Bagi para pelaku kriminal, jawa tengah merupakan lahan basah melakukan aksi kejahatan terutama pencurian dengan kekerasan baik dengan senjata tajam maupun menggunakan senjata api.
Hal tersebut di sampaikan oleh Kriminolog Undip,Budi Wisacsono,bukan itu saja menurut budi para pelaku juga tidak segan melukai bahkan menghilangkan nyawa korbannya dalam menjalankan aksi kriminalnya.
Membekali diri dengan senjata tajam bahkan tidak sedikit diantaranya memiliki senjata api rakitan membuat para aparat penegak hukum khususnya Kepolisian harus berpikir 2 kali saat memburu para pelaku kejahatan ini.
Namun bukanlah hal yang sulit bagi Kasubdit III Jatanras (Kejahatan dan Kekerasan) Ditreskrimum Polda Jawa Tengah (Jateng) AKBP Nanang Haryono SH, SIK, MSi dalam mengantisipasi kejahatan seperti ini.
Keganasan serta aksi brutal para penjahat yang selama ini beraksi di wilayah hukum polda jateng ini membuat nanang terpaksa menerapkan berbagai strategi serta manuver baik dalam pengejaran dan saat penangkapan para pelaku kejahatan.
Salahsatunya adalah membekali diri para personil Jatanras Polda Jawa Tengah yang berjumlah keseluruhannya 80 orang dengan ilmu bela diri,latihan menembak sampai penggunaan rompi anti peluru setiap personilnya.
“ Selama ini kebanyakan kasus kejahatan yang kita ungkap pelakunya adalah mereka yang sudah terbilang profesional, sadis dan nekat,jadi setiap personil Jatanras Polda Jateng mendapat pelatihan khusus seperti latihan rutin ilmu bela diri dan latihan menembak “,Jelas nanang.
Untuk keselamatan serta antispasi terluka saat berhadapan dengan para pelaku kejahatan yang rata-rata menggunakan senjata tajam maupun senjata api rakitan,nanang membelikan rompi anti peluru kepada 80 personilnya.
"Saya belikan sendiri rompi anti peluru, karena selama ini pelaku kejahatan yang beraksi di Jawa Tengah sadis. Selalu bawa senjata api. Memburu penjahat itu taruhannya nyawa," tutur pria tampan lulusan Akpol tahun 2000 ini.
Bagi nanang tidak pulang kerumah sebulan penuh adalah hal biasa,itu biasanya terjadi saat menangani kasus-kasus besar,bukan saja tenaga bahkan pikiran pun terkuras dalam hal tersebut.
"Kalau yang menguras pikiran dan tenaga adalah kasus pengrusakan gereja di Klaten dan teror penembakan di Magelang," kata penerima pria yang beberapa kali menerima penghargaan ataupun tanda jasa Satya Lencana Ksatria Bhayangkara.
Tak hanya itu, penangkapan mantan anggota TNI dari Jawa Barat yang melakukan perampokan di beberapa wilayah di Jateng juga menjadi tantangan tersendiri.
"Waktu itu di Cilacap, kami sudah mengepung rumah kekasih mantan anggota TNI itu. Dari informasi yang kami pegang, pelaku punya senjata api. Malam pertama pengepungan firasat saya kurang baik, jadi saya perintahkan anggota untuk mundur.
Ternyata target tidak ada di dalam rumah, baru keesokan harinya target datang ke rumah kekasihnya. Kalau malam pertama kami serbu, kemungkinan pelaku tidak akan tertangkap," katanya mantan Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi ini.
Namun bagi nanang yang juga putra asli bojonegoro ini senantiasa berdo’a kepada Tuhan agar dirinya dan seluruh personil jatanras polda jateng selalu dalam lindungan ALLAH SWT kala bertugas dan berharap kepada masyarakat agar tetap membantu pihaknya dengan memberi memberi informasi jika adanya kejahatan terjadi di wilayah hukum polda jawa tengah.
“ Segala sesuatu dalam melaksanakan tugas baik dalam masa penyelidikan sampai saat kita memburu para pelaku kejahatan saya tetap berdoa pada Allah SWT agar saya dan tim jatanras diberi perlindungan,keberhasilan juga tidak terlepas atensi masyarakat yang kerap membantu dalam memberi informasi “,Pungkasnya.
Dirinya bertekad selama menjadi Kasubdit III Jatanras Polda Jateng Fight Crime adalah harga mati dan tidak bisa ditolerir.
“ Fight Crime Harga Mati,Tidak bisa ditolerir,selama saya masih disini Insya Allah tak akan ada satu pun penjahat yang bisa lolos dari kejaran saya “,tegas nanang dengan menggepalkan tinju keatas. (Tribunnews/Redaksi)
Editor: T. Sayed Azhar
loading...
Post a Comment