereka dalam satu paket menghilang dengan sendirinya. Ada kabar masing-masing enggan menjadi nomor dua.

Hubungan Irwandi dan Muzakir memang naik-turun. Perhelatan politik di Aceh pasca-damai membuat mereka sering berseberangan jalan. Pada pemilihan gubernur 2006, misalnya, Mualem lebih memilih menjaga perasaan orang tua GAM seperti Malik Mahmud, Muhammad Usman Lampoh Awe, dan Zaini Abdullah, dengan mendukung pasangan Ahmad Humam Hamid-Hasbi Abdullah, alih-alih mendukung Irwandi yang sama-sama dari GAM lapangan.

Majunya Irwandi sebagai calon gubernur Aceh pada 2006 lewat jalur independen memang tak bisa dilepaskan dari gagalnya komunikasi politik para elite GAM. Padahal, pasca-MoU Helsinki 2005, GAM sudah menyatakan dengan lugas mengubah haluan perjuangan: dari gerakan bersenjata ke perjuangan politik. Momentum Pilkada 2006 dan wacana pendirian partai lokal menjadi basis medan perang baru untuk gerakan pembebasan Aceh yang dibangun Hasan Tiro pada 1976 itu.

Upaya ke arah itu terlihat jelas, misalnya, ketika elite GAM menggelar Duek Pakat Bansa Aceh Ban Sigom Donja di Gedung Dayan Dawood, 20-21 Mei 2006 . Forum rapat orang Aceh seluruh dunia itu sebenarnya berhasil memilih wakil dari GAM untuk bertarung dalam Pilkada 2006. Tgk Nashiruddin bin Ahmed-Muhammad Nazar, yang disokong para Panglima Wilayah GAM, secara mengejutkan mengungguli pasangan Hasbi Abdullah-Ahmad Humam Hamid, calon gubernur yang dijagokan elite GAM dari kalangan tua.

Hasil rapat tersebut tak disambut gegap-gempita, seperti layaknya sebuah keputusan penting organisasi perlawanan. Aroma perpecahan antara GAM dari kelompok muda dan tua tak terelakkan. Teungku Nash, sapaan akrab Nasruddin bin Ahmed, kemudian memilih mundur di tengah jalan. Kuat dugaan, mantan anggota juru runding GAM itu sengaja diminta mengundurkan diri oleh elite tua GAM. Mundurnya Tgk Nash melempangkan jalan bagi Hasbi Abdullah, adik kandung Menteri Luar Negeri GAM Zaini Abdullah.

Untuk meredam perpecahan yang lebih besar, seusai rapat tersebut, GAM membuat pernyataan penting dan mengejutkan: tidak ikut dalam Pilkada 2006, dan memilih fokus pada ide pembentukan partai politik lokal untuk menghadapi Pemilu 2009.

GAM mempersilahkan kader-kader terbaiknya untuk bertarung dalam Pilkada. Di tengah kegalauan sikap GAM tersebut, dari Calang, Aceh Jaya, datang kabar yang lagi-lagi mengejutkan. Humam Hamid dan Hasbi Abdullah dideklarasikan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur dari Partai Persatuan Pembangunan.

Para mantan Panglima Wilayah GAM plus aktivis Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) bertindak cepat mencari pengganti Tgk Nash yang memilih mundur itu. Sejumlah nama sempat disorongkan seperti MN Djuli. Namun, menurut informasi yang beredar saat itu, tokoh GAM yang lama bermukim di Malaysia itu tidak begitu dikenal di lapangan.

Nama yang tersisa dan sedang populer saat itu adalah Irwandi Yusuf, yang mewakili GAM di Aceh Monitoring Mission. Irwandi relatif lebih bisa diterima oleh pasukan GAM di lapangan. Setidaknya, dari 17 Panglima Wilayah dalam teritorial GAM, 15 di antaranya dengan suara bulat mendukung Irwandi untuk bertarung dalam Pilkada 2006. Dua lainnya, seperti Panglima GAM Wilayah Pidie dan Pasee, memilih ikut kelompok tua: mendukung pasangan Humam-Hasbi.

Posisi Muzakir dilematis. Di satu sisi, ia harus mendengarkan aspirasi para panglima wilayah di bawah komandonya. Tapi, di lain sisi pula, ia tak bisa mengabaikan peunutoh kelompok tua GAM. Dalam pelbagai kesempatan, Mualem digiring untuk secara terbuka mendukung pasangan Humam-Hasbi. Dalam pertemuan di Wisma Daka pada Agutus 2006, misalnya, Muzakir menyatakan Komite Peralihan Aceh (KPA)—lembaga tempat bernaung para mantan kombatan GAM—mendukung pasangan Humam-Hasbi.

