StatusACeh.Net - Sosok "The Negosiator" GAM melekat padanya. Dia kerap mewakili GAM di berbagai perundingan. Bicara kemaslahatan rakyat Aceh jadi pekerjaannya. Tapi untuk jadi WNI...hmmm... sepertinya tidak tertarik. Kenapa?Statusnya sebagai penghubung GAM di Indonesia dengan pucuk pimpinan GAM di Swedia membuat Bakhtiar Abdullah menjabat posisi juru bicara GAM Swedia.
Pria berpenampilan sederhana dan kebapakan ini merupakan salah satu anggota negosiator yang namanya sudah cukup dikenal di kalangan internasional.Meski sudah menetap lebih dari 35 tahun di Swedia, Bakhtiar tak kuasa mengenyahkan hati kecilnya untuk pulang kampung dan memelihara perdamaian di Aceh setelah konflik.Namun demikian, dia masih belum berminat menjadi WNI.
Sekarang tiba-tiba dia kembali ke Aceh dengan membawa kesejukan dikala para eks kombatan lagi berseteru di ajang pentas politik legislatif. Dia berhasil mempersatukan para elit GAM.
Dilansir dilaman Serambinews.com, Jelang Pemilu Legislatif (Pileg) 2019, eks kombatan GAM yang kini tergabung dalam beberapa partai politik (parlok) di Aceh diminta untuk saling menghargai dan menghormati. Mereka diharapkan bisa berpartisipasi dalam kontestasi politik secara sehat dan jujur sesuai dengan amanah yang tertulis dalam perjanjian perdamaian 12 tahun silam.
Demikian antara lain disampaikan oleh salah satu mantan elite GAM, Bakhtiar Abdullah saat diwawancarai Serambi, Senin (30/7). “Kita harap dalam hal ini, hal-hal yang tidak kita sukai jangan terjadi lagi. Yang penting adalah saling hormat-menghormati, saling menghargai sesuai dengan hak demokrasi masing-masing. Itu yang perlu kita sampaikan kepada semuanya,” kata Bakhtiar.
Sebagaimana diketahui, pascadamai, para eks GAM bersatu melalui ‘perjuangan’ politik dalam wadah partai lokal yakni Partai Aceh. Partai Aceh menjadi partai pemersatu semua eks GAM, mereka menyuarakan aspirasi politik melalui partai yang lahir dari rahim perdamaia. Tak lama setelah itu, para eks GAM kemudian terpecah. Sejumlah pentolan mendirikan partai lainnya yaitu Partai Nasional Aceh, kini menjadi Partai Nanggroe Aceh (PNA).
Hingga kini, kedua partai lokal ini menjadi rival dalam setiap ajang kontestasi politik di Aceh, seperti dalam pemilihan kepala daerah sejak 2012 dan 2017. PA sendiri saat ini dikomandoi oleh Muzakir Manaf, mantan panglima GAM, sedangkan PNA dinahkodai Irwandi Yusuf yang pernah menjadi juru propaganda GAM saat konflik berkecamuk di Aceh.
Dalam wawancaranya dengan Serambi kemarin, Bakhtiar Abdullah mengajak semua eks kombatan GAM untuk satu tujuan, meski saat ini bernaung dalam partai politik lokal berbeda. Dia mengharapkan, para eks GAM tetap dalam satu tujuan yaitu berbuat utuk Aceh, menyejahterakan masyarakat Aceh, dan tetap dalam semangat untuk terus merawat perdamaian di Aceh.
“Yang penting rakyat merasa nyaman dengan proses demokrasi di Aceh yang kita jalankan, ini juga hasil dari perdamaian. Oleh karenanya kita semua, siapa saja harus menjaga jalannya perdamaian yang telah terwujud ini,” ujar Bakhtiar.
Selain itu, pinta Bakhtiar, para eks kombatan diminta untuk berkontestasi politik secara sehat dan secara jujur. “Ini yang harus diingat, berdemokrasi secara sehat dan secara jujur,” ujarnya.
Seperti diberitakan, para mantan kombatan dan elite GAM mengadakan pertemuan terbatas di Hotel The Pade, Aceh Besar, Sabtu (28/7) malam. Dalam pertemuan itu, para mantan elite tersebut sepakat untuk bersatu lagi, setelah selama ini sempat terpecah-pecah karena isu politik di Aceh.
Minggu (29/7) malam, para elite dan mantan juru runding GAM ini juga bertemu dengan Zaini Abdullah yang juga mantan Gubernur Aceh. Tiga mantan anggota tim perunding GAM, Bakhtiar Abdullah, M Nur Djuli, Munawar Liza Zainal, dan tokoh aktivis Aceh, Taufik Abda, mengunjungi dr Zaini Abdullah di kediamannya, di Jalan Fatahillah Geuceu, Banda Aceh.
Terkait pertemuan itu, Bakhtiar Abdullah mengatakan, pihaknya sengaja mengunjungi Doto Zaini--sapaan akrab Zaini Abdullah--untuk menyampaikan hasil pertemuan yang digelar di Hotel The Pade sehari sebelumnya. “Kita sampaikan bahwa ini adalah langkah bersama untuk kembali bersatu dan menguatkan perdamaian yang telah kita raih,” katanya.
