Banda Aceh - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Aceh Darwati A. Gani dan Wakilnya Dyah Erti Idawati menghadiri Launching Asosiasi Perancang Fashion Aceh (APFA) di Hotel Hermes, Banda Aceh, Jumat, (6/4/2018) malam. Pada kesempatan tersebut Darwati mengukuhkan Pengurus APSA periode 2018-2021.
Dalam sambutannya Darwati mengatakan, ekonomi kreatif menjadi salah satu penyumbang besar terhadap pendapatan negara. Dalam hal ini, kata dia, industri fashion memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif.
Darwati menjelaskan, ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 641,8 Triliun Rupiah terhadap PDB, dimana dari jumlah tersebut, industri fashion menyumbang sebesar 28,29% atau setara dengan Rp181,5 triliun.
"Industri fashion juga menyerap tenaga kerja paling banyak di antara subsektor industri kreatif lainnya, dan juga memberikan kontribusi tinggi terhadap ekspor Indonesia," ujar Darwati.
Hal menarik untuk dicermati, lanjut Darwati, adalah angka konsumsi rumah tangga untuk fashion ini mencapai Rp282,8 Triliun. Angka tersebut menempati urutan kedua setelah kuliner dengan angka konsumsi rumah tangga sebesar Rp367,5 Triliun.
"Jika melihat angka statistik ini, kita tentu menyadari bahwa industri fashion merupakan sektor yang sangat potensial untuk kita kembangkan, khususnya di Aceh, terlebih lagi dengan trend busana Islami yang marak dewasa ini, yang sangat sesuai dengan kondisi sosiokultural masyarakat Aceh yang lekat dengan nilai-nilai Islami," ujarnya.
Darwati melanjutkan, untuk mengembangkan sektor fashion di Aceh tetap membutuhkan kreativitas tinggi, meskipun Aceh memiliki khasanah kekayaan motif yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain di Nusantara. Hal itu dikarenakan motif-motif yang ada selama ini, mungkin kurang dirancang dalam bentuk yang bervariasi sebagai sebuah model, yang disesuaikan dengan selera masyarakat pada hari ini.
"Namun demikian, kami yakin bahwa, kreativitas ini tidak akan terlalu menjadi masalah, sebab pada dasarnya Aceh memiliki banyak perancang atau desainer fashion yang berbakat. Hanya saja, keberadaannya mungkin masih belum terkoordinir, masih berjalan sendiri-sendiri dan belum terhimpun dalam wadah yang solid."
Untuk itu, atas nama Dewan Kerajinan Nasional(Dekranas) Aceh, Darwati menyambut baik launching Asosiasi Perancang Fashion Aceh. Kehadiran Organisasi ini diharapkan dapat menjadi wadah para desainer fashion Aceh untuk saling berbagi, meningkatkan kapasitas, memperluas jaringan, dan menjadi wahana untuk membina para desainer-desainer Aceh dalam berkarya, sehingga semakin terarah dan berkembang.
"Sejalan dengan hal tersebut, kami mengajak agar para desainer Aceh bisa bergabung dalam Asosiasi Perancang Fashion Aceh ini, agar upaya kita bersama untuk memajukan dunia fashion Islami di Aceh bisa semakin meningkat," kata Darwati.[Rill]
Dalam sambutannya Darwati mengatakan, ekonomi kreatif menjadi salah satu penyumbang besar terhadap pendapatan negara. Dalam hal ini, kata dia, industri fashion memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif.
Darwati menjelaskan, ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 641,8 Triliun Rupiah terhadap PDB, dimana dari jumlah tersebut, industri fashion menyumbang sebesar 28,29% atau setara dengan Rp181,5 triliun.
"Industri fashion juga menyerap tenaga kerja paling banyak di antara subsektor industri kreatif lainnya, dan juga memberikan kontribusi tinggi terhadap ekspor Indonesia," ujar Darwati.
Hal menarik untuk dicermati, lanjut Darwati, adalah angka konsumsi rumah tangga untuk fashion ini mencapai Rp282,8 Triliun. Angka tersebut menempati urutan kedua setelah kuliner dengan angka konsumsi rumah tangga sebesar Rp367,5 Triliun.
"Jika melihat angka statistik ini, kita tentu menyadari bahwa industri fashion merupakan sektor yang sangat potensial untuk kita kembangkan, khususnya di Aceh, terlebih lagi dengan trend busana Islami yang marak dewasa ini, yang sangat sesuai dengan kondisi sosiokultural masyarakat Aceh yang lekat dengan nilai-nilai Islami," ujarnya.
Darwati melanjutkan, untuk mengembangkan sektor fashion di Aceh tetap membutuhkan kreativitas tinggi, meskipun Aceh memiliki khasanah kekayaan motif yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain di Nusantara. Hal itu dikarenakan motif-motif yang ada selama ini, mungkin kurang dirancang dalam bentuk yang bervariasi sebagai sebuah model, yang disesuaikan dengan selera masyarakat pada hari ini.
"Namun demikian, kami yakin bahwa, kreativitas ini tidak akan terlalu menjadi masalah, sebab pada dasarnya Aceh memiliki banyak perancang atau desainer fashion yang berbakat. Hanya saja, keberadaannya mungkin masih belum terkoordinir, masih berjalan sendiri-sendiri dan belum terhimpun dalam wadah yang solid."
Untuk itu, atas nama Dewan Kerajinan Nasional(Dekranas) Aceh, Darwati menyambut baik launching Asosiasi Perancang Fashion Aceh. Kehadiran Organisasi ini diharapkan dapat menjadi wadah para desainer fashion Aceh untuk saling berbagi, meningkatkan kapasitas, memperluas jaringan, dan menjadi wahana untuk membina para desainer-desainer Aceh dalam berkarya, sehingga semakin terarah dan berkembang.
"Sejalan dengan hal tersebut, kami mengajak agar para desainer Aceh bisa bergabung dalam Asosiasi Perancang Fashion Aceh ini, agar upaya kita bersama untuk memajukan dunia fashion Islami di Aceh bisa semakin meningkat," kata Darwati.[Rill]
loading...
Post a Comment