“Kami selaku Ketua KPA Pusat dan seluruh KPA wilayah, mendukung paket Humam Hamid dan Hasbi Abdullah,” kata Mualem yang didampingi Ilyas Abed, seorang petinggi GAM.

Empat hari kemudian, di Kantor KPA di kawasan Lamdingin, Kuta Alam, juru bicara KPA Sofyan Dawood didampingi beberapa petinggi GAM, ulama, akademikus, dan aktivis mendeklarasikan Irwandi Yusuf-Muhammad Nazar sebagai calon gubernur dan wakil gubernur dari jalur independen. Dawood menegaskan bahwa GAM secara organisasi tetap tidak akan maju dalam prosesi Pilkada 2006. “Ini atas nama perorangan personel GAM,” kata bekas juru bicara militer Aceh Merdeka itu.

Menariknya, seminggu menjelang pemilihan yang dihelat pada 9 Desember 2006, Ketua KPA Muzakir Manaf mencabut dukungan terhadap pasangan Humam-Hasbi. Penarikan dukungan yang ditandatangani oleh 18 perwakilan KPA seluruh Aceh itu disebut-sebut untuk menjaga agar suara GAM tidak pecah dalam Pilkada.

“Secara organisasi, kita netral, tidak mendukung siapa pun,” kata Mualem. Ia membolehkan masing-masing pribadi di KPA untuk punya pilihan.

Dalam Pilkada itu, pasangan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar, mantan pentolan SIRA, terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh dengan perolehan suara mencapai 38.20 persen, unggul jauh di atas pasangan yang disokong kalangan tua GAM, Humam-Hasbi, yang hanya meraih 14 persen suara.


Pilkada Berdarah 2012
Irwandi Yusuf cukup optimis bakal diusung Partai Aceh dalam Pilkada 2011. Dalam beberapa kesempatan, alumnus S2 Fakultas Kedokteran Hewan, Oregon State University (1993), ini sangat berharap didukung oleh Partai Aceh.

“Tahap pertama tentu melalui partai yang saya besarkan dan saya biayai, yaitu Partai Aceh. Kalau Partai Aceh tidak berkenan mencalonkan saya, kan, ada jalur independen dan ada partai lain,” kata Irwandi kala itu.

Harapan diusung partai besutan kombatan GAM itu buyar setelah politikus Partai Aceh Adnan Beuransah menyatakan PA tidak akan mendukung Irwandi Yusuf—saat itu masih menjabat Gubernur Aceh—sebagai kandidat gubernur dari partai yang diketuai Mualem.

Partai Aceh memang cukup hati-hati mengeluarkan pernyataan terkait siapa yang bakal diusung dalam Pilkada kedua pasca-Helsinki. Tapi, dalam rapat pimpinan PA/KPA di kediaman mantan Perdana Menteri GAM Malik Mahmud, di kawasan Geuceu Kayee Jatoe, Banda Aceh, dengan penuh percaya diri Mualem mengumumkan PA mengusung Zaini Abdullah dan dirinya sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.

Itu mengubah konstelasi dalam tubuh eks-petinggi GAM. Irwandi jelas tak punya kesempatan lewat pintu Partai Aceh. Apalagi Mualem telah meminta Irwandi mengurungkan niat mencalonkan diri sebagai gubernur dan memilih ikut keputusan partai.

“Sebaiknya kita satu suara saja, dan mendukung pasangan yang sudah ditetapkan ini,” kata Muzakir, kendati ia tak mempersoalkan jika Irwandi tetap memilih maju. “Itu terserah Bang Irwandi, tapi saya harap dia mundur dan satukan suara dengan Partai Aceh.”

Masuknya nama Muzakir sebagai calon wakil gubernur menunjukkan petinggi GAM tidak percaya diri bisa mendulang suara jika hanya mengandalkan nama Zaini Abdullah. Nama Zaini berada di bawah bayang-bayang Malik Mahmud. Partai Aceh tampaknya belajar banyak dari kegagalan pasangan Humam-Hamid dalam Pilkada 2006 setelah dikalahkan oleh Irwandi-Nazar.

Rupanya keputusan rapat yang dipimpin Malik Mahmud itu pun tak bulat. Menduetkan Zaini-Muzakir mendapat penolakan dari internal KPA/PA. Teungku Ir Liggadinsyah, saat itu juru bicara Partai Aceh, mengatakan kepada wartawan bahwa usulan nama Zaini-Mualem tidak mendapat dukungan dari mayoritas Ketua KPA/PA Wilayah.

