Banda Aceh - Pesawat Constant Phoenix WC-135 milik Angkatan Udara AS yang mengalami kerusakan mesin masih menginap di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Aceh Besar sampai Sabtu (1/4), dan ternyata mampu mendeteksi bahan nuklir.
Sebelumnya, jet canggih itu telah mengitari Benua Eropa untuk menangkap partikel udara Iodine-131, hasil dari ledakan bom nuklir.
Pejabat Angkatan Udara AS sempat membantah penempatan WC-135 yang dijuluki sebagai pesawat “the nuclear sniffer” atau pengundus nuklir untuk menyelidiki senjata nuklir Rusia.
Sejumlah media Eropa melaporkan, WC-135 yang dilengkapi peralatan canggih di dalamnya telah mendeteksi kualitas udara di Norwegia, Finlandia, Polandia, Republik Czech, Jerman, Perancis dan Spanyol.
“Misi pesawat telah dimulai sejak musim gugur lalu dan kami akan meneruskan sampai musim panas dan gugur mendatang,” kata Kolonel Jonathan VanNoord, Direktur Operasi di Pusat Aplikasi Teknis AU AS (AFTAC).
“Kami melakukan ini secara rutin dalam empat tahun terakhir ini atau rata-rata 157 hari penerbangan,” katanya pada Rabu (8/3) saat pesawat mendarat di bandara militer Inggris, seperti dilansir sejumlah media Eropa, seperti The Sun co.uk, The Aviation.com, Daily Mail dan lainnya.
AFTAC merupakan markas misi Phoenix Konstan WC-135 untuk mendukung kesepakatan larangan nuklir 1963 yang melarang pengujian senjata nuklir, dengan mendeteksi awan radioaktif.
Pesawat ini hasil modifikasi dari pesawat C-135B yang dilengkapi dengan perangkat aliran melalui eksternal untuk mengumpulkan partikel dan sistem kompresor untuk sampel seluruh udara.
Sampel atmosfer yang dikumpulkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut.
Bencana bom atom terbuka terjadi pada 50-an, termasuk Chernobyl dan Fukushima, Jepang. VanNoord mengatakan kru WC-135 tidak hanya khusus memeriksa radioaktif, tetapi juga memonitor bahan nuklir di seluruh dunia, termasuk pabrik pembangkit listrik nuklir dan rumah sakit.
“Kami perlu mendapatkan latar belakang, sehingga jika suatu peristiwa terjadi, maka kita tahu di mana asalnya, katanya. Kami hanya perlu memastikan bahwa kita mendapatkan latar belakang dan mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia dan perubahan apa yang terjadi di atmosfer,” tambahnya.
Laporan berita sejumlah media Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya telah mengklaim bahwa awak WC-135 sedang menyelidiki senjata nuklir rahasia Rusia di Novaya Zemlya, Kutub Utara, yang akan menjadi pelanggaran terhadap Kesepakatan Nuklir.
Mereka telah melakukan misi contoh udara sepanjang tahun di atas perairan internasional sejak tahun 1965.
WC-135 Constant Phoenix adalah pesawat tujuan khusus yang berasal dari Boeing C-135 dan digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat.
Misinya mengumpulkan sampel dari atmosfer untuk tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi ledakan nuklir. Hal ini juga secara informal disebut sebagai “burung cuaca”.
Sebenarnya bisa saja mengandalkan kemampuan satelit intai super canggih yang mampu merekam citra imaging dari ketinggian luar angkasa.
Namun untuk mendeteksi keberadaan senjata nuklir masih diperlukan pendeteksian langsung di lapangan, dan yang dipercaya untuk misi itu adalah pesawat WC-135 yang hanya ada dua di dunia.
Pesawat yang mengantar mesin untuk pesawat WC-135 akan tiba di Bandara SIM pada hari ini, Minggu (2/4) pagi.
Danlanud SIM, Kolonel Pnb Suliono mengatakan seharusnya pesawat sudah landing di SIM, Sabtu (1/4) sore, namun akibat delay menjadi hari ini, Minggu (2/4) pagi.
Menurutnya, pesawat jenis Galaxy C-5 yang bertugas mengantar mesin pengganti masih delay di Alaska. “Kalau posisi terakhir saya belum konfirmasi, tapi pada Sabtu malam) sudah terbang, karena besok pagi jam 9 mereka sudah sampai disini,” ujar Suliono.
Menurutnya, pesawat pengangkut itu akan membawa mesin, spareparts, dan mekanik untuk perbaikan. Berdasarkan laporannya, pesawat tersebut akan langsung kembali setelah mengantar mesin dan mekanik.
Untuk diketahui, pesawat WC-135 yang mendarat darurat di Bandara SIM akibat kerusakan mesin, sudah memasuki hari ke-10 berada di Aceh.
Pesawat itu mendarat darurat pada Jumat (24/3) siang, dengan mengangkut 20 awak.
Namun pada Minggu (26/3) sebanyak 14 awaknya dijemput kembali ke Diego Garcia.
Lalu pada, Senin (27/3), AS mengirim empat prajurit ke Banda Aceh dengan pesawat komersil untuk menjaga keamanan pesawat.
