StatusAceh.Net - Konflik Aceh yang berkempajangan yang dimulai dari tahun 1965 hingga masa Daerah Operasi Militer (DOM) dan darurat militer yang berakhir pada tahun 2004 lalu menjadi kenangan pahit bagi masyarakat Aceh, khususnya bagi pasukan gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang saat itu menghadapi militer Indonesia untuk memperjuangkan kedaulatan Aceh. dan diperkirakan Aceh terlibat konflik dengan Indonesia berjalan selama 29 tahun yang merenggut hampir 15 ribu korban jiwa.
Konflik Aceh berakhir setelah adanya perundingan di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. pada waktu itu Indonesia diwakili Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, sedangkan GAM mengutuskan Malik Mahmud Al Haytar untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).
Salah seorang eks kombatan GAM Zulfakri dengan kata sandinya Aneuk Geutu dimasa darurat militer (Konflik Aceh 2003-2005) mengisahkan dirinya ketika bergabung dengan pasukan GAM,
Pada saat itu tepatnya tanggal 4 Desember 2000, Zulfakri bergabung dengan Militer GAM, dia diberi nama Aneuk Geutu karena diantara sekian ribu pasukan GAM hanya dialah yang paling kecil, pada saat itu usiannya masih 15 tahun, dan bergabung dengan pasukan gajah meulangue yang dibekali senjata AK 46.
Selain fanatik kedaulatan Aceh, alasan Aneuk Geutu Masuk GAM tidak lain karena keluarganya dibantai dan rumahnya dibakar oleh Militer Indonesia (TNI/Polri)yang berada di gampong Paloh Punti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe.
Kala itu orang tuannya yang bernama Sulaiman bin Ibrahim alias Teungku Leman Panyang yang merupakan panglima komandan operasi Militer wilayah pasee syahid dalam pertempuran di paya Cot Trieng, Paloh Punti pada massa Aceh dalam status Darurat Militer.
Selain itu, Abang kandungnya yang bernama Mahdi juga anggota GAM syahid dalam pertempuran dengan militer Indonesia di kawasan lindek gampong Seumirah, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.
Selanjutnya Abang sepupunya yang bernama Azhar di Paloh punti juga ikut syahid dalam pertempuran Ujong Pacu, Lhokaeumawe.
Menurutnya ada 21 anggota keluarganya yang syahid di masa konflik Aceh 2003 silam, untuk data yang pasti peristiwa tersebut Aneuk Geutu tidak lagi tersimpan dalam memori ingatannya, itu diakibatkan karena semua kelurganya Syahid.
Aneuk Geutu adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, namun yang kedua abangnya dan Ayahnya Syahid dalam pertempuran antara GAM dan TNI/Polri, dia hanya tinggal seorang diri.
Pengalaman Aneuk Geutu dalam bertempur semasa konflik mempunyai keahlian dalam merakit bom dan bergerilya, wilayah tempur yang dialaminya diantaranya paloh punti Lhokseumawe dan Nisam Antara dan Nisam.
Teka teki perjuangan terjawab ketika matanya terbuka dari bangun tidurnya pada 15 Agustus 2004 yang bahwa GAM dan RI telah menandatangi perjanjian damai di Finlandia.
"Pada waktu itu saya lagi tidur di rumah untuk menjaga senjata-senjata yang di titip oleh keluarga saya beserta amunisi dan berbagai alat praga militer di rumah dan pas kebutulan abang saya (Pasukan GAM) pulang untuk menginformasikan bahwa Aceh sudah damai," kisahnya.
Mengenai wacana Referendum, Aneuk Geutu sangat mendukung apalagi itu perintah dari panglima GAM yakni Muzakir Manaf alias Muallem.
"Terkait wacana Referendum Saya dari pihak korban konflik atawa kombatan siap sepenuhnya untuk mendukung penutoh sang pimpinan perang yaitu Muallem,"cetus Aneuk Geutu.(Red)
Konflik Aceh berakhir setelah adanya perundingan di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. pada waktu itu Indonesia diwakili Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, sedangkan GAM mengutuskan Malik Mahmud Al Haytar untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).
Salah seorang eks kombatan GAM Zulfakri dengan kata sandinya Aneuk Geutu dimasa darurat militer (Konflik Aceh 2003-2005) mengisahkan dirinya ketika bergabung dengan pasukan GAM,
Pada saat itu tepatnya tanggal 4 Desember 2000, Zulfakri bergabung dengan Militer GAM, dia diberi nama Aneuk Geutu karena diantara sekian ribu pasukan GAM hanya dialah yang paling kecil, pada saat itu usiannya masih 15 tahun, dan bergabung dengan pasukan gajah meulangue yang dibekali senjata AK 46.
Selain fanatik kedaulatan Aceh, alasan Aneuk Geutu Masuk GAM tidak lain karena keluarganya dibantai dan rumahnya dibakar oleh Militer Indonesia (TNI/Polri)yang berada di gampong Paloh Punti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe.
Kala itu orang tuannya yang bernama Sulaiman bin Ibrahim alias Teungku Leman Panyang yang merupakan panglima komandan operasi Militer wilayah pasee syahid dalam pertempuran di paya Cot Trieng, Paloh Punti pada massa Aceh dalam status Darurat Militer.
Selain itu, Abang kandungnya yang bernama Mahdi juga anggota GAM syahid dalam pertempuran dengan militer Indonesia di kawasan lindek gampong Seumirah, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.
Selanjutnya Abang sepupunya yang bernama Azhar di Paloh punti juga ikut syahid dalam pertempuran Ujong Pacu, Lhokaeumawe.
Menurutnya ada 21 anggota keluarganya yang syahid di masa konflik Aceh 2003 silam, untuk data yang pasti peristiwa tersebut Aneuk Geutu tidak lagi tersimpan dalam memori ingatannya, itu diakibatkan karena semua kelurganya Syahid.
Aneuk Geutu adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, namun yang kedua abangnya dan Ayahnya Syahid dalam pertempuran antara GAM dan TNI/Polri, dia hanya tinggal seorang diri.
Pengalaman Aneuk Geutu dalam bertempur semasa konflik mempunyai keahlian dalam merakit bom dan bergerilya, wilayah tempur yang dialaminya diantaranya paloh punti Lhokseumawe dan Nisam Antara dan Nisam.
Teka teki perjuangan terjawab ketika matanya terbuka dari bangun tidurnya pada 15 Agustus 2004 yang bahwa GAM dan RI telah menandatangi perjanjian damai di Finlandia.
"Pada waktu itu saya lagi tidur di rumah untuk menjaga senjata-senjata yang di titip oleh keluarga saya beserta amunisi dan berbagai alat praga militer di rumah dan pas kebutulan abang saya (Pasukan GAM) pulang untuk menginformasikan bahwa Aceh sudah damai," kisahnya.
Mengenai wacana Referendum, Aneuk Geutu sangat mendukung apalagi itu perintah dari panglima GAM yakni Muzakir Manaf alias Muallem.
"Terkait wacana Referendum Saya dari pihak korban konflik atawa kombatan siap sepenuhnya untuk mendukung penutoh sang pimpinan perang yaitu Muallem,"cetus Aneuk Geutu.(Red)
loading...
Post a Comment