“Sebanyak 20 dari 23 wilayah menolak untuk menyetujui usulan pimpinan karena yang dicalonkan kami nilai tidak layak dan bernuansa nepotisme,” ujar Linggadinsyah. Menurutnya, rapat dengan agenda tunggal menentukan Cagub dan Cawagub Aceh berakhir deadlock. Ia mengklaim, 20 dari 23 total Ketua KPA/PA menolak keputusan pimpinan, di antaranya Muharram (Ketua KPA Aceh Besar), Mukhlis Basyah (Ketua PA Aceh Besar), Izil Azhar (Ketua KPA/PA Sabang), Saiful Cagee (Ketua KPA Bireuen), Darwis Jeunieb (Ketua PA Bireuen), Abu Sanusi (Ketua KPA/PA Aceh Timur dan Langsa), Bakhtiar Syarbini (Ketua KPA/PA Aceh Jaya), dan banyak lagi.

Mualem murka. Urusan internal yang seharusnya tak bocor ke publik malah berseliweran di media online dan jejaring sosial. Muzakir mempertanyakan kapasitas Linggadinsyah, “Siapa Linggadinsyah, mempertanyakan keputusan pimpinan partai? Dia itu juru bicara haram.”

Perpecahan di tubuh Partai Aceh, yang dibangun para mantan kombatan, memang tak terelakkan. Beberapa petinggi ngotot mendukung Irwandi Yusuf. Buntutnya, beberapa tokoh GAM yang disinyalir mendukung Irwandi dicopot dari jabatan di KPA.

Muharram Idris, misalnya, dicopot sebagai Ketua KPA Aceh Rayeuk dan digantikan oleh Effendi Kobra. Linggadinsyah, yang terang-terangan menolak keputusan pimpinan GAM, diberhentikan dari jabatannya. Nasib serupa menimpa Saiful Husein alias Cagee yang, saat penetapan calon gubernur dari PA, mengembalikan stempel KPA dan mundur sebagai Ketua KPA Wilayah Batee Iliek. Posisinya kemudian diisi oleh Darwis Jeunieb, mantan Panglima GAM Wilayah Batee Iliek.

Kelak, Saiful Cagee meninggal setelah mendapatkan tiga kali tembakan di kepala dan kaki sampai otaknya berhamburan. Kejadian tragis itu tepat di depan warung kopi miliknya, Gurkha, di Matangglumpang Dua, pada tengah malam 22 Juli 2011. Motifnya masih sumir. Banyak yang mengaitkan kejadian itu dengan naiknya tensi Pilkada 2006. Irwandi merasa sangat terpukul atas kejadian yang menimpa salah seorang pendukung setianya itu.

Media mencatat, Pilkada 2012 adalah pesta politik paling berdarah di Aceh. Sedikitnya, 14 orang tewas termasuk para pekerja dari pulau Jawa. Pelaksanaan Pilkada sempat ditunda berkali-kali hingga molor pada 9 April 2012–dari jadwal semula Desember 2011. Kandidat pasangan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf memenangkan pertarungan setelah meraup lebih dari 50 persen suara, unggul atas Irwandi Yusuf yang mendapatkan sekitar 30 persen suara.

Kembalinya 'Para Penyusup'
Sosok pria bertubuh tegap berkulit hitam menyandarkan tubuhnya ke dinding. Penampilannya terlihat lebih muda dengan kemeja biru tua lengan panjang yang dilipat sebatas siku dan sepatu kulit cokelat dipadu jins pudar. Di sudut ruangan berpendingin udara itu ia berdiri mematung. Matanya sesekali menatap lurus tempat Irwandi Yusuf, Nova Iriansyah, dan beberapa pengurus partai pengusung mengelar konferensi pers. Ia terlihat asik membaca dan membalas pesan ponsel yang dipegangnya, kadang berbicara setengah berbisik dengan Teuku Hadi, mantan perwakilan GAM di Jerman, yang berdiri di samping kanannya.

Kehadiran pria yang disapa Ayah Merin itu tak begitu menyita perhatian. Awak media lebih fokus meliput konferensi pers ketimbang sosok bernama lengkap Izil Azhar itu. Sejak setahun silam, Ayah Merin santer diberitakan sudah berpaling dari Irwandi Yusuf. Disebut-sebut, ia kembali merapat ke kubu Muzakir Manaf.

Isu ini kian mengembung setelah Mantan Panglima GAM Wilayah Sabang itu absen dalam sejumlah acara penting Partai Nasional Aceh, termasuk saat rapat pimpinan partai pada Oktober 2015. Bersama Sofyan Dawood, Ayah Merin adalah pendiri sekaligus pengurus teras partai.

Kepada awak media yang meliput acara tersebut, Irwandi mengatakan alasan absennya mereka. “Sofyan Dawood dan Ayah Merin … lagi menjalankan tugas penting partai,” katanya.

