![]() |
Salah seorang anak sedang diisolasi di RSJ Kendari akibat perilaku aneh usai mengkonsumsi obat (Kendari Pos/JawaPos.com) |
Kendari - Usai tewasnya Moldi Kurniawan (11) seorang siswa SD dan berperilaku anehnya puluhan anak dan remaja usai mengkosumsi obat membuat kehebohan di Kendari, Sulewesi Tenggara. Setidaknya puluhan anak dan remaja dan beberapa orang dewasa ini dilarikan ke Rumah sakit jiwa karena agresifitas yang mereka lakukan seperti meronta-ronta.
Direktur RSJ Kendari, Abdul Razak mengatakan, belum mengetahui pemicu yang menyebabkan para remaja mendadak seperti orang kurang waras. Fenomena ini kata dia baru terjadi. Menurut dia, langkah dokter saat ini memberikan mereka suntik penenang, agar tak mengamuk. "Jadi, ada yang masuk sejak pagi. Ada yang mendadak mengamuk. Namun adapula yang hanya kaya orang tak waras," jelasnya sebagaimana dilansir dari Kendari Pos (Jawa Pos Group).
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNNK) Kendari, Murniaty membenarkan bahwa data pasien di RSJ sudah mencapai 32 orang. Jumlah data ini didata BNNK untuk mengetahui penyebab pasti apa yang dikonsumsi para pasien.
Murniaty menyebutkan, belum mengetahui jelas, obat apa yang dikonsumsi. Namun berdasarkan hasil tes urine kepada tiga orang pasien, hasilnya justru negatif. Kesimpulannya kata dia, tidak ada kandungan narkoba dalam obat tersebut. "Ini aneh. Tapi kami terus berkoordinasi dengan BPOM untuk mengungkap kepastiannya," kata Murniaty.
Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Sultra, AKBP Bagus Hari Cahyono menambahkan, pihaknya akan mengambil sampel dulu. Nantinya, sampel tersebut akan dibawa ke BPOM untuk diuji. "Untuk korban, sebagian sudah bisa keluar dan rawat jalan," ujarnya.
Kapolres Kendari, AKBP Jemi Junaidi menambahkan, hingga saat ini polisi belum menerima laporan soal kasus ini. Yang terpenting, kata mantan Kapolres Konawe ini, kasus ini akan diungkap secepat mungkin. Karena ini sangat membahayakan nyawa manusia. "Sekarang masih tahap meminta keterangan kepada pasien," jelasnya.
Soal PCC dan Somadril, Petugas BPOM Adila Pabbabari menerangkan, bahwa kedua obat ini berbeda. Lembaganya memang pernah beberapa kali diminta kepolisian untuk menguji lab dua obat tersebut. Untuk Somadril kandunganya lebih kepada Carisoprodol. Sementara PCC tidak. Namun kandungan kedua obat ini sangat berbahaya dan dilarang untuk dikonsumsi secara berlebihan.
Carisoprodol adalah obat dengan fungsi untuk mengatasi nyeri dan ketegangan otot. Obat ini tergolong mucle relaxants (pelemas otot). Obat ini bekerja pada jaringan saraf dan otak yang mampu merilekskan otot. Soal kasus yang menimpa puluhan remaja dibeberapa rumah sakit, dia mengaku sudah menurunkan tim untuk membantun BNN dan Kepolisian. "Kami juga belum tahu obat apa yang dikonsumsi. Kecuali kalau sudah ada sampel, baru bisa kita uji lab," imbuhnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi BNN Provinsi Sultra, La Mala mengaku pihaknya belum mengetahui secara pasti jenis obat yang dikonsumsi para remaja tersebut. Hanya saja dari pengakuan mereka, bisa jadi memang dari jenis PCC. "Kami masih selidiki apa penyebabkan. Hanya memang, kuat dugaan mereka mengkonsumsi obat PCC, Tramadol dan juga Somadril. Namun untuk kepastiannya kami masih selidiki semuanya,” ungkapnya.
