![]() |
Penemuan batu nisan abad 16 di Aceh. ©2016 merdeka.com/afif |
Aceh Besar - Puluhan batu nisan beragam bentuk, ukiran dan ukuran berjejer di Gampong (Desa) Ajee Rayeuk, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Batu-batu nisan ini dibiarkan kumuh tanpa terurus di pekarangan rumah warga desa tersebut.
Padahal batu nisan ini bisa menjadi saksi sejarah sebuah peradaban suatu bangsa di masa silam. Batu nisan yang diperkirakan peninggalan abad ke 16 ini terdapat enam titik kumpulan di desa tersebut. Batu-batu nisan sebagian terlihat sudah patah dan bahkan ada yang hilang.
Seorang peneliti sejarah kebudayaan Islam Aceh Tgk, Taqiyuddin Muhammad saat melakukan survei ke sejumlah titik batu nisan di gampong tersebut, Sabtu (13/02) sore sangat menyesali peninggalan sejarah ini terbengkalai tanpa terurus.
Menurut Taqiyuddin, jika dilihat dari bentuk dan ukirannya, batu-batu nisan itu diperkirakan peninggalan abad ke-16 masehi sampai abad 19 masehi.
Namun pihaknya belum bisa memastikan siapa pemilik nisan-nisan itu, mengingat tidak ada ukiran nama pada batu. Hanya yang terlihat ukiran kalimat-kalimat tauhid, sehingga bisa dipastikan kuburan itu milik umat Islam.
"Ukiran kalimat tauhid dan kuburan yang menghadap kiblat, maka ini dipastikan kuburan milik umat Islam, namun untuk mengetahui siapa yang dikuburkan di sini, dibutuhkan pengkajian secara mendalam," kata Taqiyuddin di Banda Aceh, Minggu (14/2).
Dia menduga kuat yang dikubur di sana merupakan orang-orang berpengaruh seperti ulama, saudagar bahkan keluarga dari kerajaan yang pada masa itu Aceh dipimpin oleh Sultan Ali Mugayatsyah dan Sultan Alaidin Riayatsyah.
"Karena nisan-nisan ini mahal harganya, dan tidak mudah untuk mendapatkannya saat itu, sehingga dipastikan ini milik orang-orang berpengaruh di daerah ini, dan ini menujukkan bahwa gampong ini sudah ada sejak abad ke 16," jelasnya.
Dia berharap pihak terkait untuk melestarikan peninggalan sejarah yang sangat berharga itu dengan melakukan upaya pemugaran dan perawatan. Dia menyarankan agar pemerintah memberian subsidi kepada gampong tersebut serta ditunjuk orang untuk merawatnya.
"Apa lagi gampong ini cukup banyak ditemukan, padat sekali, dan bisa dikategorikan sebagai gampong paling padat peninggalan sejarah berupa batu nisan dan ini bisa jadi pusat riset," katanya.
Batu nisan yang ditemukan ini di kompleks perumahan seorang warga bernama Abdurrahman. Hadir juga dalam penelitian ini kolektor naskah kuno, Tarmizi A Hamid dan Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) Mizuar Mahdi.(*)
Padahal batu nisan ini bisa menjadi saksi sejarah sebuah peradaban suatu bangsa di masa silam. Batu nisan yang diperkirakan peninggalan abad ke 16 ini terdapat enam titik kumpulan di desa tersebut. Batu-batu nisan sebagian terlihat sudah patah dan bahkan ada yang hilang.
Seorang peneliti sejarah kebudayaan Islam Aceh Tgk, Taqiyuddin Muhammad saat melakukan survei ke sejumlah titik batu nisan di gampong tersebut, Sabtu (13/02) sore sangat menyesali peninggalan sejarah ini terbengkalai tanpa terurus.
Menurut Taqiyuddin, jika dilihat dari bentuk dan ukirannya, batu-batu nisan itu diperkirakan peninggalan abad ke-16 masehi sampai abad 19 masehi.
Namun pihaknya belum bisa memastikan siapa pemilik nisan-nisan itu, mengingat tidak ada ukiran nama pada batu. Hanya yang terlihat ukiran kalimat-kalimat tauhid, sehingga bisa dipastikan kuburan itu milik umat Islam.
"Ukiran kalimat tauhid dan kuburan yang menghadap kiblat, maka ini dipastikan kuburan milik umat Islam, namun untuk mengetahui siapa yang dikuburkan di sini, dibutuhkan pengkajian secara mendalam," kata Taqiyuddin di Banda Aceh, Minggu (14/2).
Dia menduga kuat yang dikubur di sana merupakan orang-orang berpengaruh seperti ulama, saudagar bahkan keluarga dari kerajaan yang pada masa itu Aceh dipimpin oleh Sultan Ali Mugayatsyah dan Sultan Alaidin Riayatsyah.
"Karena nisan-nisan ini mahal harganya, dan tidak mudah untuk mendapatkannya saat itu, sehingga dipastikan ini milik orang-orang berpengaruh di daerah ini, dan ini menujukkan bahwa gampong ini sudah ada sejak abad ke 16," jelasnya.
Dia berharap pihak terkait untuk melestarikan peninggalan sejarah yang sangat berharga itu dengan melakukan upaya pemugaran dan perawatan. Dia menyarankan agar pemerintah memberian subsidi kepada gampong tersebut serta ditunjuk orang untuk merawatnya.
"Apa lagi gampong ini cukup banyak ditemukan, padat sekali, dan bisa dikategorikan sebagai gampong paling padat peninggalan sejarah berupa batu nisan dan ini bisa jadi pusat riset," katanya.
Batu nisan yang ditemukan ini di kompleks perumahan seorang warga bernama Abdurrahman. Hadir juga dalam penelitian ini kolektor naskah kuno, Tarmizi A Hamid dan Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) Mizuar Mahdi.(*)
Sumber: merdeka.com
loading...
Post a Comment