![]() |
Kanker tulang di lengan kanan Nurul terus membesar setelah kejadian jatuh tiga tahun yang lalu di pondoknya |
StatusAceh.Net - Sudah tiga tahun, Nurul Khairiana (16) meninggalkan sekolahnya di
Pondok Pesantren Al Amien, Desa Prenduan, Kecamatan Peragaan, Kabupaten
Sumenep. Penyebabnya karena ia menderita kanker tulang yang semakin
ganas.
Tubuhnya kini kurus tinggal tulang. Satu-satunya anggota tubuhnya
yang menonjol, kanker ganas di lengan kanannya. Ukurannya dua kali
kepala Nurul.
Sehari-hari, anak ketiga dari empat bersaudara ini, hanya terlentang
di atas kasur yang disediakan khusus di kamar depan rumahnya. Benjolan
di lengan kanannya, sedikit demi sedikit mulai mengeluarkan nanah.
Bahkan di bagian bwah benjolan itu, sudah mulai membusuk dan menyebarkan
bau amis. Namun, sang ibu, Nuril, tetap tabah merawat anaknya.
Ia dibantu kedua anaknya, Hanafiansyah (26) dan Nurul Qomariyah (22).
Menurut Nuril, sehari-hari kondisi Nurul hanya merintih kesakitan
sambil menyebut asma Allah. Ketika rintihan itu keluar dari mulut
anaknya, Nuril rasanya ingin menelan anaknya kembali agar kembali ke
dalam kandungan sehingga bisa lahir kembali sebagai bayi yang sehat
dulu.
“Saya sudah tidak tega mendengar ketika dia merintih kesakitan.
Andaikan ia bisa saya telan, saya telan agar dia jadi bayi dalam
kandungan saja,” ujar Nuril, Kamis (23/6/2016) di kediamannya.
Apalagi, selama empat bulan terakhir, kondisi Nurul semakin drop.
Awalnya Nurul tidak mengalami sesak nafas. Namun saat ini sesak nafas
itu kerap melanda Nurul. Akibatnya, selang oksigen selalu menghiasai
hidungnya.
Penderitaan Nurul ini, cerita ibunya, berawal saat tahun 2013 lalu ia
jatuh di pondoknya. Lengan kanan Nurul yang jatuh dan bengkak. Nurul
dibawa pulang untuk berobat. Karena dianggap hanya kecelakaan biasa,
pengobatan Nurul sebatas apa adanya. Namun, setelah kembali ke
pondoknya, kondisi lengan Nurul terus membengkak.
“Semakin bulan terus semakin membengkak. Sudah dibawa berobat kemana-mana. Namun tidak ada hasilnya,” ungkap Nuril.
Hingga dua tahun berjalan, benjolan di lengan kanan Nurul terus
membesar. Pernah menjalani rawat inap di Rumah Sakit dr. Slamet
Martodirdjo Pamekasan selama sebulan. Namun tidak ada perkembangan.
Dokter menyarankan agar dirujuk ke Surabaya. Seperti tak hilang
harapan, kedua orang tua Nurul membawanya ke rumah sakir DR. Soetomo
Surabaya. Sama saja, hasilnya tidak memuaskan. Kondisi kesehatan Nurul
terus memburuk. Saran dokter, tangan kanan Nurul agar diamputasi untuk
memutus jaringan kanker yang sudah menjalar.
“Nurul tidak mau kalau diamputasi. Selain itu, kami sudah tidak
punya biaya lagi karena biaya perawatan dan pengobatan sebelumnya sudah
habis Rp 20 juta,” sebut Nuril yang akrab disapa Bu Maryam.
Setelah tiga tahun ini, kondisi Nurul terus memprihatinkan. Dampak
kanker yang dialami Nurul, terus menggerogoti anggota tubuhnya yang
lain. Akhirnya Nurul pasrah agar tangannya diamputasi. Namun kondisi
saat ini sudah berbeda dengan setahun sebelumnya. Dokter di Surabaya
sudah tidak berani menjalani operasi amputasi. Sebab kanker itu sudah
menjalar ke jantung dan paru-parunya.
“Cara terakhir diamputasi pun sudah tidak bisa dilakukan oleh dokter.
