![]() |
ANGGOTA gegana memeriksa benda yang diduga bom pada salah satu rumah di Jalan Pari, Bandar Baru, Banda Aceh, Rabu (18/7). |
Banda Aceh - Paket ‘bom’ kiriman seseorang yang belum teridentifikasi ke rumah milik Ridwan (51) di Jalan Pari, Nomor 6, Gampong Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Rabu (18/7) sore, menggegerkan kawasan yang lebih dikenal dengan nama Lampriek itu. Benda mencurigakan tersebut akhirnya diledakkan (disposal) oleh Tim Jibom Satuan Brimob Polda Aceh di sekitar lokasi.
Dari informasi warga sekitar lokasi, ‘paket bom’ itu berisi berbagai bahan yang sebagian tak ada kaitan dengan benda berdaya ledak. Bahkan ada juga yang mengaku melihat odol gigi dalam paket tersebut. Walau sumber resmi mengakui adanya rangkaian kabel yang seakan mensahihkan jika paket itu berupa bom.
Yang terasa lebih aneh, saat paket misterius tersebut dilempar oleh salah seorang penghuni rumah, juga tak sempat meledak. Karena memang tak memiliki bahan yang berdaya ledak.
Seperti diakui pihak kepolisian yang mengurai (disposal) paket sebagai bom tersebut, ternyata isinya hanya papan sirkuit elektronik.
Kita benar benar prihatin, jika ‘paket bom’ itu tak lebih lelucon yang tak lucu. Karena gara gara ulah sang pengirim yang bisa jadi tertawa senang, saat orang susah, telah menebar teror pada orang orang di sekitar lokasi kejadian.
Padahal di kawasan itu adalah pemukiman yang selama ini memang tak ada kaitan dengan isu bom, apalagi dikaitkan dengan urusan yang berbau teror. Insiden ‘kiriman bom’ itu membuat warga sekitar seperti menuai mimpi buruk. Karena tak semua warga sekitar lokasi dalam kondisi sehat secara fisik, hingga secara tak langsung menambah buruk keadaan.
Jika dikaitkan pengancaman itu dengan pemerasan terhadap pemilik rumah, sepertinya lakon tersebut sangat amatir. Karena kiriman diantar oleh seorang abang becak. Lebih dari itu, sangatlah mudah terlacak seandainya pemilik rumah lebih cerdik sedikit menyikapi paket misterius tersebut.
Kita ingin agar teror ala Lampriek itu jangan memantik jurus senada untuk mengacaukan situasi di Aceh. Selama ini, rakyat Aceh tak pernah terkait dengan isu teror bom yang berkonotasi konflik horizontal. Karenanya kita berharap, ‘bom Lampriek’ itu bukanlah sebuah jalan pembuka untuk memunculkan keresahan di Aceh, dalam konteks yang lebih luas.
Sejarah mencatat, sejauh ini di Aceh belumlah ada sindikat teror untuk mencari keuntungan finansial dengan menjadikan kaum berpunya sebagai ladang garapan. Kita di Aceh belum punya mafia, yakuza atau sejenisnya. Karena itu mari kita bangun kebersamaan dengan meningkatkan kewaspadaan secara kolektif terhadap anasir yang berpotensi mengancam kedamaian dan kenyamanan lingkungan. Cukuplah keisengan ‘bom Lampriek’ menjadi pelajaran untuk kita semua.
Sumber: serambinews.com
Dari informasi warga sekitar lokasi, ‘paket bom’ itu berisi berbagai bahan yang sebagian tak ada kaitan dengan benda berdaya ledak. Bahkan ada juga yang mengaku melihat odol gigi dalam paket tersebut. Walau sumber resmi mengakui adanya rangkaian kabel yang seakan mensahihkan jika paket itu berupa bom.
Yang terasa lebih aneh, saat paket misterius tersebut dilempar oleh salah seorang penghuni rumah, juga tak sempat meledak. Karena memang tak memiliki bahan yang berdaya ledak.
Seperti diakui pihak kepolisian yang mengurai (disposal) paket sebagai bom tersebut, ternyata isinya hanya papan sirkuit elektronik.
Kita benar benar prihatin, jika ‘paket bom’ itu tak lebih lelucon yang tak lucu. Karena gara gara ulah sang pengirim yang bisa jadi tertawa senang, saat orang susah, telah menebar teror pada orang orang di sekitar lokasi kejadian.
Padahal di kawasan itu adalah pemukiman yang selama ini memang tak ada kaitan dengan isu bom, apalagi dikaitkan dengan urusan yang berbau teror. Insiden ‘kiriman bom’ itu membuat warga sekitar seperti menuai mimpi buruk. Karena tak semua warga sekitar lokasi dalam kondisi sehat secara fisik, hingga secara tak langsung menambah buruk keadaan.
Jika dikaitkan pengancaman itu dengan pemerasan terhadap pemilik rumah, sepertinya lakon tersebut sangat amatir. Karena kiriman diantar oleh seorang abang becak. Lebih dari itu, sangatlah mudah terlacak seandainya pemilik rumah lebih cerdik sedikit menyikapi paket misterius tersebut.
Kita ingin agar teror ala Lampriek itu jangan memantik jurus senada untuk mengacaukan situasi di Aceh. Selama ini, rakyat Aceh tak pernah terkait dengan isu teror bom yang berkonotasi konflik horizontal. Karenanya kita berharap, ‘bom Lampriek’ itu bukanlah sebuah jalan pembuka untuk memunculkan keresahan di Aceh, dalam konteks yang lebih luas.
Sejarah mencatat, sejauh ini di Aceh belumlah ada sindikat teror untuk mencari keuntungan finansial dengan menjadikan kaum berpunya sebagai ladang garapan. Kita di Aceh belum punya mafia, yakuza atau sejenisnya. Karena itu mari kita bangun kebersamaan dengan meningkatkan kewaspadaan secara kolektif terhadap anasir yang berpotensi mengancam kedamaian dan kenyamanan lingkungan. Cukuplah keisengan ‘bom Lampriek’ menjadi pelajaran untuk kita semua.
Sumber: serambinews.com
loading...
Post a Comment