StatusAceh.Net - Kerkhof adalah bukti gigihnya perjuangan rakyat Aceh melawan serangan Belanda. Di sinilah tempat dimakamkan sekitar 2.200 serdadu Belanda yang tewas selama perang melawan pejuang Aceh. Termasuk empat jenderalnya.
Komplek ini disebut juga Kerkhof Peutjut. Kerkhof secara harfiah artinya halaman gereja atau kuburan, sedang Peutjut adalah Pocut nama panggilan Meurah Pupok, putra mahkota Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jauh sebelum dijadikan kuburan Belanda, di sini sudah duluan ada makam Meurah Pupok dan beberapa orang dekat sultan.
Meurah Pupok meninggal setelah dihukum ayahnya sendiri karena melanggar hukum kerajaan kala itu. Sebelum menghukum mati anaknya, sultan mengatakan “Gadoh aneuk meupat jeurat, godah adat pat tamita (hilang anak tau kuburannya, hilang adat tak bisa dicari lagi).”
Kerkhof Peutjut berada di Kawasan Blower, Kota Banda Aceh tepatnya di belakang Museum Tsunami Aceh. Selain wisatawan domestik, lokasi ini juga kerap dikunjungi turis asing terutama dari Belanda, Jepang dan Malaysia.
Di pintu gerbang Kerkhof pengunjung langsung disapa dengan tulisan dalam bahasa Belanda, Arab Melayu dan Jawa yang artinya “Untuk sahabat kita yang gugur di medan perang”. Mereka tewas sejak invasi pertama usai Belanda mendeklarasikan perang terhadap Aceh sejak 26 Maret 1873.
Pada dindingnya tertera nama-nama serdadu Belanda yang tewas dalam perang di Aceh, lengkap dengan tahun dan lokasi meninggalnya. Tak semua dari Belanda. Sebagian nama yang tertera justru terdiri dari orang pribumi. Mereka diyakini sebagai prajurit Marsose dan pasukan KNIL alias tentara bayaran Belanda yang direkrut dari Ambon, Manado dan Jawa untuk ditugaskan melawan Aceh.
Empat jenderal Belanda yang dikubur di Kerkhof antara lain Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler dan Mayor Jenderal J.L.H. Pel. Kohler adalah pemimpin pasukan Belanda yang tewas ditembak pejuang Aceh dalam pertempuran di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, 14 April 1873.
Dalam Kerkhof pengunjung juga bisa melihat berbagai desain unik kuburan, bahkan sebagian besar diantaranya tertera testimoni singkat yang menceritakan kisah semasa hidup para prajurit itu. Testimoni ini tertulis dalam bahasa Belanda.
Dalam buku panduan kuburan militer Kerkhof Peutjut yang diterbitkan pada tahun 2007, disebutkan dari sekitar 2,200 makam prajurit yang ada di sana, terdapat 35 makam perwira Angkatan Laut Kerajaan dan 118 makam perwira lainnya. Jumlah pasti makam di Peutjut sudah tidak dapat ditemukan lagi karena semua dokumen dan berkasnya hilang sejak pendudukan Jepang pada Maret 1942.
Kerkhof Peutjut kini dikelola oleh Yayasan Dana Peutjut (Stichting Peutjut – Fonds) yang didirikan pada 29 Januari 1976 atas inisiatif J.H.J. Brendgen, seorang kolonel Marsose yang sangat prihatin melihat kondisi makam militer tersebut setelah kunjungannya ke Aceh.(*)
Komplek ini disebut juga Kerkhof Peutjut. Kerkhof secara harfiah artinya halaman gereja atau kuburan, sedang Peutjut adalah Pocut nama panggilan Meurah Pupok, putra mahkota Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jauh sebelum dijadikan kuburan Belanda, di sini sudah duluan ada makam Meurah Pupok dan beberapa orang dekat sultan.
Meurah Pupok meninggal setelah dihukum ayahnya sendiri karena melanggar hukum kerajaan kala itu. Sebelum menghukum mati anaknya, sultan mengatakan “Gadoh aneuk meupat jeurat, godah adat pat tamita (hilang anak tau kuburannya, hilang adat tak bisa dicari lagi).”
Kerkhof Peutjut berada di Kawasan Blower, Kota Banda Aceh tepatnya di belakang Museum Tsunami Aceh. Selain wisatawan domestik, lokasi ini juga kerap dikunjungi turis asing terutama dari Belanda, Jepang dan Malaysia.
Di pintu gerbang Kerkhof pengunjung langsung disapa dengan tulisan dalam bahasa Belanda, Arab Melayu dan Jawa yang artinya “Untuk sahabat kita yang gugur di medan perang”. Mereka tewas sejak invasi pertama usai Belanda mendeklarasikan perang terhadap Aceh sejak 26 Maret 1873.
Pada dindingnya tertera nama-nama serdadu Belanda yang tewas dalam perang di Aceh, lengkap dengan tahun dan lokasi meninggalnya. Tak semua dari Belanda. Sebagian nama yang tertera justru terdiri dari orang pribumi. Mereka diyakini sebagai prajurit Marsose dan pasukan KNIL alias tentara bayaran Belanda yang direkrut dari Ambon, Manado dan Jawa untuk ditugaskan melawan Aceh.
Empat jenderal Belanda yang dikubur di Kerkhof antara lain Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler dan Mayor Jenderal J.L.H. Pel. Kohler adalah pemimpin pasukan Belanda yang tewas ditembak pejuang Aceh dalam pertempuran di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, 14 April 1873.
Dalam Kerkhof pengunjung juga bisa melihat berbagai desain unik kuburan, bahkan sebagian besar diantaranya tertera testimoni singkat yang menceritakan kisah semasa hidup para prajurit itu. Testimoni ini tertulis dalam bahasa Belanda.
Dalam buku panduan kuburan militer Kerkhof Peutjut yang diterbitkan pada tahun 2007, disebutkan dari sekitar 2,200 makam prajurit yang ada di sana, terdapat 35 makam perwira Angkatan Laut Kerajaan dan 118 makam perwira lainnya. Jumlah pasti makam di Peutjut sudah tidak dapat ditemukan lagi karena semua dokumen dan berkasnya hilang sejak pendudukan Jepang pada Maret 1942.
Kerkhof Peutjut kini dikelola oleh Yayasan Dana Peutjut (Stichting Peutjut – Fonds) yang didirikan pada 29 Januari 1976 atas inisiatif J.H.J. Brendgen, seorang kolonel Marsose yang sangat prihatin melihat kondisi makam militer tersebut setelah kunjungannya ke Aceh.(*)
Artikel ini telah tayang di bandaacehtourism.com dengan judul "Kerkhof, Tempat Belanda Mengubur Tentara"
loading...
Post a Comment