![]() |
Proses evakuasi besar-besaran warga sipil dari Aleppo, Jumat (16/12/2016). PBB putuskan evakuasi warga sipil dari Aleppo timur berlanjut. Foto / REUTERS |
ALEPPO - PBB mengatakan, proses evakuasi warga sipil dari Aleppo timur, Suriah, dilanjutkan kembali dengan sekitar 350 orang telah dievakuasi semalam. PBB melalui voting memberi sinyal sepakat bahwa sekitar 100 pemantau akan dikerahkan untuk mengamankan evakuasi besar-besaran dari Aleppo timur.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa pasukan pemerintah Suriah telah mengizinkan lima bus pembawa warga sipil untuk meninggalkan Aleppo.
PBB melalui seorang pejabatnya di Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa gelombang pertama evakuasi dari Aleppo timur berlangsung sekitar pukuk 23.00 waktu setempat, semalam.
Proses evakuasi warga sipil dari Aleppo timur pada hari Minggu telah terancam ketika lima bus yang akan memasuki Desa Foua dan Kfarya dibakar oleh kelompok militan. Observatorium dan stasiun televisi negara Suriah menyebut pelaku serangan itu adalah kelompok Jabhat Fatah al-Sham yang sebelumnya bernama Jabhat al-Nusra.
Namun,laporan lain menyebut serangan terhadap lima bus itu imbas dari pertempuran antara kelompok Fatah al-Sham (penentang evakuasi) dan kelompok pemberontak lain yang mendukung evakuasi warga sipil dari Aleppo timur.
Di bidang diplomatik, ada tiga jam pembicaraan dan perbedaan pendapat di forum Dewan Keamanan PBB tentang usulan pengerahan pemantau untuk mengamankan evakuasi besar-besaran warga sipil dari Aleppo timur.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Samantha Power mengatakan PBB pada Senin (19/12/2016), akan memberikan suara yang menyetujui resolusi Dewan Keamanan, yang memungkinkan penyebaran 100 personel PBB di lapangan untuk memantau evakuasi.
”Kami berharap untuk memilih dengan suara bulat untuk teks (resolusi ini) besok (hari ini),” katanya, seperti dikutip Associated Press.
Persetujuan DK PBB soal penyebaran banyak pemantau di Aleppo timur sudah dipastikan setelah Prancis dan Rusia mengumumkan persetujuannya dengan rancangan resolusi itu setelah bernegosiasi. Semula, Rusia menolak rancangan resolusi usulan Prancis itu tersebut.
Setelah rancangan resolusi diperbarui, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengonfirmasi keputusan Moskow. ”Saya pikir kami masuk dalam beberapa jam kerja yang baik dan saya pikir kami memiliki teks (resolusi) yang baik dan kami akan memilih besok pagi (hari ini),” katanya. (Sindonews)
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa pasukan pemerintah Suriah telah mengizinkan lima bus pembawa warga sipil untuk meninggalkan Aleppo.
PBB melalui seorang pejabatnya di Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa gelombang pertama evakuasi dari Aleppo timur berlangsung sekitar pukuk 23.00 waktu setempat, semalam.
Proses evakuasi warga sipil dari Aleppo timur pada hari Minggu telah terancam ketika lima bus yang akan memasuki Desa Foua dan Kfarya dibakar oleh kelompok militan. Observatorium dan stasiun televisi negara Suriah menyebut pelaku serangan itu adalah kelompok Jabhat Fatah al-Sham yang sebelumnya bernama Jabhat al-Nusra.
Namun,laporan lain menyebut serangan terhadap lima bus itu imbas dari pertempuran antara kelompok Fatah al-Sham (penentang evakuasi) dan kelompok pemberontak lain yang mendukung evakuasi warga sipil dari Aleppo timur.
Di bidang diplomatik, ada tiga jam pembicaraan dan perbedaan pendapat di forum Dewan Keamanan PBB tentang usulan pengerahan pemantau untuk mengamankan evakuasi besar-besaran warga sipil dari Aleppo timur.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Samantha Power mengatakan PBB pada Senin (19/12/2016), akan memberikan suara yang menyetujui resolusi Dewan Keamanan, yang memungkinkan penyebaran 100 personel PBB di lapangan untuk memantau evakuasi.
”Kami berharap untuk memilih dengan suara bulat untuk teks (resolusi ini) besok (hari ini),” katanya, seperti dikutip Associated Press.
Persetujuan DK PBB soal penyebaran banyak pemantau di Aleppo timur sudah dipastikan setelah Prancis dan Rusia mengumumkan persetujuannya dengan rancangan resolusi itu setelah bernegosiasi. Semula, Rusia menolak rancangan resolusi usulan Prancis itu tersebut.
Setelah rancangan resolusi diperbarui, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengonfirmasi keputusan Moskow. ”Saya pikir kami masuk dalam beberapa jam kerja yang baik dan saya pikir kami memiliki teks (resolusi) yang baik dan kami akan memilih besok pagi (hari ini),” katanya. (Sindonews)
loading...
Post a Comment