Jamaah An Nadzir foto : FajarGroup/Jawa Pos Group/JPG |
GOWA - Jamaah An Nadzir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, kembali memulai puasa Ramadan lebih awal. Mulai besok, mereka menjalankan puasa Ramadan.
Jamaah An Nadzir menyepakati 1 Ramadan 1438 Hijriah jatuh pada Kamis, 25 Mei 2017. Ustaz Lukman, petinggi An Nadzir, mengatakan, telah melakukan pemantauan terhadap perjalanan bulan Sya’ban, dan sudah disepakati Ramadan masuk mulai besok.
“Kami akan berpuasa menyambut Ramadan pada esok hari. Lantaran masuknya 1 Ramadan besok sekitar 09.00 Wita. Namun belum sempurna. Kemungkinan full-nya pada Jumat, 25 Mei 2017,” kata Lukman kepada IniKata (FAJAR Group/grup pojoksumut), Rabu (24/5/2017).
Jamaah An Nadzir yang berpusat di Desa Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, kata Lukman, telah melakukan penghitungan dengan menggunakan metode hisab, rukyah, dan tanda alam.
“Ada tanda-tanda alam yang kami amati, seperti misalnya air pasang, terbitnya bulan di subuh hari, fajar sidik jam berapa masuk,” jelasnya.
Menurut Lukman, fajar sidik merupakan proses menentukan batasan antara malam dan siang. Pada Kamis dinihari, fajar sidik (menjelang matahari terbit) akan terjadi sekitar pukul 05.00 Wita.
“Berarti secara otomatis, tidak ada lagi bulan besoknya. Kalaupun ada, hanya muncul pukul 06.00 Wita lewat. Begitu juga untuk penentuan akhir Ramadan, yakni 1 Syawal, melalui hisab, rukyah, dan fenomena alam” tukasnya. (pojoksumud/jpg)
Jamaah An Nadzir menyepakati 1 Ramadan 1438 Hijriah jatuh pada Kamis, 25 Mei 2017. Ustaz Lukman, petinggi An Nadzir, mengatakan, telah melakukan pemantauan terhadap perjalanan bulan Sya’ban, dan sudah disepakati Ramadan masuk mulai besok.
“Kami akan berpuasa menyambut Ramadan pada esok hari. Lantaran masuknya 1 Ramadan besok sekitar 09.00 Wita. Namun belum sempurna. Kemungkinan full-nya pada Jumat, 25 Mei 2017,” kata Lukman kepada IniKata (FAJAR Group/grup pojoksumut), Rabu (24/5/2017).
Jamaah An Nadzir yang berpusat di Desa Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, kata Lukman, telah melakukan penghitungan dengan menggunakan metode hisab, rukyah, dan tanda alam.
“Ada tanda-tanda alam yang kami amati, seperti misalnya air pasang, terbitnya bulan di subuh hari, fajar sidik jam berapa masuk,” jelasnya.
Menurut Lukman, fajar sidik merupakan proses menentukan batasan antara malam dan siang. Pada Kamis dinihari, fajar sidik (menjelang matahari terbit) akan terjadi sekitar pukul 05.00 Wita.
“Berarti secara otomatis, tidak ada lagi bulan besoknya. Kalaupun ada, hanya muncul pukul 06.00 Wita lewat. Begitu juga untuk penentuan akhir Ramadan, yakni 1 Syawal, melalui hisab, rukyah, dan fenomena alam” tukasnya. (pojoksumud/jpg)
loading...
Post a Comment