Banda Aceh - Peragaan busana bukan semata bertujuan untuk memperkenalkan Aceh di mata dunia. Lebih dari itu, peragaan busana merupakan sarana untuk memperkenalkan budaya Aceh yang Islami, meningkatkan kreativitas dan membuka lapangan kerja.
Demikian disampaikan Ketua Dekranasda Aceh, Darwati A Gani, dalam sambutannya saat membuka Afternoon Tea Fashion, yang diselenggarakan Indonesian Fashion Chamber (IFC) Chapter Aceh, di Lobby Meuligoe Gubernur Aceh, Kamis (5/4/2018) sore.
"Afternoon Tea Fashion ini menjadi salah satu sarana memperkenalkan para desainer muda lebih luas, tidak hanya di Aceh tapi juga di Indonesia. Bagaimana hasil karya para desainer Aceh ini dapat menyampaikan kepada khalayak, bahwa inilah Aceh yang berlandaskan Syari'at Islam. Saya sangat berharap para desainer Aceh mampu menjadikan Aceh sebagai acuan fashion muslim di Indonesia," ujar Darwati.
Penasehat IFC Aceh itu mengungkapkan, para desainer yang tampil hari ini sebenarnya sudah sangat mewarnai dunia fashion Aceh, bahkan beberapa di antaranya telah go nasional dan eksis di beberapa online shoping terkemuka di Indonesia, bahkan memiliki gerai di beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Darwati juga mengimbau kepada para desainer agar membantu Dekranasda Aceh dalam upaya mendukung Usaha Kecil dan menengah di Aceh, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
"Insya Allah, dukungan kawan-kawan desainer Aceh bisa membantu meningkatkan kreativitas dan mengembangkan industri-industri kecil, dan mengembangkan usaha-usaha konveksi di Aceh. Dengan demikian, tentu akan berpengaruh pada peningkatan lapangan kerja dan menekan angka kemiskinan di Aceh. Hal ini tentu akan turut membantu Pemerintah Aceh mewujudkan Aceh Hebat," imbuh Darwati.
Menurut Darwati, penyelenggaraan Afternoon Tea Fashion di teras Meuligoe Gubernur Aceh adalah bentuk dukungan Pemerintah Aceh dan terhadap kretivitas generasi muda yang selalu mengedepankan identitas ke-Acehan, terutama dalam hal busana muslim.
"Alhamdulillah, meski tanpa persiapan panjang, akhirnya acara Afternoon Tea Fashion bisa kita laksanakan," pungkas Darwati A Gani.
Kegiatan yang mengangkat tema We are First ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua Dekranasda Aceh, Ketua Dharm Wanita Persatuan Aceh, serta sejumlah pegiat busana lainnya. Setidaknya ada lima hasil karya desainer Aceh yang ditampilkan dalam ajang Afternoon Tea Fashion IFC hari ini, yaitu Sartiwi Gadeng, yang mengangkat tema 'Si Moelu Uroe ngon Malam' selanjutnya ada Syukriah Rusydi dari Reborn29.
Selanjutnya, ada Fajri Yahya dengan brand andalannya Ijakroeng. Untuk tahun 2018 ini Ijakroeng fokus mengangkat dan mengampanyekan Cap Sikureung, yaitu stempel resmi Kesultanan Aceh.
Selain itu, ada pula ada desainer Yulidar Oesman dengan karya yang bertemakan budaya, etnik dan elegan serta mengangkat perpaduan motif sirih, melati dan rencong Aceh.
Terakhir, ada desainer Novita Bachtiar, yang menawarkan busana pesta dengan konsep modest konvensional dan inovasi frugal, dengan tetap mengedepankan material lokal dalam setiap produk yang diciptakan.[Rill]
Demikian disampaikan Ketua Dekranasda Aceh, Darwati A Gani, dalam sambutannya saat membuka Afternoon Tea Fashion, yang diselenggarakan Indonesian Fashion Chamber (IFC) Chapter Aceh, di Lobby Meuligoe Gubernur Aceh, Kamis (5/4/2018) sore.
"Afternoon Tea Fashion ini menjadi salah satu sarana memperkenalkan para desainer muda lebih luas, tidak hanya di Aceh tapi juga di Indonesia. Bagaimana hasil karya para desainer Aceh ini dapat menyampaikan kepada khalayak, bahwa inilah Aceh yang berlandaskan Syari'at Islam. Saya sangat berharap para desainer Aceh mampu menjadikan Aceh sebagai acuan fashion muslim di Indonesia," ujar Darwati.
Penasehat IFC Aceh itu mengungkapkan, para desainer yang tampil hari ini sebenarnya sudah sangat mewarnai dunia fashion Aceh, bahkan beberapa di antaranya telah go nasional dan eksis di beberapa online shoping terkemuka di Indonesia, bahkan memiliki gerai di beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Darwati juga mengimbau kepada para desainer agar membantu Dekranasda Aceh dalam upaya mendukung Usaha Kecil dan menengah di Aceh, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
"Insya Allah, dukungan kawan-kawan desainer Aceh bisa membantu meningkatkan kreativitas dan mengembangkan industri-industri kecil, dan mengembangkan usaha-usaha konveksi di Aceh. Dengan demikian, tentu akan berpengaruh pada peningkatan lapangan kerja dan menekan angka kemiskinan di Aceh. Hal ini tentu akan turut membantu Pemerintah Aceh mewujudkan Aceh Hebat," imbuh Darwati.
Menurut Darwati, penyelenggaraan Afternoon Tea Fashion di teras Meuligoe Gubernur Aceh adalah bentuk dukungan Pemerintah Aceh dan terhadap kretivitas generasi muda yang selalu mengedepankan identitas ke-Acehan, terutama dalam hal busana muslim.
"Alhamdulillah, meski tanpa persiapan panjang, akhirnya acara Afternoon Tea Fashion bisa kita laksanakan," pungkas Darwati A Gani.
Kegiatan yang mengangkat tema We are First ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua Dekranasda Aceh, Ketua Dharm Wanita Persatuan Aceh, serta sejumlah pegiat busana lainnya. Setidaknya ada lima hasil karya desainer Aceh yang ditampilkan dalam ajang Afternoon Tea Fashion IFC hari ini, yaitu Sartiwi Gadeng, yang mengangkat tema 'Si Moelu Uroe ngon Malam' selanjutnya ada Syukriah Rusydi dari Reborn29.
Selanjutnya, ada Fajri Yahya dengan brand andalannya Ijakroeng. Untuk tahun 2018 ini Ijakroeng fokus mengangkat dan mengampanyekan Cap Sikureung, yaitu stempel resmi Kesultanan Aceh.
Selain itu, ada pula ada desainer Yulidar Oesman dengan karya yang bertemakan budaya, etnik dan elegan serta mengangkat perpaduan motif sirih, melati dan rencong Aceh.
Terakhir, ada desainer Novita Bachtiar, yang menawarkan busana pesta dengan konsep modest konvensional dan inovasi frugal, dengan tetap mengedepankan material lokal dalam setiap produk yang diciptakan.[Rill]
loading...
Post a Comment