![]() |
Para warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan di Rakhine, Myanmar. Foto/REUTERS/Danish Siddiqui |
YANGON - Kelompok pemberontak Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) mengumumkan gencatan senjata unilateral selama sebulan dalam perang melawan tentara Myanmar. Tujuannya, untuk memberikan kesempatan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan menolong warga Rohingya di Rakhine.
Gencatan senjata diumumkan ARSA pada hari Sabtu dalam sebuah pernyataan. Gencatan senjata berlaku mulai hari Minggu (10/9/2017).
Pemerintah dan militer Myanmar selama ini menyalahkan kelompok ARSA atas kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine atau Arakan.
”ARSA sangat menganjurkan semua aktor kemanusiaan yang peduli untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan mereka kepada semua korban krisis kemanusiaan, terlepas dari latar belakang etnis atau agama selama periode gencatan senjata,” kata kelompok gerilyawan tersebut, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Dalam pernyataan, ARSA juga meminta militer Myanmar untuk sementara meletakkan senjatanya.
Hampir 300.000 orang Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh. Sedangkan sekitar 30.000 warga sipil non-Muslim di Rakhine telah dipindahkan ke wilayah Myanmar yang lebih aman setelah militer melancarkan serangan balik menyusul serangan ARSA terhadap 30 pos polisi dan sebuah pangkalan militer pada 25 Agustus lalu yang menewaskan 12 petugas.
Para saksi mata mengatakan beberapa desa Rohingya telah terbakar habis sejak operasi pasukan keamanan Myanmar diluncurkan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memperingatkan risiko terjadinya pembersihan etnis jika kekerasan berlanjut di Rakhine. Guterres meminta otoritas negara tersebut untuk mengakhiri kekerasan terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. | Sindonews
Gencatan senjata diumumkan ARSA pada hari Sabtu dalam sebuah pernyataan. Gencatan senjata berlaku mulai hari Minggu (10/9/2017).
Pemerintah dan militer Myanmar selama ini menyalahkan kelompok ARSA atas kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine atau Arakan.
”ARSA sangat menganjurkan semua aktor kemanusiaan yang peduli untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan mereka kepada semua korban krisis kemanusiaan, terlepas dari latar belakang etnis atau agama selama periode gencatan senjata,” kata kelompok gerilyawan tersebut, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Dalam pernyataan, ARSA juga meminta militer Myanmar untuk sementara meletakkan senjatanya.
Hampir 300.000 orang Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh. Sedangkan sekitar 30.000 warga sipil non-Muslim di Rakhine telah dipindahkan ke wilayah Myanmar yang lebih aman setelah militer melancarkan serangan balik menyusul serangan ARSA terhadap 30 pos polisi dan sebuah pangkalan militer pada 25 Agustus lalu yang menewaskan 12 petugas.
Para saksi mata mengatakan beberapa desa Rohingya telah terbakar habis sejak operasi pasukan keamanan Myanmar diluncurkan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memperingatkan risiko terjadinya pembersihan etnis jika kekerasan berlanjut di Rakhine. Guterres meminta otoritas negara tersebut untuk mengakhiri kekerasan terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. | Sindonews
loading...
Post a Comment