![]() |
Pony, orangutan yang pernah dijadikan pelacur untuk manusia di sebuah rumah bordil di Kalimantan. Foto/BOSF |
StatusAceh.Net - Kisah mengerikan tentang orangutan betina di Kalimantan yang dijadikan pelacur di sebuah rumah bordil memicu kemarahan kelompok konservasionis. Layaknya manusia, hewan itu dipekerjakan untuk berhubungan seks dengan para pria.
Kisah penyelamatan para konservasionis itu diulas media Inggris. Sebelum diselamatkan, orangutan bernama Pony dirantai dan digunakan sebagai pelacur di sebuah rumah bordil di Kareng Pangi, Kalimantan Tengah.
Pony diambil dari hutan di Kalimaantan saat masih bayi. Hewan itu kemudian dibesarkan. Pony dicukur setiap hari dan berulang kali diperkosa oleh para pria yang mengunjungi di rumah bordil.
Primata itu juga dipaksa memakai perhiasan, parfum dan belajar untuk berputar ketika "klien" mendekat.
Sekarang, di tangan para penyelamatnya, Pony masih mengalami trauma hebat. Setiap kali ibu mucikarinya berkunjung, orangutan itu menjerit dan buang air besar.
Meskipun sekarang hidup bahagia bersama spesiesnya sendiri, Pony masih mengalami trauma buruk, di mana dia menolak untuk kawin dengan orangutan jantan.
Ibu mucikari Pony pada awalnya diizinkan melakukan kunjungan bulanan setelah satwa itu diselamatkan. Kunjungan ibu mucikari itu sebagai upayanya untuk mengurangi risiko retribusi di antara penduduk desa yang marah karena Pony dibawa para penyelamat.
Michelle Desilets, yang menjadi direktur Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Inggris ketika Pony diselamatkan, mengatakan bahwa kasus Pony sangat unik, di mana reaksi warga lokal menolak upaya penyelematan satwa tersebut.
"Pony adalah seorang kasir dan dia mendapatkan banyak uang dari desa itu. Seluruh desa tidak mau membiarkannya pergi," kata Desilets, seperti dikutip dari Mirror, Selasa (27/11/2018).
"Mereka ingin orang datang—dalam hal ini pria dari ladang—dan menghabiskan uang mereka," ujarnya.
"Pemilik Pony, ibu rumah bordil, menjerit dan menjerit ketika kami membawanya pergi," lanjut Desilets.
"Semua orang kesal. Mereka benar-benar mencintainya dengan cara mereka sendiri yang tidak tahu apa-apa."
"Teman saya Lone (Droscher-Nielson), yang menyelamatkan Pony, harus membawa 30 perwira tentara ketika dia (Pony) diambil," papar Desilets.
"Setelah itu, ibu rumah bordil mengunjungi Pony yang diatur secara bulanan untuk mengurangi risiko retribusi," katanya.
"Tapi, setiap kali Pony melihatnya, dia akan menjerit dan buang air besar lagi dan lagi. Kami dipaksa meningkatkan keamanan dan menghentikan kunjungan."
Kisah penyelamatan para konservasionis itu diulas media Inggris. Sebelum diselamatkan, orangutan bernama Pony dirantai dan digunakan sebagai pelacur di sebuah rumah bordil di Kareng Pangi, Kalimantan Tengah.
Pony diambil dari hutan di Kalimaantan saat masih bayi. Hewan itu kemudian dibesarkan. Pony dicukur setiap hari dan berulang kali diperkosa oleh para pria yang mengunjungi di rumah bordil.
Primata itu juga dipaksa memakai perhiasan, parfum dan belajar untuk berputar ketika "klien" mendekat.
Sekarang, di tangan para penyelamatnya, Pony masih mengalami trauma hebat. Setiap kali ibu mucikarinya berkunjung, orangutan itu menjerit dan buang air besar.
Meskipun sekarang hidup bahagia bersama spesiesnya sendiri, Pony masih mengalami trauma buruk, di mana dia menolak untuk kawin dengan orangutan jantan.
Ibu mucikari Pony pada awalnya diizinkan melakukan kunjungan bulanan setelah satwa itu diselamatkan. Kunjungan ibu mucikari itu sebagai upayanya untuk mengurangi risiko retribusi di antara penduduk desa yang marah karena Pony dibawa para penyelamat.
Michelle Desilets, yang menjadi direktur Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Inggris ketika Pony diselamatkan, mengatakan bahwa kasus Pony sangat unik, di mana reaksi warga lokal menolak upaya penyelematan satwa tersebut.
"Pony adalah seorang kasir dan dia mendapatkan banyak uang dari desa itu. Seluruh desa tidak mau membiarkannya pergi," kata Desilets, seperti dikutip dari Mirror, Selasa (27/11/2018).
"Mereka ingin orang datang—dalam hal ini pria dari ladang—dan menghabiskan uang mereka," ujarnya.
"Pemilik Pony, ibu rumah bordil, menjerit dan menjerit ketika kami membawanya pergi," lanjut Desilets.
"Semua orang kesal. Mereka benar-benar mencintainya dengan cara mereka sendiri yang tidak tahu apa-apa."
"Teman saya Lone (Droscher-Nielson), yang menyelamatkan Pony, harus membawa 30 perwira tentara ketika dia (Pony) diambil," papar Desilets.
"Setelah itu, ibu rumah bordil mengunjungi Pony yang diatur secara bulanan untuk mengurangi risiko retribusi," katanya.
"Tapi, setiap kali Pony melihatnya, dia akan menjerit dan buang air besar lagi dan lagi. Kami dipaksa meningkatkan keamanan dan menghentikan kunjungan."
Baca Selanjutnya
loading...
Post a Comment