![]() |
Butiran es yang mewarnai hujan deras di Kabupaten Pidie, Aceh, Selasa (5/3/2019). | Badan Penanggulangan Bencana Aceh |
StatusAceh.Net - Fenomena hujan es terjadi di Dusun Geunie, Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh, Selasa (5/3/2019) sekitar pukul 15.00 WIB. Butiran es sebesar kerikil itu terjadi selama satu jam dan disertai angin kencang sehingga merusak enam rumah warga.
Muntazar, warga Gampong Lhok Keutapang, mengatakan dirinya berada di dalam rumah ketika hujan deras melanda kawasan tersebut. Awalnya ia terkejut mendengar suara dentuman keras dari atap rumah.
"Saya kira memang ada orang yang melempari batu ke atas rumah ketika hujan turun, biasanya suara hujan tidak sebesar dentuman begitu," ujarnya ketika dihubungi Beritagar.id, Selasa (5/3) malam.
Mendengar dentuman keras tersebut, Muntazar langsung memeriksa kondisi di luar rumah. Ia sempat heran melihat hujan deras, tetapi butirannya sebesar kerikil. "Ternyata hujan es," tutur dia.
Menurut Muntazar, hujan es turun sekitar satu jam hingga kemudian mereda sebentar. Pascareda, hujan kembali mengguyur deras, tapi tanpa diserta butiran es.
Hujan es yang melanda wilayah pegunungan tersebut disertai angin kencang. "Angin kencang terjadi bersamaan, yang turut menumbangkan sejumlah pohon dan menimpa rumah warga," kata Muntazar.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek, mengatakan pascakejadian itu enam rumah warga rusak di Gampong Lhok Keutapang. Kerusakan itu bukan disebabkan oleh hujan es, tetapi karena diterpa angin kencang atau tertimpa pohon tumbang.
"Enam rumah rusak itu, rinciannya dua rumah rusak berat, dua rusak sedang, dan dua rusak ringan," kata Dadek dalam keterangan tertulis kepada jurnalis, Selasa.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Klimatologi (BMKG) Blang Bintang, Aceh Besar, Zakaria, mengatakan hujan es merupakan fenomena yang terjadi akibat posisi awan kumulonimbus rendah. Selain itu, di bawah awan kumulonimbus, suhu udara relatif dingin.
Oleh karenanya, ketika hujan turun, kata Zakaria, es tidak sempat mencair karena terlanjur mencapai permukaan bumi. "Sehingga masih dalam bentuk es, makanya disebut hujan es," tutur Zakaria kepada Beritagar.id.
Zakaria menambahkan, hujan es biasanya terjadi di wilayah ketinggian dan sifatnya lokal --tidak meluas. Selain itu, menurut dia, setiap hujan es disertai angin kencang. "Setiap hujan es memang disertai angin kencang, kebanyakan terjadi memang begitu," ujarnya.
Muntazar, warga Gampong Lhok Keutapang, mengatakan dirinya berada di dalam rumah ketika hujan deras melanda kawasan tersebut. Awalnya ia terkejut mendengar suara dentuman keras dari atap rumah.
"Saya kira memang ada orang yang melempari batu ke atas rumah ketika hujan turun, biasanya suara hujan tidak sebesar dentuman begitu," ujarnya ketika dihubungi Beritagar.id, Selasa (5/3) malam.
Mendengar dentuman keras tersebut, Muntazar langsung memeriksa kondisi di luar rumah. Ia sempat heran melihat hujan deras, tetapi butirannya sebesar kerikil. "Ternyata hujan es," tutur dia.
Menurut Muntazar, hujan es turun sekitar satu jam hingga kemudian mereda sebentar. Pascareda, hujan kembali mengguyur deras, tapi tanpa diserta butiran es.
