![]() |
Ilustrasi satelit militer. (Thinkstock/AntonMatveev) |
Jakarta - Indonesia akan meluncurkan satelit komunikasi militer buatan konsorsium Eropa Airbus Defence and Space pada 2019. Airbus ditunjuk Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menggarap satelit militer itu setelah memenangi tender yang juga diikuti oleh Orbital Sciences Corporation asal Amerika Serikat, Loral Space & Communications asal AS, serta satu perusahaan satelit asal Rusia.
Satelit militer, kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, berbeda dengan satelit-satelit lain yang sebelumnya diluncurkan Indonesia. Satelit ini bersifat rahasia, dan nantinya semua komunikasi Tentara Nasional Indonesia akan menggunakan satelit tersebut.
“(Satelit) enggak boleh campur-campur. Itu kan rahasia. Kalau satelit umum bisa digunakan untuk umum, perusahaan, dan macam-macam. Tapi di mana-mana, satelit militer itu harus rahasia,” kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (1/7).
Kerja sama Indonesia dengan Airbus Defence and Space, menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu, telah dijalin setahun terakhir.
Dalam memuluskan rencana pembelian satelit militer, Kemhan RI mengajukan anggaran dalam program pengadaan senilai US$849,3 juta. Anggaran itu telah disetujui oleh Komisi Pertahanan DPR, dengan pembiayaan berskema tahun jamak selama lima tahun.
Satelit tersebut seharga lebih dari US$500 juta, masih ditambah dengan biaya peluncuran dan asuransi yang berjumlah sekitar US$300 juta. Total anggaran yang dibutuhkan untuk satelit militer ini diperkirakan bisa mencapai US$1 miliar atau Rp13 triliun.
Satelit militer RI akan beroperasi pada frekuensi rendah L-Band, sedangkan spesifikasi dan karakteristiknya bakal disesuaikan dengan kebutuhan operator Indonesia.
Jika telah diluncurkan pada 2019, satelit militer itu akan ditempatkan pada koordinat 123 Bujur Timur, sesuai jatah lokasi satelit bagi Indonesia oleh Uni Telekomunikasi Internasional, organisasi internasional yang membakukan dan mengatur radio internasional dan telekomunikasi.
Sebelumnya, koordinat itu ditempati satelit komunikasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin AS. Namun satelit Garuda-1 kini telah digeser dengan alasan ada sistemnya yang tidak beres.
Satelit militer umumnya digunakan untuk pengumpulan data intelijen, pengintaian, navigasi, dan komunikasi militer. (CNN)
Satelit militer, kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, berbeda dengan satelit-satelit lain yang sebelumnya diluncurkan Indonesia. Satelit ini bersifat rahasia, dan nantinya semua komunikasi Tentara Nasional Indonesia akan menggunakan satelit tersebut.
“(Satelit) enggak boleh campur-campur. Itu kan rahasia. Kalau satelit umum bisa digunakan untuk umum, perusahaan, dan macam-macam. Tapi di mana-mana, satelit militer itu harus rahasia,” kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (1/7).
Kerja sama Indonesia dengan Airbus Defence and Space, menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu, telah dijalin setahun terakhir.
Dalam memuluskan rencana pembelian satelit militer, Kemhan RI mengajukan anggaran dalam program pengadaan senilai US$849,3 juta. Anggaran itu telah disetujui oleh Komisi Pertahanan DPR, dengan pembiayaan berskema tahun jamak selama lima tahun.
Satelit tersebut seharga lebih dari US$500 juta, masih ditambah dengan biaya peluncuran dan asuransi yang berjumlah sekitar US$300 juta. Total anggaran yang dibutuhkan untuk satelit militer ini diperkirakan bisa mencapai US$1 miliar atau Rp13 triliun.
Satelit militer RI akan beroperasi pada frekuensi rendah L-Band, sedangkan spesifikasi dan karakteristiknya bakal disesuaikan dengan kebutuhan operator Indonesia.
Jika telah diluncurkan pada 2019, satelit militer itu akan ditempatkan pada koordinat 123 Bujur Timur, sesuai jatah lokasi satelit bagi Indonesia oleh Uni Telekomunikasi Internasional, organisasi internasional yang membakukan dan mengatur radio internasional dan telekomunikasi.
Sebelumnya, koordinat itu ditempati satelit komunikasi Garuda-1 milik Asia Cellular Satellite buatan Lockheed Martin AS. Namun satelit Garuda-1 kini telah digeser dengan alasan ada sistemnya yang tidak beres.
Satelit militer umumnya digunakan untuk pengumpulan data intelijen, pengintaian, navigasi, dan komunikasi militer. (CNN)
loading...
Post a Comment