![]() |
Dok. Protes mendesak agar kasus kematian Giulio Regeni di Mesir diselidiki. Foto: The Guardian |
StatusAceh.Net - Amnesti Internasional dalam laporannya menyebutkan ratusan warga Mesir hilang tanpa jejak setelah diculik oleh petugas keamanan.
Anak-anak dengan usia paling muda 14 tahun, termasuk siswa, aktivis politik dan pengunjuk rasa hilang tanpa jejak setelah polisi Mesir menggerebek kediamanan mereka. Sebagian besar korban ditahan selama berbulan-bulan dengan kondisi mata tertutup dan tangan serta kaki terborgol. Sedikitnya ada 34 ribu orang yang kini mendekam di balik jeruji besi di Mesir.
Mayoritas warga Mesir yang menghilang ini adalah pendukung presiden dari Ikhwanul Muslimin, Mohamed Morsi yang digulingkan oleh Abdel-Fattah el-Sisi pada 2013 lalu.
Laporan Amnesti Internasional juga menyebut kasus warga Italia Giulio Regeni, mahasiswa Cambridge yang ditemukan tewas dengan luka penyiksaan di tubuhnya di Kairo Februari lalu.
"Luka parah yang diderita Giulio Regeni mirip dengan yang dialami oleh orang-orang yang diinterogasi oleh pasukan keamanan Mesir. Kasusnya hanyalah puncak dari gunung es," kata Felix Jakens dari Amnesti.
"Kami khawatir Regeni telah diculik oleh agen pemerintah dan disiksa hingga tewas, dan sampai kami berhasil melakukan investigasi independen yang menyeluruh terkait kematiannya, kecurigaan ini akan terus berkembang."
Ratusan orang diduga dipenjara secara rahasia di kantor badan keamanan nasional Mesir di Lazoghly Square, Kairo, di dalam bangunan milik kementerian dalam negeri. Bangunan itu berada di dekat Tahrir Square, yang menjadi pusat lokasi protes besar-besaran yang berhasil menggulingkan Hosni Mubarak pada Januari 2011.
"Penghapusan eksistensi telah menjadi intrumen kunci dalam kebijakan pemerintah Mesir," kata direktur Amnesti untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther. "Siapapun yang berani melawan akan berada dalam bahaya. Kontra-terorisme selalu digunakan sebagai alasan untuk menculik, menginterogasi dan menyiksa orang-orang yang melawan pemerintah."(RIMA)
Anak-anak dengan usia paling muda 14 tahun, termasuk siswa, aktivis politik dan pengunjuk rasa hilang tanpa jejak setelah polisi Mesir menggerebek kediamanan mereka. Sebagian besar korban ditahan selama berbulan-bulan dengan kondisi mata tertutup dan tangan serta kaki terborgol. Sedikitnya ada 34 ribu orang yang kini mendekam di balik jeruji besi di Mesir.
Mayoritas warga Mesir yang menghilang ini adalah pendukung presiden dari Ikhwanul Muslimin, Mohamed Morsi yang digulingkan oleh Abdel-Fattah el-Sisi pada 2013 lalu.
Laporan Amnesti Internasional juga menyebut kasus warga Italia Giulio Regeni, mahasiswa Cambridge yang ditemukan tewas dengan luka penyiksaan di tubuhnya di Kairo Februari lalu.
"Luka parah yang diderita Giulio Regeni mirip dengan yang dialami oleh orang-orang yang diinterogasi oleh pasukan keamanan Mesir. Kasusnya hanyalah puncak dari gunung es," kata Felix Jakens dari Amnesti.
"Kami khawatir Regeni telah diculik oleh agen pemerintah dan disiksa hingga tewas, dan sampai kami berhasil melakukan investigasi independen yang menyeluruh terkait kematiannya, kecurigaan ini akan terus berkembang."
Ratusan orang diduga dipenjara secara rahasia di kantor badan keamanan nasional Mesir di Lazoghly Square, Kairo, di dalam bangunan milik kementerian dalam negeri. Bangunan itu berada di dekat Tahrir Square, yang menjadi pusat lokasi protes besar-besaran yang berhasil menggulingkan Hosni Mubarak pada Januari 2011.
"Penghapusan eksistensi telah menjadi intrumen kunci dalam kebijakan pemerintah Mesir," kata direktur Amnesti untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther. "Siapapun yang berani melawan akan berada dalam bahaya. Kontra-terorisme selalu digunakan sebagai alasan untuk menculik, menginterogasi dan menyiksa orang-orang yang melawan pemerintah."(RIMA)
loading...
Post a Comment