Sebagai ahli propaganda, Irwandi memang lihai bermain siasat. Di masa konflik, namanya nyaris tak terekam di media. Ia mampu berperan ganda: seorang dosen dan pemasok informasi tentang GAM bagi kalangan wartawan. Pernyataan yang dibuat GAM di media, terutama untuk media asing, sebagian hasil olahannya. Ia menulis dan menerjemahkan pernyataan atas nama Muzakir Manaf dan Sofyan Dawood. Tidak mengherankan jika namanya tak sekali pun muncul di media kala itu. Baru setelah penangkapannya di Jakarta saat darurat militer (2003-2004) di era Presiden Megawati, publik dan awak media mengetahui bila Irwandi adalah propagandis GAM.

Irwandi berulang kali mengatakan bahwa partai yang dibentuknya, PNA, tidak pecah. Awalnya ia menolak menjelaskan secara detail apa tugas partai yang dibebankan kepada Sofyan Dawood dan Ayah Merin. “Sebenarnya saya malas membuka hal yang sebenarnya, karena mengurangi efek yang akan kita raih. Tapi supaya tidak negatif, saya akan buka hari ini,” katanya ditulis sebuah harian lokal di Aceh.

Selain Sofyan dan Ayah Merin, kata Irwandi, ada lima orang lagi yang mendapat tugas khusus dari PNA. Mereka diperintahkan untuk mendekati partai dan calon yang berpotensi maju dalam Pilkada. Pada awal Oktober 2015, Ayah Merin dan Sofyan terlihat makan malam bersama di rumah makan Tomyan, di kawasan Peuniti, Banda Aceh. Foto mereka saat itu bertebaran di sosial media, dengan beragam spekulasi. Apakah mereka sedang menjalankan tugas partai atau sudah merapat ke kubu Mualem—sapaan akrab Muzakir Manaf?

“Mana ada. Itu tidak benar, tidak ada itu penugasan partai. Saya tidak pernah ditugaskan oleh partai, justru saya yang menugaskan partai,” kata Sofyan.

Sejak itu, Sofyan Dawood seperti menjauh dari Irwandi. Mantan Panglima GAM Wilayah Pasee itu lebih sering terlihat bersama Tarmizi A. Karim, calon Gubernur Aceh yang diusung Partai Golkar, Nasdem, dan PAN dalam Pilkada 2017. Terakhir, mantan juru bicara militer GAM itu dipercaya sebagai ketua tim pemenangan pasangan Tarmizi A. Karim-T. Machsalmina Ali. Ini mengejutkan. Selama dua kali Pilkada Aceh sebelumnya, sosok yang disapa Aduen itu selalu berada di balik kubu Irwandi Yusuf.

Seusai konferensi pers, saya bertanya kepada Irwandi soal apa yang saya duga sebagai operasi penyusupan ke kubu lawan. Irwandi lalu tertawa. “Mereka itu infiltrator,” jawabnya. “Sudah lihat, kan? Mereka satu per satu kembali kepada saya.”

Irwandi tidak menjawab ketika ditanyakan siapa lima orang lagi yang disebutkannya “menjalankan tugas khusus partai.” Ia berlalu ke dalam mobil berpelat BL 666 JM.

Detik-detik terakhir menjelang hari pencoblosan, Sofyan Dawood menggelar konferensi di Aceh Timur, jauh dari Banda Aceh. Kepada awak media, Sofyan mengatakan tidak lagi berada di tim Tarmizi Karim.

“Sebagai ketua tim, saya tak pernah diajak diskusi dan koordinasi,” katanya, yang mengaku belum menetapkan pilihan akan berlabuh ke mana. Hanya saja, ketika menggelar konferensi pers itu, ia ditemani oleh Islamuddin, mantan Wakil Walikota Sabang, yang juga anggota tim pemenangan Irwandi Yusuf.
Siasat Tingkat Tinggi
Suara yang masuk ke Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU untuk Pemilihan Gubernur Aceh 2017 hingga Kamis (23/2) pukul 12.30 mencapai 2.511.709 suara atau 99,30 persen. Pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah memperoleh 889.927 suara atau 37,16 persen, unggul dari pesaing terdekatnya Muzakir Manaf-TA Khalid yang mengumpulkan 761.354 suara atau 31,79 persen.

Pasangan Irwandi-Nova menang di 14 kabupaten/kota, beberapa di antaranya memiliki jumlah pemilih cukup besar seperti Bireuen, Aceh Besar, Banda Aceh, dan Aceh Tamiang.

Sebaliknya Muzakir-Khalid unggul di 8 kabupaten/kota. Di Aceh Utara, kabupaten dengan jumlah pemilih paling besar di Aceh, pasangan yang diusung Partai Aceh ini meraup 45,9 persen. Mereka juga menang di Aceh Timur, Pidie, Kota Lhokseumawe, Aceh Barat, Pidie Jaya, Aceh Jaya, dan Aceh Selatan.

