Anggota Densus 88 dan aparat Polres Malang Kota melakukan penggeledahan di kediaman salah satu terduga pengikut ISIS berinisial AHM di Malang Kamis 26 Maret 2015. (VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka) |
NTB - Seorang terduga teroris tewas tertembak dalam operasi penggerebekan aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror di Kecamatan Mpunda, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, pada Senin, 15 Februari 2016.
Operasi penyergapan itu tak berjalan mulus karena dua terduga teroris yang diketahui bernama Fazarudin alias Faris dan Imam melawan aparat. Mereka membalas tembakan peringatan aparat Densus dengan tembakan serupa dan membabibuta. Seorang polisi bahkan terluka akibat tembakan para terduga teroris itu.
Teduga teroris yang ditembak mati adalah Faris. Sedangkan Imam berhasil dibekuk dan sekarang ditahan serta diperiksa di Markas Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB).
Kepala Polda NTB, Brigadir Jenderal Polisi Umar Septono, menjelaskan bahwa lokasi penyergapan itu memang kerap menjadi tempat berlindung bagi para terduga teroris yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah. Tempat itu ditengarai juga sebagai basis kelompok Islam Garis Keras (Igara).
Menurut Kapolda, para terduga teroris itu terlibat penembakan sejumlah polisi di NTB, di antaranya, Kepala Polsek Ambalawi dan dua anggota.
"Ia telah melakukan kekerasan dengan bukti sudah ada. Dulu anggota kita, Kapolsek Ambalawi, juga tertembak meninggal. Kemudian Ipda Hanafi, yang beruntung selamat. Kemudian Bripda Yamani juga meninggal. Jadi dua korban meninggal dan satu luka di daerah itu," kata Kapolda kepada wartawan di Markas Komando Brimob di Mataram.
Kapolda juga membenarkan bahwa aparat telah lama mengintai mereka sampai akhirnya diputuskan disergap. Berdasarkan hasil pemantauan, terduga teroris itu tak pernah terlihat membaur dengan masyarakat.
“Atas nama terduga teroris saudara Fazar, sudah lama diintai namun tidak pernah keluar dari area itu, bahkan dari rumah pun jarang keluar. Akhirnya dilakukan penggerebekan di rumah itu. Kemudian pada saat didobrak melakukan perlawanan dengan menembak," ujarnya.(VIVA)
Operasi penyergapan itu tak berjalan mulus karena dua terduga teroris yang diketahui bernama Fazarudin alias Faris dan Imam melawan aparat. Mereka membalas tembakan peringatan aparat Densus dengan tembakan serupa dan membabibuta. Seorang polisi bahkan terluka akibat tembakan para terduga teroris itu.
Teduga teroris yang ditembak mati adalah Faris. Sedangkan Imam berhasil dibekuk dan sekarang ditahan serta diperiksa di Markas Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB).
Kepala Polda NTB, Brigadir Jenderal Polisi Umar Septono, menjelaskan bahwa lokasi penyergapan itu memang kerap menjadi tempat berlindung bagi para terduga teroris yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah. Tempat itu ditengarai juga sebagai basis kelompok Islam Garis Keras (Igara).
Menurut Kapolda, para terduga teroris itu terlibat penembakan sejumlah polisi di NTB, di antaranya, Kepala Polsek Ambalawi dan dua anggota.
"Ia telah melakukan kekerasan dengan bukti sudah ada. Dulu anggota kita, Kapolsek Ambalawi, juga tertembak meninggal. Kemudian Ipda Hanafi, yang beruntung selamat. Kemudian Bripda Yamani juga meninggal. Jadi dua korban meninggal dan satu luka di daerah itu," kata Kapolda kepada wartawan di Markas Komando Brimob di Mataram.
Kapolda juga membenarkan bahwa aparat telah lama mengintai mereka sampai akhirnya diputuskan disergap. Berdasarkan hasil pemantauan, terduga teroris itu tak pernah terlihat membaur dengan masyarakat.
“Atas nama terduga teroris saudara Fazar, sudah lama diintai namun tidak pernah keluar dari area itu, bahkan dari rumah pun jarang keluar. Akhirnya dilakukan penggerebekan di rumah itu. Kemudian pada saat didobrak melakukan perlawanan dengan menembak," ujarnya.(VIVA)
loading...
Post a Comment