Jantung dan paru-paru dan beberapa anggota tubuh anak saya, sudah
terjankit kanker juga. Dokter sudah angkat tangan,” kata perempuan yang
sudah ditinggal suaminya dua tahun yang lalu.
Semua keluarga Nurul, mulai dari ibunya sampai dua kakak kandungnya,
hanya pasrah atas keadaan Nurul. Apalagi, kata dokter belum pernah ada
penyakit di Indonesia yang sama dengan penyakit Nurul.
Kendala lain yang dihadapi keluarga Nurul adalah biaya. Sejak pertama
kali Nurul menderita kanker sampai hari ini, keluarganya sudah
menghabiskan biaya Rp 80 juta lebih. Dalam seminggu saja, akhir-akhir
ini keluarga Nurul harus mengeluarkan biaya Rp 1,8 juta untuk membeli
obat untuk mengurangi rasa sakit Nurul. Dari mana mereka dapat biaya?
“Ada saja sumbangan dari masyarakat yang tidak diduga. Terakhir dari
mantan Bupati Pamekasan Kholilurrahman yang kini jadi anggota DPR RI
mengantarkan sumbangan ke sini,” ujar dia.
Kesulitan lainnya, keluarga Nurul tidak mempunyai kartu BPJS.
Sehingga semua biaya pengobatan harus ditanggung sendiri. Pernah suatu
ketika, Wakil Bupati Sumenep, Ahmad Fauzi datang menjenguk dan
memberikan santunan. Fauzi meminta kepada Kepala Desa Pagar Batu agar
membantu mengurus administrasi BJPS keluarga Nurul. Namun sampai hari
ini belum pernah ada tindak lanjutnya.
“Kepala desa hanya sekali datang menjenguk ke sini. Itupun karena ada
Wakil Bupati. Perintah Wabup agar BPJS saya dibantu untuk diurus,
sampai hari ini belum pernah ada tindak lanjutnya,” tuturnya.
Pernah ada gerakan donasi untuk Nurul. Namun hanya berlangsung
sesaat. Hasilnyapun tidak signifikan. Biaya pengobatan dari hasil
donasi, tidak cukup untuk membiayai pengobatan Nurul selam seminggu.
“Banyak yang menyarankan saya membuat rekening untuk donasi. Setelah
rekening dibuat, hasilnya hanya bisa membantu sekedarnya. Pernah
bolak-balik ngecek rekening, tapi saldonya minim,” ujar Hanafiansyah,
kakak kandung Nurul.
Kondisi keluarga Nurul semakin terpuruk setelah ditinggal ayahnya, Abd Sakur, karena menderita stroke dua tahun yang lalu.
Hanafiansyah yang sebelumnya kuliah di Universitas Islam Malang
(UNISMA), harus keluar sampai semester delapan karena sudah tidak punya
biaya. Hanafi memilih pulang kampung merawat adiknya dan ibunya.
“Buat apa saya melanjutkan kuliah kalau kondisi adik saya sakit
parah. Ibu saya hanya tinggal sendiri karena ayah sudah meninggal,” kata
dia.
Selain itu, Hanafi lebih memilih agar adiknya menuntaskan kuliahnya di Universitas Wiraraja Sumenep.
“Alhamdulillah adik saya sampai lulus kuliahnya. Sekarang sudah bisa
membantu merawat Nurul yang sudah semakin parah penyakitnya,” ungkapnya.
Di tengah kondisinya yang memprihatinkan, teman-teman pondok Nurul
terkadang ada yang datang menjenguk. Mereka juga memberikan santunan
sebagai bentuk keprihatinannya. Ketika dijenguk teman pondoknya, Nurul
sangat gembira dan bisa saling bercanda.
“Kalau temannya sudah pulang, Nurul kembali murung. Bahkan rintihan
sakit kembali kambuh. Saya sudah pasrah kepada Allah menghadapi keadaan
ini. Hanya keajaiban yang bisa memperbaiki keadaan ini,” harap ibu
kandung Nurul.
Untuk mendukung Nurul silakan kunjungi: Kita Bisa Membantu Nurul
Sumber: Kompas.com
loading...
Post a Comment