Irwandi hanya memperoleh 14 persen di Aceh Utara, masih kalah dari calon nomor urut 1, Tarmizi A. Karim—mantan penjabat gubernur Kalimantan Timur, Aceh dan Kalimantan Selatan—yang meraih 33 persen suara. Seperti Muzakir, Tarmizi juga putra Aceh Utara, dan pernah menduduki kursi Bupati Aceh Utara saat Aceh masih dibalut konflik.

Perolehan suara Tarmizi yang cukup besar ini seperti mengonfirmasi “tugas khusus partai” yang dibebankan Irwandi Yusuf kepada Sofyan Dawood. Majunya Tarmizi dalam kontestasi Pilkada Aceh 2017 secara matematis menguntungkan Irwandi, yang sadar tak akan mampu meraup banyak suara di basis Partai Aceh itu. Kehadiran Tarmizi setidaknya bisa memecah suara elektorat. Sebagai mantan Bupati Aceh Utara, Tarmizi tentu masih punya kans mendulang suara di Kabupaten petro dolar itu, sesuatu yang tak akan mampu dilakukan oleh Irwandi.

Dengan menyusupkan Sofyan ke kubu Tarmizi, Irwandi berharap bisa menggerus suara Mualem. Strategi ini menjadi kunci dalam memenangkan pertarungan.

“Banyak yang menyesal memilih Tarmizi,” kata seorang anggota tim pemenangan Partai Aceh. “Mereka memilih Tarmizi karena dianggap akan menang.”

Hal serupa dilakukan Irwandi di Pidie, kabupaten yang memiliki jumlah pemilih nomor tiga terbesar di Aceh. Caranya, membantu kebutuhan KTP Zakaria Saman atau akrab disapa Apa Karya agar lolos persyaratan yang ditetapkan KIP untuk bisa menjadi kandidat. Hal ini terbukti. Apa Karya, kandidat nomor urut 2, mampu mendulang perolehan suara secara signifikan, nomor tiga tertinggi di Pidie, meski raihan suara untuknya di tingkat provinsi nomor dua dari bawah. Keberadaan kandidat Zaini Abdullah (meraup suara tak lebih dari 7 persen), yang juga putra Pidie, semakin mempermulus strategi itu.

Menanti Jawara
Menilik jumlah suara di Situng KPU, sebenarnya sang pemenang Pilkada Aceh 2017 sudah bisa dipastikan milik pasangan Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Meski begitu, sang jawara secara resmi baru diketahui setelah Komisi Independen Pemilihan (KIP) menggelar sidang pleno rekapitulasi dan pengumuman perolehan suara tingkat provinsi.

Hendra Fauzi, Komisioner KIP Aceh, menuturkan KIP Aceh baru menggelar sidang pleno setelah semua hasil rekap dari kabupaten/kota diterima pihaknya. Rekap hasil perhitungan di kecamatan harus sudah disampaikan ke KIP kabupaten/kota pada 16-22 Februari. Dan rekap dan pengumuman hasil perhitungan di tingkat kabupaten/kota harus siap pada 22-24 Februari.

“Kita di KIP masih menunggu hasil pleno di tingkat Kabupaten/kota,” katanya, akhir pekan kemarin. Menurutnya, rekap dan pengumuman tingkat provinsi untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur akan dilangsungkan KIP pada pada 25-27 Februari 2017.

Namun, siapa pun yang nanti diumumkan sebagai pemenang Pilkada Aceh, hemat saya, hendaknya berkaca pada kebesaran hati Zakaria Saman alias Apa Karya, calon gubernur yang paling santai menerima hasil Pilkada. Selama Pilkada, Apa Karya adalah bintang. Ia menebar keceriaan sepanjang Pilkada, dengan mengusung politik kegembiraan. Perolehan suaranya yang tak lebih dari 6 persen tidak bikin ia sedikit pun terlihat kecewa maupun sedih. Apa Karya menjadi antitesis dari persaingan politik elite mantan pejuang GAM.

Dalam acara kopi pagi dengan para wartawan di Sekber, tempat berkumpulnya jurnalis di Banda Aceh, 18 Februari lalu atau tiga hari setelah gelaran Pilkada serentak, mantan Tuha Puet Partai Aceh itu meminta semua calon untuk menerima apa pun hasil Pilkada.

“Bek rioh-rioh,” katanya dalam bahasa Aceh.

Ia meminta siapa pun tak boleh mencederai perdamaian hanya karena gagal meraih ambisi politik. Sepatutnya, kandidat yang menang segera merangkul pihak yang kalah. Bersama-masa membangun Aceh tercinta, alangkah bijaknya.

