Tanaman ganja di salah satu kawasan di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil) |
Banda Aceh - Persoalan ganja masih menjadi isu yang sedang hangat dibicarakan. Hal ini mencuat pasca anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Rafli Kande meminta agar tanaman tersebut diekspor keluar negeri.
Setelah menuai kontroversi dari berbagai kalangan, Rafli akhirnya menarik usulan ekspor ganja tersebut. Penarikan ini setelah mendapat teguran keras dari fraksi yang menaunginya.
Peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Profesor Musri Musman mengatakan, tanaman ganja lebih banyak maslahatnya daripada mudarat. Oleh karena itu, ia mendukung agar pemerintah melegalkan tanaman tersebut.
Untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas, itu dapat dipenuhi oleh ganja, karena seratnya akarnya, kayunya, bunganya itu semua dapat digunakan, kosmetik juga dapat digunakan.
“Dalam perspektif kita lakukan, hitung-hitung lebih banyak maslahat daripada mudarat, dalam konteks ini hanya satu THC itu yang menjadi mudaratnya, ada 1262 senyawa, hanya satu yang menyebabkan itu dilarang,” ujar Musri kepada wartawan usai menjadi pemateri dalam diskusi “Potensi Industri Ganja Aceh, Strategi Pengentasan Kemiskinan” di Kamp Biawak, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat, 31 Januari 2020 lalu.
Dalam kesempatan itu, Musri juga menyebutkan ada beberapa kegunaan atau manfaat tanaman ganja, untuk kebutuhan medis ataupun kebutuhan lainnya. Dari sekian manfaat, lima di antaranya yaitu untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas dan alat-alat kosmetik.
"Selain kesehatan, itu semua (kegunaannya) untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas, itu dapat dipenuhi oleh ganja, karena seratnya akarnya, kayunya, bunganya itu semua dapat digunakan, kosmetik juga dapat digunakan," kata Musri.
Musri menyakini apabila tanaman tersebut dilegalkan, maka masyarakat Aceh akan sejahtera. Namun, pengelolaannya harus melibatkan masyarakat-masyarakat dari kalangan bawah.
"InsyaAllah kalau itu terjadi, maka setiap wilayah akan memiliki pabrik-pabrik pengolahan seperti itu dan pemerintah harus mengatur regulasinya ini," ujarnya.
"Alhamdulillah, pasar saat ini sangat menjerit untuk memperoleh minyak (dari olahan ganja). Utamakan keterlibatan bersama, jangan ada monopoli-monopoli, masyarakat harus dilibatkan dan masyarakat memiliki kesempatan untuk itu," kata Musri. [Tagar.id]
Setelah menuai kontroversi dari berbagai kalangan, Rafli akhirnya menarik usulan ekspor ganja tersebut. Penarikan ini setelah mendapat teguran keras dari fraksi yang menaunginya.
Peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Profesor Musri Musman mengatakan, tanaman ganja lebih banyak maslahatnya daripada mudarat. Oleh karena itu, ia mendukung agar pemerintah melegalkan tanaman tersebut.
Untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas, itu dapat dipenuhi oleh ganja, karena seratnya akarnya, kayunya, bunganya itu semua dapat digunakan, kosmetik juga dapat digunakan.
“Dalam perspektif kita lakukan, hitung-hitung lebih banyak maslahat daripada mudarat, dalam konteks ini hanya satu THC itu yang menjadi mudaratnya, ada 1262 senyawa, hanya satu yang menyebabkan itu dilarang,” ujar Musri kepada wartawan usai menjadi pemateri dalam diskusi “Potensi Industri Ganja Aceh, Strategi Pengentasan Kemiskinan” di Kamp Biawak, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat, 31 Januari 2020 lalu.
Dalam kesempatan itu, Musri juga menyebutkan ada beberapa kegunaan atau manfaat tanaman ganja, untuk kebutuhan medis ataupun kebutuhan lainnya. Dari sekian manfaat, lima di antaranya yaitu untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas dan alat-alat kosmetik.
"Selain kesehatan, itu semua (kegunaannya) untuk makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas, itu dapat dipenuhi oleh ganja, karena seratnya akarnya, kayunya, bunganya itu semua dapat digunakan, kosmetik juga dapat digunakan," kata Musri.
Musri menyakini apabila tanaman tersebut dilegalkan, maka masyarakat Aceh akan sejahtera. Namun, pengelolaannya harus melibatkan masyarakat-masyarakat dari kalangan bawah.
"InsyaAllah kalau itu terjadi, maka setiap wilayah akan memiliki pabrik-pabrik pengolahan seperti itu dan pemerintah harus mengatur regulasinya ini," ujarnya.
"Alhamdulillah, pasar saat ini sangat menjerit untuk memperoleh minyak (dari olahan ganja). Utamakan keterlibatan bersama, jangan ada monopoli-monopoli, masyarakat harus dilibatkan dan masyarakat memiliki kesempatan untuk itu," kata Musri. [Tagar.id]
loading...
Post a Comment