Hingga pukul 18.00 wita, tercatat ada 32 anak remaja yang dilarikan di rumah sakit jiwa (RSJ) Kendari, kemarin. Kemudian, 4 orang dirawat di RS Bhayangkara (termasuk Moldi-Red), 1 dari RSUD Abunawas, 1 RS Korem dan 2 lainnya dirawat di RS Bahteramas. Total, jumlah pasien yang mengalami kejang-kejang tersebut berjumlah 40 orang. | Jawapost
Direktur RSJ Kendari, Abdul Razak mengatakan, belum mengetahui pemicu yang menyebabkan para remaja mendadak seperti orang kurang waras. Fenomena ini kata dia baru terjadi. Menurut dia, langkah dokter saat ini memberikan mereka suntik penenang, agar tak mengamuk. "Jadi, ada yang masuk sejak pagi. Ada yang mendadak mengamuk. Namun adapula yang hanya kaya orang tak waras," jelasnya sebagaimana dilansir dari Kendari Pos (Jawa Pos Group).
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNNK) Kendari, Murniaty membenarkan bahwa data pasien di RSJ sudah mencapai 32 orang. Jumlah data ini didata BNNK untuk mengetahui penyebab pasti apa yang dikonsumsi para pasien.
Murniaty menyebutkan, belum mengetahui jelas, obat apa yang dikonsumsi. Namun berdasarkan hasil tes urine kepada tiga orang pasien, hasilnya justru negatif. Kesimpulannya kata dia, tidak ada kandungan narkoba dalam obat tersebut. "Ini aneh. Tapi kami terus berkoordinasi dengan BPOM untuk mengungkap kepastiannya," kata Murniaty.
Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Sultra, AKBP Bagus Hari Cahyono menambahkan, pihaknya akan mengambil sampel dulu. Nantinya, sampel tersebut akan dibawa ke BPOM untuk diuji. "Untuk korban, sebagian sudah bisa keluar dan rawat jalan," ujarnya.
Kapolres Kendari, AKBP Jemi Junaidi menambahkan, hingga saat ini polisi belum menerima laporan soal kasus ini. Yang terpenting, kata mantan Kapolres Konawe ini, kasus ini akan diungkap secepat mungkin. Karena ini sangat membahayakan nyawa manusia. "Sekarang masih tahap meminta keterangan kepada pasien," jelasnya.
Soal PCC dan Somadril, Petugas BPOM Adila Pabbabari menerangkan, bahwa kedua obat ini berbeda. Lembaganya memang pernah beberapa kali diminta kepolisian untuk menguji lab dua obat tersebut. Untuk Somadril kandunganya lebih kepada Carisoprodol. Sementara PCC tidak. Namun kandungan kedua obat ini sangat berbahaya dan dilarang untuk dikonsumsi secara berlebihan.
Carisoprodol adalah obat dengan fungsi untuk mengatasi nyeri dan ketegangan otot. Obat ini tergolong mucle relaxants (pelemas otot). Obat ini bekerja pada jaringan saraf dan otak yang mampu merilekskan otot. Soal kasus yang menimpa puluhan remaja dibeberapa rumah sakit, dia mengaku sudah menurunkan tim untuk membantun BNN dan Kepolisian. "Kami juga belum tahu obat apa yang dikonsumsi. Kecuali kalau sudah ada sampel, baru bisa kita uji lab," imbuhnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi BNN Provinsi Sultra, La Mala mengaku pihaknya belum mengetahui secara pasti jenis obat yang dikonsumsi para remaja tersebut. Hanya saja dari pengakuan mereka, bisa jadi memang dari jenis PCC. "Kami masih selidiki apa penyebabkan. Hanya memang, kuat dugaan mereka mengkonsumsi obat PCC, Tramadol dan juga Somadril. Namun untuk kepastiannya kami masih selidiki semuanya,” ungkapnya.
Hingga pukul 18.00 wita, tercatat ada 32 anak remaja yang dilarikan di rumah sakit jiwa (RSJ) Kendari, kemarin. Kemudian, 4 orang dirawat di RS Bhayangkara (termasuk Moldi-Red), 1 dari RSUD Abunawas, 1 RS Korem dan 2 lainnya dirawat di RS Bahteramas. Total, jumlah pasien yang mengalami kejang-kejang tersebut berjumlah 40 orang. | Jawapost
loading...
Post a Comment