Sebagaimana kolega saya menulis di Tirto, dua hari lalu, pekerjaan rumah para pemimpin politik di Aceh mesti menjawab sejumlah problem mendasar rakyat: ia harus menurunkan ranking kemiskinan; ia harus memperbaiki peringkat pendidikan; ia juga harus menjalankan program-program pemberantasan korupsi; dan membuat strategi-strategi terperinci untuk melawan gizi buruk atau wabah penyakit. Juga yang tak kalah penting: menyelesaikan kejahatan kemanusiaan masa lalu di Aceh.(Sumber: tirto.id)

Foto yang dirilis Polisi Kerajaan Malaysia menunjukkan Warga Negara Vietnam, Doan Thi Huong pada 19 Februari 2017. Doan Thi Huong ditangkap karena diduga terlibat dalam pembunuhan Kim Jong Nam. (Handout / Royal Malaysian Police / AFP)
Kuala Lumpur - Fakta baru terkuak dari salah satu terduga pembunuh Kim Jong-nam. Doan Thi Huong, perempuan Vietnam yang tertangkap kamera mengenakan kaus 'LOL' dan membekap korban dari belakang, ternyata pernah ikut audisi jadi penyanyi.

Di laman Facebooknya, Doan memosting foto ia sedang ikut audisi sebuah kompetisi menyanyi Vietnam Idol -- meski gagal. Gambar-gambarnya tengah berpesta juga dipajang di media sosialnya.

Empat hari sebelum Kim Jong-nam tewas mendadak di bandara Malaysia, Doan juga memosting foto dirinya mengenakan kaos bertuliskan 'LOL' -- mirip dengan yang digunakannya saat terekam dalam kamera CCTV.

Menurut keterangan dari polisi Malaysia yang menangkapnya atas pembunuhan Kim Jong-nam, Doan Thi Huong bekerja di sebuah outlet hiburan. Tetapi mereka tidak memberikan rincian di mana dia telah bekerja atau apa status imigrasinya.

Dari informasi pihak berwenang tersebut juga didapati bahwa keluarga Doan yang berprofesi sebagai petani padi di Vietnam utara, tak tahu menahu ke mana saja putri mereka pergi sejak merantau satu dekade lalu. Kala itu ia masih 18 tahun.

Status terakhir yang dipostingnya di laman Facebook "Ruby Ruby", yang dikonfirmasi oleh anggota keluarganya sebagai akun Doan, tertulis tanggal 11 Februari 2017. Lokasinya dari Kampong Besut, Malaysia.

"Aku ingin tidur, di sisimu," posting akun tersebut disertai sebuah foto dengan mata tertutup dan berselimut di atas tempat tidur.

Dari 65 teman "Ruby Ruby", 27 di antaranya memiliki nama Korea. Lima puluh enam dari temannya adalah laki-laki.

Sebuah status pada akun Facebook tersebut diposting dalam bahasa Korea pada 23 Maret tahun 2016 lalu. Mengatakan "Aku mencintaimu, aku merindukanmu".

Sebagian besar foto-foto di akun tersebut adalah saat Doan berada di kamar hotel.

Toko kosmetik, gerai pakaian, dan restoran cepat saji adalah yang disukai Doan di Facebook. Ia mengaku lulusan Harvard, meskipun keluarga tidak percaya itu benar.

Pada tanggal 3 Januari, Doan memosting gambar boarding pass dari Hanoi ke Kuala Lumpur.

Doan juga muncul dalam video lain yang diposting April 2016 lalu, di mana ia berciuman dengan seseorang di jalan.

Wanita dalam video itu cocok dengan salah satu foto terbaru yang dikeluarkan polisi Malaysia.

Dalam akun Facebook lain "Bella Tron Tron Bella" -- Chubby Bella --  yang juga dikonfirmasi keluarganya, terlihat foto-foto Doan dalam audisi kompetisi menyanyi Vietnam Idol.

Dalam video yang diposting di Facebook, wanita yang mirip dengan Doan itu tengah bernyanyi di acara itu pada 3 Juni 2016, sebagai kontestan nomor 67816.

Melalui alat pengenal wajah pihak berwenang, gambar yang dianalisis itu cocok dengan potret Doan dalam tahanan yang dirilis oleh polisi Malaysia dari.

Pada video tersebut, kontestan menyebut Nam Dinh sebagai rumahnya -- sama seperti rincian paspor Doan. Namun  tapi namanya disebut sebagai Dinh Thi Khuyen.

Dia tak lolos pada babak pertama Vietnam Idol.

Seorang anggota tim Vietnam Idol menolak untuk mengomentari penampilan tersebut, dan juru bicara dari acara tersebut belum merespons.

"Dapatkah saya menyanyikan lagu untuk Anda malam ini,?" tulis Doan dalam posting Facebook pada 24 Maret tahun 2016 lalu.

