![]() |
Latgab TNI 2014. Foto: merdeka.com/muhammad luthfi rahman |
StatusAceh.Net - Gladi bersih Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (17/5) memakan korban jiwa. Empat prajurit TNI meninggal, sementara enam lainnya mengalami luka-luka.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono mengatakan pihaknya akan menginvestigasi penyebab pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan tersebut dapat mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan.
"Masih diinvestigasi, saya sendiri juga belum ke sana mungkin ada kelainan barangkali tapi masih diinvestigasi," kata Mulyono usai menghadiri pelantikan Duta Besar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/5).
Menurut Mulyono, investigasi dilakukan secara menyeluruh termasuk akan memeriksa prajurit yang ditugaskan memegang meriam Giant Blow tersebut. "Yah iyalah semua ditanya sesuai prosedur terkait," katanya.
Sampai saat ini, Mulyono memastikan tak ada korban jiwa tambahan, yaitu tercatat empat prajurit yang tewas akibat peristiwa ini.
Sementara itu, mantan Pangkostrad ini enggan berkomentar lebih jauh karena kasus ini menjadi kewenangan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Prajurit tewas adalah Danrai Kapten Arh Herubelum dan Pratu Ibnu Hidayat. Kemudian Pratu Marwan dengan luka di kaki serta Praka Edy yang terluka di pinggang.
Sementara korban luka-luka yakni Pratu Bayu Agung, terkena percikan peluru di leher dan paha. Lalu Serda Alpredo Siahaan dan Prada Danar yang terluka di paha akibat percikan peluru. Kemudian Pratu Ridai, luka di lutut kiri akibat serpihan peluru. Dan Pratu Didi Hardianto, luka di tangan kiri serta Sertu Blego Switage, luka di tangan kiri dan perut akibat serpihan peluru.
Kadispenad, Brigjen TNI Denny Tuejeh mengatakan kejadian tersebut akibat pembatas samping meriam artileri berputar ke kiri dan ke kanan hingga tidak dapat dikendalikan.
"Salah satu pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan 4 orang meninggal dunia dan prajurit lainya mengalami luka-luka karena terkena tembakan," kata Denny dalam keterangannya, Rabu (17/5). [merdeka.com]
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mulyono mengatakan pihaknya akan menginvestigasi penyebab pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan tersebut dapat mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan.
"Masih diinvestigasi, saya sendiri juga belum ke sana mungkin ada kelainan barangkali tapi masih diinvestigasi," kata Mulyono usai menghadiri pelantikan Duta Besar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/5).
Menurut Mulyono, investigasi dilakukan secara menyeluruh termasuk akan memeriksa prajurit yang ditugaskan memegang meriam Giant Blow tersebut. "Yah iyalah semua ditanya sesuai prosedur terkait," katanya.
Sampai saat ini, Mulyono memastikan tak ada korban jiwa tambahan, yaitu tercatat empat prajurit yang tewas akibat peristiwa ini.
Sementara itu, mantan Pangkostrad ini enggan berkomentar lebih jauh karena kasus ini menjadi kewenangan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Prajurit tewas adalah Danrai Kapten Arh Herubelum dan Pratu Ibnu Hidayat. Kemudian Pratu Marwan dengan luka di kaki serta Praka Edy yang terluka di pinggang.
Sementara korban luka-luka yakni Pratu Bayu Agung, terkena percikan peluru di leher dan paha. Lalu Serda Alpredo Siahaan dan Prada Danar yang terluka di paha akibat percikan peluru. Kemudian Pratu Ridai, luka di lutut kiri akibat serpihan peluru. Dan Pratu Didi Hardianto, luka di tangan kiri serta Sertu Blego Switage, luka di tangan kiri dan perut akibat serpihan peluru.
Kadispenad, Brigjen TNI Denny Tuejeh mengatakan kejadian tersebut akibat pembatas samping meriam artileri berputar ke kiri dan ke kanan hingga tidak dapat dikendalikan.
"Salah satu pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan 4 orang meninggal dunia dan prajurit lainya mengalami luka-luka karena terkena tembakan," kata Denny dalam keterangannya, Rabu (17/5). [merdeka.com]
loading...
Post a Comment