Hujan es yang melanda wilayah pegunungan tersebut disertai angin kencang. "Angin kencang terjadi bersamaan, yang turut menumbangkan sejumlah pohon dan menimpa rumah warga," kata Muntazar.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek, mengatakan pascakejadian itu enam rumah warga rusak di Gampong Lhok Keutapang. Kerusakan itu bukan disebabkan oleh hujan es, tetapi karena diterpa angin kencang atau tertimpa pohon tumbang.
"Enam rumah rusak itu, rinciannya dua rumah rusak berat, dua rusak sedang, dan dua rusak ringan," kata Dadek dalam keterangan tertulis kepada jurnalis, Selasa.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Klimatologi (BMKG) Blang Bintang, Aceh Besar, Zakaria, mengatakan hujan es merupakan fenomena yang terjadi akibat posisi awan kumulonimbus rendah. Selain itu, di bawah awan kumulonimbus, suhu udara relatif dingin.
Oleh karenanya, ketika hujan turun, kata Zakaria, es tidak sempat mencair karena terlanjur mencapai permukaan bumi. "Sehingga masih dalam bentuk es, makanya disebut hujan es," tutur Zakaria kepada Beritagar.id.
Zakaria menambahkan, hujan es biasanya terjadi di wilayah ketinggian dan sifatnya lokal --tidak meluas. Selain itu, menurut dia, setiap hujan es disertai angin kencang. "Setiap hujan es memang disertai angin kencang, kebanyakan terjadi memang begitu," ujarnya.
Puting Beliung di Pidie Jaya
Selain hujan es dan angin kencang, bencana angin puting beliung juga terjadi pada Selasa sore di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Data yang diperoleh dari BPBA, akibat kejadian itu dua unit rumah warga rusak.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Dua rumah warga rusak berada di dua tempat berbeda: Gampong Bale Ulim, Kecamatan Ulim dan Gampong Jurong Ara, Kecamatan Jangka Buya.
Kejadian itu mengakibatkan listrik padam di Gampong Jurong Ara. "Keadaan sudah kondusif, tetapi listrik masih padam di Jurong Ara," kata Dadek, Selasa malam.
Fenomena angin kencang dan hujan deras ini sudah diperkirakan BMKG akhir pekan lalu. Menurut BMKG, ada potensi hujan tinggi di seluruh Indonesia pada periode 2-8 Maret.
Penyebabnya adalah keberadaan aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia. MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur sehingga dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
Di sebelah barat Samudera Hindia juga terdapat pola pergerakan angin akibat sirkulasi siklon di bagian sebelah barat garis pantai Sumatra. Itu sebabnya hujan deras bahkan bisa berlangsung hingga pertengahan Maret yang disertai dengan angin kencang pula dan menyebabkan ombak bisa mencapai 4 meter.(*)
Selain hujan es dan angin kencang, bencana angin puting beliung juga terjadi pada Selasa sore di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Data yang diperoleh dari BPBA, akibat kejadian itu dua unit rumah warga rusak.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Dua rumah warga rusak berada di dua tempat berbeda: Gampong Bale Ulim, Kecamatan Ulim dan Gampong Jurong Ara, Kecamatan Jangka Buya.
Kejadian itu mengakibatkan listrik padam di Gampong Jurong Ara. "Keadaan sudah kondusif, tetapi listrik masih padam di Jurong Ara," kata Dadek, Selasa malam.
Fenomena angin kencang dan hujan deras ini sudah diperkirakan BMKG akhir pekan lalu. Menurut BMKG, ada potensi hujan tinggi di seluruh Indonesia pada periode 2-8 Maret.
Penyebabnya adalah keberadaan aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia. MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur sehingga dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
Di sebelah barat Samudera Hindia juga terdapat pola pergerakan angin akibat sirkulasi siklon di bagian sebelah barat garis pantai Sumatra. Itu sebabnya hujan deras bahkan bisa berlangsung hingga pertengahan Maret yang disertai dengan angin kencang pula dan menyebabkan ombak bisa mencapai 4 meter.(*)
Sumber: beritagar.id
loading...
Post a Comment