![]() |
Keluarga habibie |
StatusAceh.Net - Beberapa hari yang lalu (4/3/2016), terdengar kabar bahwa mantan presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Habibie dirawat di rumah sakit lantaran terserang infeksi bakteri. Namun, syukurlah kesehatan sang profesor pesawat terbang ini berangsur-angsur membaik. Hal ini diinformasikan lewat akun Facebook The Habibie Center.
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 ini disebut-sebut sebagai presiden terpintar di dunia. Habibie adalah salah satu ilmuwan di bidang penerbangan yang berhasil menciptakan pesawat terbang pertama buatan Indonesia CN-235 dan N-250. Pria yang lama tinggal di Jerman ini juga merupakan pencetus teori keretakan pesawat yang kondang dengan sebutan ‘Faktor Habibie’ untuk menciptakan pesawat yang sangat aman untuk penerbangan.
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 ini disebut-sebut sebagai presiden terpintar di dunia. Habibie adalah salah satu ilmuwan di bidang penerbangan yang berhasil menciptakan pesawat terbang pertama buatan Indonesia CN-235 dan N-250. Pria yang lama tinggal di Jerman ini juga merupakan pencetus teori keretakan pesawat yang kondang dengan sebutan ‘Faktor Habibie’ untuk menciptakan pesawat yang sangat aman untuk penerbangan.
Perjuangan yang Tidak Mudah: Hidup Susah Selama Menempuh Pendidikan
Sosok Habibie bukanlah seorang yang terlahir kaya-raya dan bergelimang harta. Ia berasal dari keluarga sederhana. Habibie mengaku menjalani hidup susah selama kuliah di Jerman. Ia sering kelaparan karena tidak mempunyai makanan. Maklum, ia tidak memperoleh beasiswa penuh dan hanya mengandalkan kirimaan uang dari sang ibu. Namun Habibie tidak hanya berdiam diri. Ketika musim libur tiba, ia sibuk mencari pekerjaaan paruh waktu untuk biaya hidupnya di Jerman.
Anak ke-4 dari Nyonya R.A. Tuti Marini Puspowardojo ini memiliki kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Habibie menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Jerman. Ia berhasil mendapatkan gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude. Rata-rata nilai mata kuliahnya 10. (12:50);
Presatsi ini membuatnya dipercaya jadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB).
Baca selanjutnya
loading...
Post a Comment