Saat ini, kru pesawat menginap di Hotel Hermes Palace dan Hoetel The Pade dengan pengawasan pihak keamanan Indonesia.(tribunnews.com)
Sebelumnya, jet canggih itu telah mengitari Benua Eropa untuk menangkap partikel udara Iodine-131, hasil dari ledakan bom nuklir.
Pejabat Angkatan Udara AS sempat membantah penempatan WC-135 yang dijuluki sebagai pesawat “the nuclear sniffer” atau pengundus nuklir untuk menyelidiki senjata nuklir Rusia.
Sejumlah media Eropa melaporkan, WC-135 yang dilengkapi peralatan canggih di dalamnya telah mendeteksi kualitas udara di Norwegia, Finlandia, Polandia, Republik Czech, Jerman, Perancis dan Spanyol.
“Misi pesawat telah dimulai sejak musim gugur lalu dan kami akan meneruskan sampai musim panas dan gugur mendatang,” kata Kolonel Jonathan VanNoord, Direktur Operasi di Pusat Aplikasi Teknis AU AS (AFTAC).
“Kami melakukan ini secara rutin dalam empat tahun terakhir ini atau rata-rata 157 hari penerbangan,” katanya pada Rabu (8/3) saat pesawat mendarat di bandara militer Inggris, seperti dilansir sejumlah media Eropa, seperti The Sun co.uk, The Aviation.com, Daily Mail dan lainnya.
AFTAC merupakan markas misi Phoenix Konstan WC-135 untuk mendukung kesepakatan larangan nuklir 1963 yang melarang pengujian senjata nuklir, dengan mendeteksi awan radioaktif.
Pesawat ini hasil modifikasi dari pesawat C-135B yang dilengkapi dengan perangkat aliran melalui eksternal untuk mengumpulkan partikel dan sistem kompresor untuk sampel seluruh udara.
Sampel atmosfer yang dikumpulkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut.
Bencana bom atom terbuka terjadi pada 50-an, termasuk Chernobyl dan Fukushima, Jepang. VanNoord mengatakan kru WC-135 tidak hanya khusus memeriksa radioaktif, tetapi juga memonitor bahan nuklir di seluruh dunia, termasuk pabrik pembangkit listrik nuklir dan rumah sakit.
“Kami perlu mendapatkan latar belakang, sehingga jika suatu peristiwa terjadi, maka kita tahu di mana asalnya, katanya. Kami hanya perlu memastikan bahwa kita mendapatkan latar belakang dan mengetahui apa yang terjadi di seluruh dunia dan perubahan apa yang terjadi di atmosfer,” tambahnya.
Laporan berita sejumlah media Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya telah mengklaim bahwa awak WC-135 sedang menyelidiki senjata nuklir rahasia Rusia di Novaya Zemlya, Kutub Utara, yang akan menjadi pelanggaran terhadap Kesepakatan Nuklir.
Mereka telah melakukan misi contoh udara sepanjang tahun di atas perairan internasional sejak tahun 1965.
WC-135 Constant Phoenix adalah pesawat tujuan khusus yang berasal dari Boeing C-135 dan digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat.
Misinya mengumpulkan sampel dari atmosfer untuk tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi ledakan nuklir. Hal ini juga secara informal disebut sebagai “burung cuaca”.
Sebenarnya bisa saja mengandalkan kemampuan satelit intai super canggih yang mampu merekam citra imaging dari ketinggian luar angkasa.
Namun untuk mendeteksi keberadaan senjata nuklir masih diperlukan pendeteksian langsung di lapangan, dan yang dipercaya untuk misi itu adalah pesawat WC-135 yang hanya ada dua di dunia.
Pesawat yang mengantar mesin untuk pesawat WC-135 akan tiba di Bandara SIM pada hari ini, Minggu (2/4) pagi.
Danlanud SIM, Kolonel Pnb Suliono mengatakan seharusnya pesawat sudah landing di SIM, Sabtu (1/4) sore, namun akibat delay menjadi hari ini, Minggu (2/4) pagi.
Menurutnya, pesawat jenis Galaxy C-5 yang bertugas mengantar mesin pengganti masih delay di Alaska. “Kalau posisi terakhir saya belum konfirmasi, tapi pada Sabtu malam) sudah terbang, karena besok pagi jam 9 mereka sudah sampai disini,” ujar Suliono.
Menurutnya, pesawat pengangkut itu akan membawa mesin, spareparts, dan mekanik untuk perbaikan. Berdasarkan laporannya, pesawat tersebut akan langsung kembali setelah mengantar mesin dan mekanik.
Untuk diketahui, pesawat WC-135 yang mendarat darurat di Bandara SIM akibat kerusakan mesin, sudah memasuki hari ke-10 berada di Aceh.
Pesawat itu mendarat darurat pada Jumat (24/3) siang, dengan mengangkut 20 awak.
Namun pada Minggu (26/3) sebanyak 14 awaknya dijemput kembali ke Diego Garcia.
Lalu pada, Senin (27/3), AS mengirim empat prajurit ke Banda Aceh dengan pesawat komersil untuk menjaga keamanan pesawat.
Saat ini, kru pesawat menginap di Hotel Hermes Palace dan Hoetel The Pade dengan pengawasan pihak keamanan Indonesia.(tribunnews.com)
loading...
Post a Comment