Menurut Bakhtiar, respons Doto Zaini cukup baik, dia mendukung apa yang sedang digagas untuk kembalinya bersama para mantan elite GAM tersebut. “Pertemuannya dalam keadaan harmonis, suasana kekeluargaan yang luar biasa. Ini murni membicarakan konsolidasi dan untuk memperkuat perdamaian,” tukasnya.
Sumber: aceh.tribunnews.com
Pria berpenampilan sederhana dan kebapakan ini merupakan salah satu anggota negosiator yang namanya sudah cukup dikenal di kalangan internasional.Meski sudah menetap lebih dari 35 tahun di Swedia, Bakhtiar tak kuasa mengenyahkan hati kecilnya untuk pulang kampung dan memelihara perdamaian di Aceh setelah konflik.Namun demikian, dia masih belum berminat menjadi WNI.
Sekarang tiba-tiba dia kembali ke Aceh dengan membawa kesejukan dikala para eks kombatan lagi berseteru di ajang pentas politik legislatif. Dia berhasil mempersatukan para elit GAM.
Dilansir dilaman Serambinews.com, Jelang Pemilu Legislatif (Pileg) 2019, eks kombatan GAM yang kini tergabung dalam beberapa partai politik (parlok) di Aceh diminta untuk saling menghargai dan menghormati. Mereka diharapkan bisa berpartisipasi dalam kontestasi politik secara sehat dan jujur sesuai dengan amanah yang tertulis dalam perjanjian perdamaian 12 tahun silam.
Demikian antara lain disampaikan oleh salah satu mantan elite GAM, Bakhtiar Abdullah saat diwawancarai Serambi, Senin (30/7). “Kita harap dalam hal ini, hal-hal yang tidak kita sukai jangan terjadi lagi. Yang penting adalah saling hormat-menghormati, saling menghargai sesuai dengan hak demokrasi masing-masing. Itu yang perlu kita sampaikan kepada semuanya,” kata Bakhtiar.
Sebagaimana diketahui, pascadamai, para eks GAM bersatu melalui ‘perjuangan’ politik dalam wadah partai lokal yakni Partai Aceh. Partai Aceh menjadi partai pemersatu semua eks GAM, mereka menyuarakan aspirasi politik melalui partai yang lahir dari rahim perdamaia. Tak lama setelah itu, para eks GAM kemudian terpecah. Sejumlah pentolan mendirikan partai lainnya yaitu Partai Nasional Aceh, kini menjadi Partai Nanggroe Aceh (PNA).
Hingga kini, kedua partai lokal ini menjadi rival dalam setiap ajang kontestasi politik di Aceh, seperti dalam pemilihan kepala daerah sejak 2012 dan 2017. PA sendiri saat ini dikomandoi oleh Muzakir Manaf, mantan panglima GAM, sedangkan PNA dinahkodai Irwandi Yusuf yang pernah menjadi juru propaganda GAM saat konflik berkecamuk di Aceh.
Dalam wawancaranya dengan Serambi kemarin, Bakhtiar Abdullah mengajak semua eks kombatan GAM untuk satu tujuan, meski saat ini bernaung dalam partai politik lokal berbeda. Dia mengharapkan, para eks GAM tetap dalam satu tujuan yaitu berbuat utuk Aceh, menyejahterakan masyarakat Aceh, dan tetap dalam semangat untuk terus merawat perdamaian di Aceh.
“Yang penting rakyat merasa nyaman dengan proses demokrasi di Aceh yang kita jalankan, ini juga hasil dari perdamaian. Oleh karenanya kita semua, siapa saja harus menjaga jalannya perdamaian yang telah terwujud ini,” ujar Bakhtiar.
Selain itu, pinta Bakhtiar, para eks kombatan diminta untuk berkontestasi politik secara sehat dan secara jujur. “Ini yang harus diingat, berdemokrasi secara sehat dan secara jujur,” ujarnya.
Seperti diberitakan, para mantan kombatan dan elite GAM mengadakan pertemuan terbatas di Hotel The Pade, Aceh Besar, Sabtu (28/7) malam. Dalam pertemuan itu, para mantan elite tersebut sepakat untuk bersatu lagi, setelah selama ini sempat terpecah-pecah karena isu politik di Aceh.
Minggu (29/7) malam, para elite dan mantan juru runding GAM ini juga bertemu dengan Zaini Abdullah yang juga mantan Gubernur Aceh. Tiga mantan anggota tim perunding GAM, Bakhtiar Abdullah, M Nur Djuli, Munawar Liza Zainal, dan tokoh aktivis Aceh, Taufik Abda, mengunjungi dr Zaini Abdullah di kediamannya, di Jalan Fatahillah Geuceu, Banda Aceh.
Terkait pertemuan itu, Bakhtiar Abdullah mengatakan, pihaknya sengaja mengunjungi Doto Zaini--sapaan akrab Zaini Abdullah--untuk menyampaikan hasil pertemuan yang digelar di Hotel The Pade sehari sebelumnya. “Kita sampaikan bahwa ini adalah langkah bersama untuk kembali bersatu dan menguatkan perdamaian yang telah kita raih,” katanya.
Menurut Bakhtiar, respons Doto Zaini cukup baik, dia mendukung apa yang sedang digagas untuk kembalinya bersama para mantan elite GAM tersebut. “Pertemuannya dalam keadaan harmonis, suasana kekeluargaan yang luar biasa. Ini murni membicarakan konsolidasi dan untuk memperkuat perdamaian,” tukasnya.
Sumber: aceh.tribunnews.com
loading...
Post a Comment