BIREUEN - Pemerintah Kabupaten Bireuen menggerakkan seluruh SKPK untuk menangai banjir bandang Batee Iliek yang terjadi pada Rabu (10/2).
Banjir bandang yang melanda Samalanga turut menerjang Daya Mudi Mesra, belum usai mengatasi bencana dahsyat itu, hujan yang terus mengguyur Kabupaten Bireuen menyebabkan banjir kembali menggenangi enam Kecamatan di Kabupaten Bireuen pada Jum’at (12/2).
Berbeda dengan tindakan pemerintah Kabupaten Bireuen dan Pemerintah Aceh yang langsung menangani korban banjir dan menyerahkan bantuan masa panik, aktivis lingkungan RANGER Batee Iliek justru menulusuri Daerah Aliran Sungai (DAS) Batee Iliek, aktivis lingungan ini menilai, penangan masa panik hanya bersifat sementara dan menjadi kewenangan pemerintah. Empat anggota RANGER Batee Iliek masing-masing Syukri, Salman, Sulaiman dan Ibnu sekitar pukul 11.00 WIB bergerak menelusuri DAS Batee Iliek hingga ke hulu sungai yang terekenal dengan tempat wisata Batee Iliek.
Selai RANGER, aktivis lingkungan Aceh Green Community (AGC) Bireuen juga ikut serta bersama penjelajah asal Samalangan itu. Aktivis AGC yang turut serta bersama RANGER, antara lain, Suhaimi dan Ari.
“Alasan AGC ikut bersama RANGER untuk memastikan banjir bandang yang menerjang Samalangan karena kerusakan lingkungan, selama perjalan kita menemukan huta yang gundul, pembalakan liar dan penambangan pasir yang telah merusak hulu Sungai Batee Iliek,” ucap Suhaimi Minggu (14/2).
Menurutnya, jika pemerintah tidak segera menanggulangi kerusakan hulu Sungai Batee Iliek, banjir bandang yang lebih hebat juga bakal kembali menerjang Samalanga ditahun-tahun mendatang. “Raboisasi sangan diperlukan di hulu Suangai Batee Iliek untuk menanggulangi bencana banjir bandang dimasa medatang,” ucap Suhaimi.
Sementara Ketua RANGER Batee Iliek, Syukri memastikan, kerusakan hulu Sungai Batee Iliek cukup parah, sebelunya hulu Sungai Batee Ilek cukup parah ketimbang hulu Sungai pada tahun 2012 lalu.
“Sejak 2012 kita telah menelusuri DAS Batee Iliek hingga ke hulu, kala itu hulu sungai masih normal, namun beberapa tahun terakhir, setelah adanya kegiatan galian C dan penggalian bantu gajah menyebabkan banjir bandang menerjang Samalanga,” ucap Syukri.
Kata Syukri, dirinya telah berulang kali menyampikan kepada pemerintah terkait kerusakan lingkung karena adanya galian C di hulu sungai Batee Iliek. Kata dia, pemerintah seakan tidak memperdulikan adanya aktivitas yang merusak lingkungan. “Pemerintah tidak merperdulikan laporan kami, padahal kami telah beberapa kali menelusuri DAS Batee Iliek,” ucap Syukri.(*)
Laporan: Abdul Halim
loading...
Post a Comment