StatusAceh.Net - Lima Muslim Rohingya diselamatkan para anelayan Aceh dan dirawat di rumah sakit setelah 20 hari terombang-ambing di laut.
Kelima orang itu dievakuasi para nelayan dengan kapal motor ketika terombang-ambing dalam jarak 178 mil atau 325 km dari pantai Kuala Idi Rayeuk, Aceh, Kamis (5/4) tengah malam.
"Mereka sampai di pantai ini sekitar jam 01 malam tadi," kata seorang penduduk Kuala Idi Rayeuk, seperti dituturkan Saiful MDA, seorang wartawan Aceh yang sedang berada di lokasi.
Para pengungsi itu terdiri dari dua lelaki dewasa, dua perempuan dan seorang anak dibawa ke Rumah Sakit Zubir Mahmud.
"Dua orang diinfus akibat dehidrasi: Kamal Nisun yang brusia 7 tahun, dan Syammimah yang berusia 15 tahun," papar Saful.
Disebutkan, sampai saat ini masih sulit berkomunikasi dengan mereka, namun yang tertua, Muhammad Ilyas mencoba berkomunikasi dengan isyarat gerak tangan.
"Ia menyatakan mereka berangkat dari Myanmar dengan sampan tanpa mesin, awalnya 10 orang, tapi lima lagi tewas dan jasadnya dibuang ke laut," papar Saiful.
Belum diperoleh keterangan lebih jauh tentang hal ini.
Beberapa waktu lalu, sejumlah pengungsi Rohingya terdampar di Malaysia.
Kelima orang itu dievakuasi para nelayan dengan kapal motor ketika terombang-ambing dalam jarak 178 mil atau 325 km dari pantai Kuala Idi Rayeuk, Aceh, Kamis (5/4) tengah malam.
"Mereka sampai di pantai ini sekitar jam 01 malam tadi," kata seorang penduduk Kuala Idi Rayeuk, seperti dituturkan Saiful MDA, seorang wartawan Aceh yang sedang berada di lokasi.
Para pengungsi itu terdiri dari dua lelaki dewasa, dua perempuan dan seorang anak dibawa ke Rumah Sakit Zubir Mahmud.
"Dua orang diinfus akibat dehidrasi: Kamal Nisun yang brusia 7 tahun, dan Syammimah yang berusia 15 tahun," papar Saful.
Disebutkan, sampai saat ini masih sulit berkomunikasi dengan mereka, namun yang tertua, Muhammad Ilyas mencoba berkomunikasi dengan isyarat gerak tangan.
"Ia menyatakan mereka berangkat dari Myanmar dengan sampan tanpa mesin, awalnya 10 orang, tapi lima lagi tewas dan jasadnya dibuang ke laut," papar Saiful.
Belum diperoleh keterangan lebih jauh tentang hal ini.
Beberapa waktu lalu, sejumlah pengungsi Rohingya terdampar di Malaysia.
Gelombang pengungsian baru?
Sejak Thailand dan Malaysia memperketat pengamanan dan berusaha membongkar jaringan perdagangan manusia pada tahun 2015 menyusul gelombang kedatangan 'manusia perahu' dari Rakhine, Myanmar, dan Bangladesh, semakin jarang ditemukan perahu yang membawa imigran berlayar ke arah selatan.
Seorang aktivis dari Arakan Project yang menangani masalah Rohingya, Chris Lewa, mengatakan perahu Rohingya tersebut diperkirakan meninggalkan ibu kota Negara Bagian Rakhine, Sittwe, pekan lalu.
Namun menurutnya seperti dilaporkan kantor berita AFP, kecil kemungkinan kedatangan perahu ini akan diikuti oleh perahu-perahu pengungsi lainnya sebab musim berlayar sudah berakhir.
Di tengah konflik yang belum berakhir di Rakhine, orang-orang Rohingya - yang tidak dianggap sebagai warga negara di Myanmar, berusaha menyelamatkan diri ke negara tetangga, Bangladesh.
Sejak operasi militer akhir Agustus tahun lalu lebih dari 700.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Dalam laporannya, baru-baru ini Amnesty International menuduh Myanmar melakukan "perampasan lahan secara militer" terhadap tanah-tanah di Negara Bagian Rakhine yang dulu dihuni oleh etnik Rohingya.
Laporan itu disusun berdasarkan gambar citra satelit dan keterangan para saksi yang menunjukkan bahwa desa-desa Rohingya telah dibuldoser untuk melancarkan proyek infrastruktur baru sejak Januari lalu.
Menurut Amnesty International, langkah militer ini "dikhawatirkan" menghilangkan bukti kejahatan terhadap Rohingya dan bukti keberadaan mereka di Rakhine. | BBC
loading...
Post a Comment