![]() |
MEMATIKAN: Giant Bow tipe 80 seperti inilah yang mengalami insiden di Natuna kemarin. Senjata bikinan Tiongkok ini bisa memuntahkan 2.000 peluru dalam semenit. (FERY PRADOLO/INDOPOS/JPG) |
StatusAceh.Net - Meriam Giant Bow yang mengalami insiden kemarin (17/5) adalah alutsista buatan Norinco, perusahaan persenjataan asal Tiongkok. Dipergunakan sejak 2003, meriam tersebut adalah salah satu senjata andalan yang dimiliki TNI Tiongkok bukanlah yang pertama membuat senjata jenis itu. Giant Bow tipe 80 dengan peluru kaliber 23 milimeter yang nahas kemarin disebut-sebut terinspirasi ZU-23-2 buatan Rusia. Giant Bow adalah senjata yang diandalkan untuk menangkal serangan udara. Karena itu, di antara 19 unit yang dimiliki Indonesia, satu disiagakan untuk melindungi angkasa Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Dalam satu menit, Giant Bow bisa memuntahkan 1.500 sampai 2.000 peluru. Kecepatan luncur proyektil dari meriam itu adalah 970 meter per detik. Dengan jarak tembak pada sudut vertikal maksimum 1.500 meter dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter.
Menurut pengamat militer Wawan Purwanto, setiap senjata yang dibeli TNI pasti sudah melewati pengecekan kualitas. "Pasti dicek," ucapnya kepada Jawa Pos kemarin.
Wawan yakin spesifikasi dan kapasitas meriam tersebut sudah sesuai dengan standar TNI-AD. Meski demikian, penggunaannya harus sesuai dengan ketentuan. Karena itu, dalam investigasi yang dilakukan, seharusnya ada pemeriksaan apakah usia senjata tersebut masih oke atau tidak. "Senjata kan ada batas waktunya," ujar dia.
Wawan menyatakan bahwa insiden di Natuna kemarin tidak lantas menjadikan meriam Giant Bow sebagai kambing hitam. Harus dilakukan analisis untuk menentukan apakah meriam itu tidak dipakai lagi atau sebaliknya. "Nggak bisa salahkan senjata," tegas dia. (Jawapos)
Dalam satu menit, Giant Bow bisa memuntahkan 1.500 sampai 2.000 peluru. Kecepatan luncur proyektil dari meriam itu adalah 970 meter per detik. Dengan jarak tembak pada sudut vertikal maksimum 1.500 meter dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter.
Menurut pengamat militer Wawan Purwanto, setiap senjata yang dibeli TNI pasti sudah melewati pengecekan kualitas. "Pasti dicek," ucapnya kepada Jawa Pos kemarin.
Wawan yakin spesifikasi dan kapasitas meriam tersebut sudah sesuai dengan standar TNI-AD. Meski demikian, penggunaannya harus sesuai dengan ketentuan. Karena itu, dalam investigasi yang dilakukan, seharusnya ada pemeriksaan apakah usia senjata tersebut masih oke atau tidak. "Senjata kan ada batas waktunya," ujar dia.
Wawan menyatakan bahwa insiden di Natuna kemarin tidak lantas menjadikan meriam Giant Bow sebagai kambing hitam. Harus dilakukan analisis untuk menentukan apakah meriam itu tidak dipakai lagi atau sebaliknya. "Nggak bisa salahkan senjata," tegas dia. (Jawapos)
loading...
Post a Comment