foto: waspada online |
Lhoksukon - Virus ngorok atau Chronic Respiratory Disease (CRD) semakin membuat peternak ayam broiler atau pedaging resah. Virus ini telah menewaskan sedikitnya 200 lebih ayam di Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara.
“Virus semacam ini telah menyerang sejak akhir bulan Mei, hingga pagi tadi ayam saya terus mati. Dari 150 ekor ayam kini sisanya menjadi 70 ekor sejak diserang CRD atau ngorok. Mau tak mau, maka sisanya juga harus kita perhatikan untuk pemberian umpan dan penyembuhan agar bertahan hidup,” ujar Edi (35), peternak broiler di Desa Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, dilansir Waspada Online, Senin (13/6/2016).
Keresahan yang serupa juga diakui Khairul (27) di desa yang sama. Ia mengaku memasok bibit broiler sebanyak 300 ekor pada pertengahan bulan Mei lalu, namun sejak diserang virus ganas itu sisa ayam menjadi 90 ekor. Hal ini membuatnya rugi jutaan rupiah, dimana dengan pemberian umpan yang begitu banyak malah ayam-ayamnya mati mendadak.
“Padahal target saya ayam-ayam ini bisa dipanen lima hari menjelang Idul Fitri akan tetapi takdir berkata lain. Untuk sisanya kini hanya 90 ekor lagi, dan terus rutin saya berikan umpan yang maksimal serta penyembuhan agar ayam-ayam saya bertahan hidup,” ujar Khairul dengan resah.
Ditambahkan, ternak ayam broiler kali ini merupakan yang ke empat kalinya. Sebelumnya ia memasok 400 ayam, sementara yang mati hanya 40 ekor saja. Biasanya, lanjut Khairul, masa panen broiler hanya 40 hari, dengan bobot rata-rata 2 kilogram untuk satu ayam saja. Lantas sejak diserang virus CRD, ayam-ayamnya yang sudah berusia 26 hari merosot tajam.
“Usianya sudah 26 hari, tapi bobotnya menurun drastis, hanya 9 ons rata-rata. Ada juga yang paling kecil yaitu hanya setengah kilogram saja. Masa pertumbuhannya juga sangat lambat, untuk pakannya saya berikan 80 kilogram untuk tujuh hari. Sedang untuk obatnya, saya sudah menghabiskan biaya sekitar Rp1,2 juta,” ujarnya lagi.
Dirinya memberikan obat penyembuhan dengan cara memvaksin, menyemprot kandang untuk membunuh lalat dan bau, vaksin, vitamin, obat CRD.
“Tak hanya itu, penyembuhan juga saya berikan dengan gula merah, kencur, kunyit, dan kacang hijau yang dicampur susu. Tapi juga tidak membuahkan hasil. Meski sisanya tinggal sedikit, tetap harus diperhatikan agar ayam-ayam ini terus bertahan hidup,” tukas Khairul
Tak hanya menyerang ayam pedaging, virus CRD ini juga menyerang puluhan ayam kampong di Desa Cot Girek. Ciri-ciri ayam yang diserang CRD ini diantaranya bulu ayam kusut, kedua sayapnya turun, kurus, mata bengkak, kaki lumpuh dan diare.
“Penyakitnya sama, ngorok. Gak pandang bulu, ayam kampung juga diserangnya. Sudah 35 ekor ayam kampung milik saya mati mendadak, saya tentu rugi. Bulan lalu saya juga gagal panen ternak ayam broiler akibat diserang virus yang sama,” ujar Syamsul (31) peternak ayam kampung di Desa Cot Girek.(waspada.co.id)
“Virus semacam ini telah menyerang sejak akhir bulan Mei, hingga pagi tadi ayam saya terus mati. Dari 150 ekor ayam kini sisanya menjadi 70 ekor sejak diserang CRD atau ngorok. Mau tak mau, maka sisanya juga harus kita perhatikan untuk pemberian umpan dan penyembuhan agar bertahan hidup,” ujar Edi (35), peternak broiler di Desa Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, dilansir Waspada Online, Senin (13/6/2016).
Keresahan yang serupa juga diakui Khairul (27) di desa yang sama. Ia mengaku memasok bibit broiler sebanyak 300 ekor pada pertengahan bulan Mei lalu, namun sejak diserang virus ganas itu sisa ayam menjadi 90 ekor. Hal ini membuatnya rugi jutaan rupiah, dimana dengan pemberian umpan yang begitu banyak malah ayam-ayamnya mati mendadak.
“Padahal target saya ayam-ayam ini bisa dipanen lima hari menjelang Idul Fitri akan tetapi takdir berkata lain. Untuk sisanya kini hanya 90 ekor lagi, dan terus rutin saya berikan umpan yang maksimal serta penyembuhan agar ayam-ayam saya bertahan hidup,” ujar Khairul dengan resah.
Ditambahkan, ternak ayam broiler kali ini merupakan yang ke empat kalinya. Sebelumnya ia memasok 400 ayam, sementara yang mati hanya 40 ekor saja. Biasanya, lanjut Khairul, masa panen broiler hanya 40 hari, dengan bobot rata-rata 2 kilogram untuk satu ayam saja. Lantas sejak diserang virus CRD, ayam-ayamnya yang sudah berusia 26 hari merosot tajam.
“Usianya sudah 26 hari, tapi bobotnya menurun drastis, hanya 9 ons rata-rata. Ada juga yang paling kecil yaitu hanya setengah kilogram saja. Masa pertumbuhannya juga sangat lambat, untuk pakannya saya berikan 80 kilogram untuk tujuh hari. Sedang untuk obatnya, saya sudah menghabiskan biaya sekitar Rp1,2 juta,” ujarnya lagi.
Dirinya memberikan obat penyembuhan dengan cara memvaksin, menyemprot kandang untuk membunuh lalat dan bau, vaksin, vitamin, obat CRD.
“Tak hanya itu, penyembuhan juga saya berikan dengan gula merah, kencur, kunyit, dan kacang hijau yang dicampur susu. Tapi juga tidak membuahkan hasil. Meski sisanya tinggal sedikit, tetap harus diperhatikan agar ayam-ayam ini terus bertahan hidup,” tukas Khairul
Tak hanya menyerang ayam pedaging, virus CRD ini juga menyerang puluhan ayam kampong di Desa Cot Girek. Ciri-ciri ayam yang diserang CRD ini diantaranya bulu ayam kusut, kedua sayapnya turun, kurus, mata bengkak, kaki lumpuh dan diare.
“Penyakitnya sama, ngorok. Gak pandang bulu, ayam kampung juga diserangnya. Sudah 35 ekor ayam kampung milik saya mati mendadak, saya tentu rugi. Bulan lalu saya juga gagal panen ternak ayam broiler akibat diserang virus yang sama,” ujar Syamsul (31) peternak ayam kampung di Desa Cot Girek.(waspada.co.id)
loading...
Post a Comment