Ilustrasi |
StatusAceh.Net - Tsunami yang menghantam Aceh pada 2004 lalu tak hanya menyapu bersih tempat tinggal warga, tapi juga bioskop-bioskop di Tanah Rencong.
Tak ada lagi Bioskop Rex dan Thung Fang di daerah Peunayong, juga Bioskop Faruda di Jalan Imam Bonjol, Banda Aceh.
Seiring dengan penerapan syariat di Aceh pada 2001, harapan untuk membangun kembali bioskop-bioksop tersebut pun sirna.
Minat masyarakat Aceh untuk menyaksikan film di layar lebar sebenarnya cukup tinggi. Seorang warga Banda Aceh, Rizal (40), ingat betul dulu bioskop sangat digemari karena menjadi sumber hiburan untuk warga.
Rizal mengenang, dulu bioskop hanya diperbolehkan untuk warga yang sudah berusia 17 tahun ke atas. Setiap akhir pekan, kata dia, pasti ramai.
"Karena tidak ada hiburan lain, dulu bioskop jadi sarana hiburan warga. Selalu ramai," kata Rizal saat ditemui di salah satu warung kopi di Banda Aceh.
Semenjak tidak ada bioskop, warga rela menempuh perjalanan panjang ke Medan hanya untuk menonton film-film terbaru. Sebagian dari mereka bahkan menjadwalkan khusus ke Medan.
Amelia (26) misalnya, hampir setiap dua bulan sekali menyempatkan diri ke Medan, hanya untuk menonton di bioskop. Ia pun rela merogoh kocek cukup dalam untuk menyaksikan film kegemarannya.
"Hampir dua bulan sekali. Namanya juga hobi, tapi kalau ada film terbaru, bisa jadi sebulan sekali ke Medan," ujarnya.
Mereka pun ingin wacana pembangunan bioskop di Aceh dapat diwujudkan. Para warga tak masalah jika memang nantinya harus dipisah antara penonton laki-laki dan perempuan.
"Berharap sih ada, tapi ini wacana pembangunan sudah lama, tapi kini belum juga dibangun. Bioskop ini bisa jadi sarana hiburan warga," kata Rizal.
Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, sendiri mengatakan bahwa pihaknya bukan tidak setuju dengan kehadiran bioskop di ibu kota Provinsi Aceh tersebut.
Namun, saat ini pihakya masih melakukan penelitian di negara Islam yang maju untuk melihat sistem pembangunan bioskop tanpa menghilangkan karakter Islami kota dan tetap menjunjung syariat Islam.
Setelah penelitian, pihaknya harus menunggu restu Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, untuk bisa membangun bioskop di Tanah Rencong.
"Setelah penelitian, kita juga harus kordinasi dengan MPU (tunggu restu ulama)," katanya. | CNN
Tak ada lagi Bioskop Rex dan Thung Fang di daerah Peunayong, juga Bioskop Faruda di Jalan Imam Bonjol, Banda Aceh.
Seiring dengan penerapan syariat di Aceh pada 2001, harapan untuk membangun kembali bioskop-bioksop tersebut pun sirna.
Minat masyarakat Aceh untuk menyaksikan film di layar lebar sebenarnya cukup tinggi. Seorang warga Banda Aceh, Rizal (40), ingat betul dulu bioskop sangat digemari karena menjadi sumber hiburan untuk warga.
Rizal mengenang, dulu bioskop hanya diperbolehkan untuk warga yang sudah berusia 17 tahun ke atas. Setiap akhir pekan, kata dia, pasti ramai.
"Karena tidak ada hiburan lain, dulu bioskop jadi sarana hiburan warga. Selalu ramai," kata Rizal saat ditemui di salah satu warung kopi di Banda Aceh.
Semenjak tidak ada bioskop, warga rela menempuh perjalanan panjang ke Medan hanya untuk menonton film-film terbaru. Sebagian dari mereka bahkan menjadwalkan khusus ke Medan.
Amelia (26) misalnya, hampir setiap dua bulan sekali menyempatkan diri ke Medan, hanya untuk menonton di bioskop. Ia pun rela merogoh kocek cukup dalam untuk menyaksikan film kegemarannya.
"Hampir dua bulan sekali. Namanya juga hobi, tapi kalau ada film terbaru, bisa jadi sebulan sekali ke Medan," ujarnya.
Mereka pun ingin wacana pembangunan bioskop di Aceh dapat diwujudkan. Para warga tak masalah jika memang nantinya harus dipisah antara penonton laki-laki dan perempuan.
"Berharap sih ada, tapi ini wacana pembangunan sudah lama, tapi kini belum juga dibangun. Bioskop ini bisa jadi sarana hiburan warga," kata Rizal.
Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, sendiri mengatakan bahwa pihaknya bukan tidak setuju dengan kehadiran bioskop di ibu kota Provinsi Aceh tersebut.
Namun, saat ini pihakya masih melakukan penelitian di negara Islam yang maju untuk melihat sistem pembangunan bioskop tanpa menghilangkan karakter Islami kota dan tetap menjunjung syariat Islam.
Setelah penelitian, pihaknya harus menunggu restu Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, untuk bisa membangun bioskop di Tanah Rencong.
"Setelah penelitian, kita juga harus kordinasi dengan MPU (tunggu restu ulama)," katanya. | CNN
loading...
Post a Comment