![]() |
Bardan Sahidi |
Banda Aceh - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA ) Bardan Sahidi meminta Gubernur Aceh, Zaini Abdullah memberi jaminan keamanan atas asset Pemerintah Aceh yang ada di Ponco Jogjakarta.
Lahan dan bangunan yang saat ini ditempati Mahasiswa Aceh di Jogjakarta masih dalam proses hukum dan kerap mendapat perlakuan diskriminasi berupa aksi premanisme dan klaim kepemilikan bahlan pengusiran penghuni asrama.
"Dikhawatirkan saat ditinggal mudik mahasiswa, asrama ini akan dikuasai oleh pihak lain," ujar Bardan Sahidi, Jumat (1/7/2016).
Untuk itu, anggota DPRA asal daerah pemilihan Aceh Tengah dan Bener Meriah itu meminta Pemerintah Aceh segera mengambil langkah strategis untuk memberikan jaminan keamanan dan penguatan status kepemilikan tanah dan bangunan asrama Mahasiswa Aceh di Ponco, Jogjakarta.
"Demikian juga dengan pemeliharaannya, saat peninjauan kami pertengahan juni lalu dalam kondisi yang memprihatinkan," tambah Bardan.
Terkait dengan kondisi asrama, Bardan juga meminta Pemerintah Aceh memberi perhatian serius dengan menganggarkan dana pemeliharaan pada Dinas Keuangan dan Aset Aceh sumber dana APBA 2016.
"Janji pemeliharaan dari dinas keuangan dan aset melalui APBA 2016 juga tak kunjung turun. Sekali lagi melalui pendapat akhir Fraksi Gerinda - PKS DPR Aceh, kami meminta perhatian gubernur Aceh untuk penyelamatan aset Pemerintah Aceh ini," ujar Bardan Sahidi, juru bicara Fraksi Gerindra - PKS saat sidang Paripurna DPRA masa persidangan II, Jumat (1/72016).
Warga Aceh yang melihat langsung asrama mahasiswa Aceh di Jogjakarta, Anhar Sawang, Jumat (1/7/2016) mengatakan, banyak bagian-bagian asrama yang sudah rusak diantaranya atap kamar bocor, pipa pembuangan tersumbat, kamar tidak ada pintu, pagar mulai roboh, dan genteng serambi depan bocor.
"Saya mengharapkan Pemerintah Aceh agar menemui Sultan Jogja untuk membicarakan sengketa kepemilikan asrama mahasiswa Aceh tersebut dan berbicara dari hati ke hati. Bila ini tidak dilakukan, dikwatirkan, akan terjadi pertumpahan darah antara warga pribumi yang diadu domba oleh warga turunan," ujar Anhar Sawang.(*)
Lahan dan bangunan yang saat ini ditempati Mahasiswa Aceh di Jogjakarta masih dalam proses hukum dan kerap mendapat perlakuan diskriminasi berupa aksi premanisme dan klaim kepemilikan bahlan pengusiran penghuni asrama.
"Dikhawatirkan saat ditinggal mudik mahasiswa, asrama ini akan dikuasai oleh pihak lain," ujar Bardan Sahidi, Jumat (1/7/2016).
Untuk itu, anggota DPRA asal daerah pemilihan Aceh Tengah dan Bener Meriah itu meminta Pemerintah Aceh segera mengambil langkah strategis untuk memberikan jaminan keamanan dan penguatan status kepemilikan tanah dan bangunan asrama Mahasiswa Aceh di Ponco, Jogjakarta.
"Demikian juga dengan pemeliharaannya, saat peninjauan kami pertengahan juni lalu dalam kondisi yang memprihatinkan," tambah Bardan.
Terkait dengan kondisi asrama, Bardan juga meminta Pemerintah Aceh memberi perhatian serius dengan menganggarkan dana pemeliharaan pada Dinas Keuangan dan Aset Aceh sumber dana APBA 2016.
"Janji pemeliharaan dari dinas keuangan dan aset melalui APBA 2016 juga tak kunjung turun. Sekali lagi melalui pendapat akhir Fraksi Gerinda - PKS DPR Aceh, kami meminta perhatian gubernur Aceh untuk penyelamatan aset Pemerintah Aceh ini," ujar Bardan Sahidi, juru bicara Fraksi Gerindra - PKS saat sidang Paripurna DPRA masa persidangan II, Jumat (1/72016).
Warga Aceh yang melihat langsung asrama mahasiswa Aceh di Jogjakarta, Anhar Sawang, Jumat (1/7/2016) mengatakan, banyak bagian-bagian asrama yang sudah rusak diantaranya atap kamar bocor, pipa pembuangan tersumbat, kamar tidak ada pintu, pagar mulai roboh, dan genteng serambi depan bocor.
"Saya mengharapkan Pemerintah Aceh agar menemui Sultan Jogja untuk membicarakan sengketa kepemilikan asrama mahasiswa Aceh tersebut dan berbicara dari hati ke hati. Bila ini tidak dilakukan, dikwatirkan, akan terjadi pertumpahan darah antara warga pribumi yang diadu domba oleh warga turunan," ujar Anhar Sawang.(*)
Sumber: Serambinews.com
loading...
Post a Comment