"Balas secepatnya dan memasukkan nomor telepon Anda di komentar. Saya akan menghubungi dan bernyanyi untuk Anda," kata terduga eksekutor Kim Jong-nam itu.

Anak Petani Korban Perang Vietnam

Dari penelusuran polisi Malaysia, diketahui bahwa Doan yang kini berusia 28 tahun merupakan anak petani dari Red River Delta di tenggara Hanoi. Menurut keterangan keluarganya, ia hanya mengunjungi mereka sesekali.

Ayahnya yang ikut berjuang dalam Perang Vietnam, kehilangan bagian kakinya dalam pertempuran itu.

Akibat pemberitaan sang putri yang diduga kuat menjadi pembunuh Kim Jong-nam, pemerintah Vietnam kini kerap berkomunikasi dengan keluarga Doan.

"Mereka hanya mengatakan mendukung Doan karena ia warga Vietnam, tetapi tidak memberitahu saya jika dia tersangka," kata ayah Doan, Doan Van Thanh kepada Reuters.

"Meskipun aku ayahnya, aku tidak bisa mengendalikan hal-hal yang terjadi ketika dia di luar sana. Saya tidak tahu," kata pria 63 tahun yang bekerja sebagai satpam di pasar lokal.

Anggota keluarga mengatakan mereka tahu Doan berada di luar negeri dari media. Awalnya mereka pikir, dia bekerja di Hanoi.

Sejauh ini, para pejabat Vietnam hanya menegaskan kepada media bahwa penyelidikan terus dilakukan bersama dengan pihak Malaysia.

Polisi Malaysia mengatakan Doan dan seorang wanita Indonesia menyemprotkan cairan, mengandung zat beracun yang belum teridentifikasi ke wajah Kim Jong Nam di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017.

Kim Jong-nam  meninggal segera setelah itu.

Seorang pejabat polisi Korea Selatan mengatakan Doan mengunjungi Korea untuk tujuan liburan ke Pulau Jeju pada November 2016 selama empat hari. Mereka melihat ke menyelidiki kegiatan yang dilakukan di sana, tapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.

Hingga saat ini Doan masih menjalani penahanan dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam.(liputan6.com)

Foto: Serambinews.com
Tamiang - Pleno terbuka KIP Aceh Tamiang  tentang rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara  dan hasil pemilihan Bupati/Wakil Bupati Aceh Tamiang  akhirnya menetapkan  calon Bupati/ Wakil Bupati Tamiang, Mursil SH dan T Insyafuddin ST meraih 39.607 suara, terbanyak dari empat pasangan calon kandidat Bupati/Wakil Bupati lainnya. Rabu (22/2) tengah malam 23.53Wib.

Pleno terbuka KIP Aceh Tamiang yang berlangsung, Rabu (22/3) tengah malam itu dipimpin Ketua  KIP Tamiang Muhammad Alhamda didampingi anggota Izuddin, Kemalawati, Adi Sartikan dan Ishak  melakukan rekap suara perkecamatan secara bergiliran, juga dihadiri saksi dari empat kandidat.

Dari  jumlah pemilih tetap Aceh Tamiang   sebanyak 187.819 suara, jumlah pemilih  yang menggunakan hak pilih sebanyak  126.710 suara, sedangkan jumlah suara sah sebanyak, 121.563 suara danb suara tidak sah 5.147 suara.

Dari jumlah suara sah tersebut, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati  Aceh Tamiang nomor urut satu Ir Rusman dan Muhammad Ichsan memperoleh sebanyak 29.683 suara,  nomor urut dua H Hamdan Sati ST dan Izwardi SIP sebanyak 33.137 suara. Nomor urut tiga  H Mursil SH MKn dan H T Insyafuddin ST sebanyak 39.607, nomor urut empat Drs Iskandar Zulkarnain  MAP dan Drs Ahmad Asadi sebanyak 6.051 suara  dan pasangan nomor urut lima Lukmanul Hakim dan Abdul Manaf  sebanyak 13.085 suara.

 Calon Gubenur

Sedangkan rekapitulasi untuk calon Gubenur/ Wakil Gubenur Aceh yang menggunkan hak pilih sebanyak 126.722 orang dan suara sah sebanyak 121.037 suara dan suara tidak sah sebanyak 5.685 suara  

Dari jumlah suara sah tersebut, pasangan  calon Gubenur/Wakil Gubenur Aceh meraih  nomor urut satu  Ir H Tarmizi Karim dan Machsalmina Ali  memperoleh 17.799 suara, nomor urut dua  Zakaria saman dan T Alaidinsyah memperoleh 6.237 suara, nomor urut tiga, H Abdullah Puteh/ Sayed Mustafa Usab  Al Idrus memperoleh 5.750 suara,  nomor urut empat Zaini Abdullah  dan Nasaruddin memperoleh 8.125 suara. Selanjutnya nomor urut lima Muzakir Manaf dan TA Khalid  memperoleh 30.040 suara dan  paslon nomor urut enam, Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah  memperoleh 53.086 suara.

