Statusaceh.net - Koordinator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Bakhtiar Abdullah menghimbau
kepada elite GAM yang kini duduk di pemerintahan agar jangan lalai
dengan untuk membangun cita-cita sebagaimana yang diamanahlkan (alm)
Muhammad Hasan di Tiro.
Dalam keterangan tertulis yang diterima acehterkini, Kamis (3/12/2015), Bakhtiar Abdullah mengajak masyarakat Aceh mengenang kembali perjuangan rakyat dan para syuhada yang telah gugur ketika berperang dengan Republik Indonesia yang berakhir dengan perjanjian perdamaian MoU Helsinki.
Dalam keterangan tertulis yang diterima acehterkini, Kamis (3/12/2015), Bakhtiar Abdullah mengajak masyarakat Aceh mengenang kembali perjuangan rakyat dan para syuhada yang telah gugur ketika berperang dengan Republik Indonesia yang berakhir dengan perjanjian perdamaian MoU Helsinki.
Peringati Milad GAM ke-39, Bakhtiar Abdullah mengajak masyarakat Aceh membuat muhasabah perjuangan GAM.
“Mari kita menoleh kebelakang agar kita tau apa yang perlu kita perbaiki dan perbuat demi tercapainya cita cita kita yaitu untuk menaikan marwah dan martabat bangsa Aceh dimata dunia,” kata angota perunding GAM MoU Helsinki di Finlandia ini.
Perjuangan ini tidak selesai dengan hanya menandatangani perdamaian saja, karena perjanjian perdamaian itu adalah permulaan dari pekerjaan yang lebih besar di hadapan kita.
Saat ini kita telah memasuki ajang perjuangan politik yang sangat kompleks dan rumit, yang penuh dengan rintangan, tantangan dan cabaran.
Kalau dulu kita berperang dengan senjata, dengan mudah kita bisa tau siapa musuh kita, tapi dalam konteks perjuangan politik kita tidak tau siapa lawan dan siapa kawan, sehingga kalau kita lalai, maka kehancuran akan menimpa kita bangsa Aceh yang mulia.
Hari ini, GAM telah komit dengan perdamaian, dan harus kita tau bahwa pegangan kita adalah perjanjian MoU di Helsinki.
Bagi kita, cara memperjuangkan seluruh isi dari MoU adalah dengan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat Aceh daripada kepentingan peribadi atau kelompok.
Karena MoU ini adalah kepunyaan bangsa Aceh, bukan kepunyaan GAM atau kelompok tertentu.
Sebagai contoh masalah bendera dan lambang dalam konteks damai, yang sampai hari ini masih tidak selesai selesai juga.
Perjuangan ini tidak akan pernah berhasil kalau dikalangan kita sendiri masih cerai berai dan bermusuh-musuhan sesama kita lebih dari musuh nenek moyang kita dulu.
Karena itu GAM wajib utuh dan solid sebagai sebuah organisasi politik yang masih exis dan harus bisa menjadi perisai bangsa Aceh untuk memperjuangkan kelanjutan semua butir-butir MoU Helsinki sampai selesai.
Kita perlu mengambil langkah-langkah yang lebih arif yaitu dengan mendekatkan diri kita kepada Ulama, Umara dan dan tokoh-tokoh. (acehterkini)
“Mari kita menoleh kebelakang agar kita tau apa yang perlu kita perbaiki dan perbuat demi tercapainya cita cita kita yaitu untuk menaikan marwah dan martabat bangsa Aceh dimata dunia,” kata angota perunding GAM MoU Helsinki di Finlandia ini.
Perjuangan ini tidak selesai dengan hanya menandatangani perdamaian saja, karena perjanjian perdamaian itu adalah permulaan dari pekerjaan yang lebih besar di hadapan kita.
Saat ini kita telah memasuki ajang perjuangan politik yang sangat kompleks dan rumit, yang penuh dengan rintangan, tantangan dan cabaran.
Kalau dulu kita berperang dengan senjata, dengan mudah kita bisa tau siapa musuh kita, tapi dalam konteks perjuangan politik kita tidak tau siapa lawan dan siapa kawan, sehingga kalau kita lalai, maka kehancuran akan menimpa kita bangsa Aceh yang mulia.
Hari ini, GAM telah komit dengan perdamaian, dan harus kita tau bahwa pegangan kita adalah perjanjian MoU di Helsinki.
Bagi kita, cara memperjuangkan seluruh isi dari MoU adalah dengan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat Aceh daripada kepentingan peribadi atau kelompok.
Karena MoU ini adalah kepunyaan bangsa Aceh, bukan kepunyaan GAM atau kelompok tertentu.
Sebagai contoh masalah bendera dan lambang dalam konteks damai, yang sampai hari ini masih tidak selesai selesai juga.
Perjuangan ini tidak akan pernah berhasil kalau dikalangan kita sendiri masih cerai berai dan bermusuh-musuhan sesama kita lebih dari musuh nenek moyang kita dulu.
Karena itu GAM wajib utuh dan solid sebagai sebuah organisasi politik yang masih exis dan harus bisa menjadi perisai bangsa Aceh untuk memperjuangkan kelanjutan semua butir-butir MoU Helsinki sampai selesai.
Kita perlu mengambil langkah-langkah yang lebih arif yaitu dengan mendekatkan diri kita kepada Ulama, Umara dan dan tokoh-tokoh. (acehterkini)
loading...
Post a Comment