Pada 24 November 1945 atau dua bulan tujuh hari setelah Kemerdekaan RI diproklamirkan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan gagah berani menghadang kereta api yang digunakan serdadu Jepang. Perang sengit pun terjadi sehingga sejumlah anggota TKR pun menjadi syuhada.
Peristiwa sejarah tersebut terjadi di Simpang Keude Cunda, Kecamatan Muara Satu, Lhpkseumawe. Untuk mengenang sejarah puluhan tahun lalu itu, maka dibangun tugu. Namun dalam satu tahun terakhir, tugu tersebut sudah dipugar dan kini terlihat sangat indah.
Di tengah tugu itu terdapat ukiran tulisan "Pertempuran Antara T.K.R /Rakjat Melawan Tentara Djepang tgl 24 -11-1945. Dibawahnya juga tertulis "Peristiwa prang di Tjunda pada 24 November 1945, Antara Rakjat Tjunda Melawan Tentara Djepang jang Dipimpin oleh Teuku Ibrahim Agoeng Panglima Prang Tjunda, Dibawah Koordinasi Teuku Chik Muhammad Said Selaku Radja Tjunda. Dalam peristiwa ini banyak syuhada gugur diantaranya Abu Jurumudi Puhan, Tgk Ali Daka, dan Tgk Nek Bentara, dan lainnya.
Dengan keindahan tugu itu, kini mulai banyak warga yang datang ke lokasi untuk berfoto. Peutuh Peut Keude Cunda, Nurdin menceritakan, untuk saat ini, para pelaku sejarah yang mereka kenal sudah meninggal dunia. Namun sesuai cerita para pelaku sejarah dulunya kepada mereka, tempat pertempuran tersebut merupakan lokasi pemisahan jalur kereta api. Satu jalur melaju ke barat dan satu lagi ke timur.
Kala itu, para pejuang dengan menggunakan berbagai senjata tajam seperti pedang, menghadang kereta api yang digunakan tentara Jepang. "Perang berlangsung beberapa hari, sehingga beberapa pejuang kita gugur dalam pertempuran tersebut," ungkap Nurdin.
Untuk mengenang sejarah itu, puluhan tahun lalu memang sempat dibuat tugu. Namun bentuknya sederhana. Bahkan sempat tertutup dengan adanya sejumlah bangunan masyarakat. "Tugu kini sudah dipugar. Bentuknya pun sangat indah. Sehingga sudah mulai ada warga yang datang walaupun hanya sekedar berfoto," pungkas Nurdin
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com
loading...
Post a Comment