Berita acara penetapan tersebut untuk Bupati/Wakil Bupati ditandatangani saksi  dari masing-masing Paslon,  nomor urut satu Syahrel El Nasir (Sekretaris PA Tamiang), nomor urut tiga, Ismail (Ketua PPP Tamiang), nomor urut lima  Reza Akbar, sedangkan saksi nomor urut dua mengirimakn saksi Eki Junianto namun tidak menandatangani berita acara sedangkan nomor urut empat tidak mengirimkan saksi.

Sedangkan tandatangan saksi untuk calon Gubenur/Wakil Gubenur, nomor urut satu Ady Supriadi, nomor urut dua Darwis, nomor urut tiga Munawar, nomor urut empat  Rusman,  nomor urut lima Syahrel El Nasir,  nomor urut enam Idham.(Serambinews.com)

Calon gubernur Aceh, Irwandi Yusuf dan Muzakir Manaf (Mualem) berjabat tangan dalam sebuah pertemuan di sebuah rumah kawasan Gampong Pineung, Banda Aceh, Rabu (22/2). Mereka memutuskan sepakat untuk bersatu lagi. SERAMBI/BUDI FATRIA
Banda Aceh - Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada menilai pertemuan antara dua calon Gubernur Irwandi dan Muzakir Manaf (Mualem) dapat meredam tendensi politik di daerah itu setelah pemungutan suara Pilkada 15 Februari 2017.

"Kita tidak tau apa yang dibicarakan ke dua tokoh Aceh itu, yang jelan pertemuan itu bisa menenangkan situasi politik di Aceh," katanya di Langsa, Rabu, menanggapi pertemuan antara Irwandi dengan Mualem di Banda Aceh.

Pertemuan antara kedua calon gubernur itu sudah beredar luas di media sosial.

Menurut Aryos, ada dua kemungkinan yang dibicarakan pada dua pertemuan itu, pertama, bisa saja keduanya membahas terkait kontestasi Pilkada Aceh, dimana, Muzakir Manaf secara legowo mendukung Irwandi Yusuf atas perolehan suara sementara yang diketahui lebih unggul.

Bila skema ini terjadi, maka tentu ada pembicaraan ikhwal meredam tendensi politik Aceh, termasuk ke daerah kabupatan/kota yang sedang menggelar rekapitulasi suara pasangan calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota, ujar dia.

"Ini bisa saja Mualem mendukung kepemerintahan Irwandi yang tentunya peran Mualem tetap ada dalam membangun Aceh ke depan. Kemudian, jika ada pembicaraan lanjutan yang muaranya agar kedua kubu pendukung tidak saling bentrok hingga anarkis di lapangan," urainya.

Kedua, lanjut dia, pertemuan tersebut hanya silaturahmi biasa yang dibarengi makan siang bersama tanpa adanya suatu pembicaraan politik apapun.  Jika demikian, maka tidak akan berpengaruh apapun terhadap tensi politik Aceh yang kian memanas.

"Jika hanya sebatas makan siang bersama atau ngobrol sambil ngopi, maka peertemuan itu tidak ada efek apapun ke arus bawah," sebut Aryos.

Sementara, pengamat sosial kemasyarakatan asal Kota Langsa, Drs Amir Hamzah, MPd menuturkan, kedua belah kubu pendukung Mualem-TA Khalid dan Irwandi-Nova Iriansyah hendaknya bisa menahan diri dengan tidak melakukan hal yang merugikan banyak pihak terutama pasangan calon yang didukung.

Dikatakannya, bila Mualem dan Irwandi sudah duduk bersama membahas Aceh yang lebih baik, maka semua kekuatan pendukung di daerah harus bisa bersinergi untuk membangun Aceh yang lebih baik pula.

"Kita ketahui bahwa kedua tokoh politik ini sudah duduk bersama. Ini sinyal kebersamaan dalam membangun Aceh ke depan. Nah, para pendukung keduanya harus bisa menahan diri dan mendukung terselenggaranya pilkada damai dan demokratis," ujar Amir Hamzah.

Pada penghitungan sementara pasangan Irwandi-Nova unggul dibandingkan lima pasangan lainnya, termasuk pasangan Mualem TA Khalid yang berada di urutan kedua.(Sumber: Antara)
loading...

Contact Form

Name

Email *

Message *

StatusAceh.Net. Theme images by i-bob. Powered by Blogger.