Jakarta - Tujuh kuburan berlambang Bintang David dan berbahasa Ibrani di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Petamburan menjadi bukti kaum Yahudi pernah tinggal dan berbaur dengan warga Kota Jakarta.
Alwi Shahab, sejarawan Jakarta mengatakan sebelum perang Arab-Israel tahun 1948 warga Yahudi di Jakarta hidup rukun dan melakukan perdagangan. Mereka menurut Alwi bercampur baur dengan warga muslim Jakarta. Apalagi, banyak Yahudi yang di Jakarta berasal dari Timur Tengah. Mereka juga bisa percakapan bahasa Arab.
"Jadi mereka (warga Jakarta) menilai orang ini disamakan orang Arab. Dulu kehidupan mereka baik sekali, nggak ada masalah," ujar Alwi kepada detikcom.
Namun, keharmonisan ini belakangan hancur semenjak negara Israel terbentuk atas dukungan Inggris. Apalagi, pada tahun 1948 terjadi peperangan antara Arab dan Israel.
Menurut Alwi, di Jalan Segara (sekarang Jl. Veteran) dekat istana kepresidenan, dulu ada sebuah toko milik seorang Yahudi berjualan jam tangan. Sayangnya, toko tersebut sudah tidak ada dan tidak diketahui pemilik lamanya.
Seorang pengacara keturunan Yahudi yang berbasis di Jakarta, David Abraham mengatakan bahwa meskipun ia keturunan Yahudi tidak pernah ada diskriminasi selama ini. Darah Yahudi yang mengalir pada diri David sama sekali tidak mendiskriminasi dirinya di tengah rekan atau pun di organisasi advokat yang ia ikuti.
"Kawan-kawan di argonisasi advokat tidak melihat adanya perbedaan, tidak pernah dikatain karena keturunan saya dan agama saya, NKRI ini kan bermacam-macam keturunan termasuk ada keturunan Yahudi," ujar David Abraham ketika berbincang dengan detikcom.(Red)
Alwi Shahab, sejarawan Jakarta mengatakan sebelum perang Arab-Israel tahun 1948 warga Yahudi di Jakarta hidup rukun dan melakukan perdagangan. Mereka menurut Alwi bercampur baur dengan warga muslim Jakarta. Apalagi, banyak Yahudi yang di Jakarta berasal dari Timur Tengah. Mereka juga bisa percakapan bahasa Arab.
"Jadi mereka (warga Jakarta) menilai orang ini disamakan orang Arab. Dulu kehidupan mereka baik sekali, nggak ada masalah," ujar Alwi kepada detikcom.
Namun, keharmonisan ini belakangan hancur semenjak negara Israel terbentuk atas dukungan Inggris. Apalagi, pada tahun 1948 terjadi peperangan antara Arab dan Israel.
Menurut Alwi, di Jalan Segara (sekarang Jl. Veteran) dekat istana kepresidenan, dulu ada sebuah toko milik seorang Yahudi berjualan jam tangan. Sayangnya, toko tersebut sudah tidak ada dan tidak diketahui pemilik lamanya.
Seorang pengacara keturunan Yahudi yang berbasis di Jakarta, David Abraham mengatakan bahwa meskipun ia keturunan Yahudi tidak pernah ada diskriminasi selama ini. Darah Yahudi yang mengalir pada diri David sama sekali tidak mendiskriminasi dirinya di tengah rekan atau pun di organisasi advokat yang ia ikuti.
"Kawan-kawan di argonisasi advokat tidak melihat adanya perbedaan, tidak pernah dikatain karena keturunan saya dan agama saya, NKRI ini kan bermacam-macam keturunan termasuk ada keturunan Yahudi," ujar David Abraham ketika berbincang dengan detikcom.(Red)
loading...
Post a Comment