![]() |
Ilustrasi (REUTERS/Umit Bektas) |
Ankara - Otoritas Turki memanggil utusan diplomatik Belanda di Ankara untuk menyampaikan protes. Penyampaian protes ini terkait insiden kekerasan dalam unjuk rasa warga Turki di Rotterdam, usai pengusiran menteri Turki dari Belanda.
Hubungan diplomatik antara Turki dengan Belanda memanas, setelah insiden pengusiran dan penolakan dua menteri Turki yang hendak menghadiri acara kampanye pro-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Rotterdam. Kampanye itu bertujuan meraup dukungan warga Turki di Belanda untuk referendum 16 April mendatang, saat warga Turki memvoting untuk amandemen Konstitusi yang akan memperkuat kekuasaan Presiden Turki.
Seperti dilansir Reuters, Senin (13/3/2017), unjuk rasa yang digelar warga Turki di Rotterdam pada Minggu (12/3) untuk memprotes pengusiran itu, berujung bentrokan. Polisi Belanda menggunakan anjing dan meriam air untuk membubarkan ratusan demonstran.
Saksi mata Reuters menuturkan, para demonstran melempari polisi dengan botol air minum dan bebatuan, sedangkan beberapa demonstran lainnya dipukuli polisi dengan tongkat. Dituturkan sejumlah sumber Kementerian Luar Negeri Turki, penanganan yang rawan kekerasan ini memicu protes Turki.
"Komunitas Turki dan warga kami mengalami perlakuan buruk, dengan metode yang tidak manusiawi dan menghina yang digunakan dalam intervensi tidak pantas terhadap orang-orang yang mempraktikkan hak mereka untuk menggelar perkumpulan yang damai," demikian pernyataan sumber tersebut, mengutip pernyataan yang disebarkan pihak kementerian.
Selain memanggil utusan diplomatik, lanjut sumber tersebut, Turki juga meminta permohonan maaf resmi secara tertulis dari pemerintah Belanda atas perlakuan yang diterima Menteri Urusan Keluarga, Fatma Betul Sayan Kaya, dan para diplomat Turki di negara tersebut.
Pekan lalu, Sayan Kaya diusir keluar saat hendak berpidato dalam acara pro-Erdogan di Rotterdam, Belanda. Tidak hanya itu, pesawat yang ditumpangi Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, juga dilarang mendarat di Den Haag menjelang acara pro-Erdogan di wilayah tersebut.
Ini merupakan kali ketiga Turki memanggil utusan diplomatik atau charge d'affaires Belanda di Ankara, sejak Sabtu (11/3) waktu setempat. Duta Besar Belanda sendiri sedang cuti dan tidak berada di Ankara. Kementerian Luar Negeri Turki sebelumnya menyatakan tidak ingin sang Dubes Belanda kembali untuk 'beberapa waktu'. Charge d'affaires bertugas memimpin kedutaan saat sang Dubes tidak ada di tempat.(Detik.com)
Hubungan diplomatik antara Turki dengan Belanda memanas, setelah insiden pengusiran dan penolakan dua menteri Turki yang hendak menghadiri acara kampanye pro-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Rotterdam. Kampanye itu bertujuan meraup dukungan warga Turki di Belanda untuk referendum 16 April mendatang, saat warga Turki memvoting untuk amandemen Konstitusi yang akan memperkuat kekuasaan Presiden Turki.
Seperti dilansir Reuters, Senin (13/3/2017), unjuk rasa yang digelar warga Turki di Rotterdam pada Minggu (12/3) untuk memprotes pengusiran itu, berujung bentrokan. Polisi Belanda menggunakan anjing dan meriam air untuk membubarkan ratusan demonstran.
Saksi mata Reuters menuturkan, para demonstran melempari polisi dengan botol air minum dan bebatuan, sedangkan beberapa demonstran lainnya dipukuli polisi dengan tongkat. Dituturkan sejumlah sumber Kementerian Luar Negeri Turki, penanganan yang rawan kekerasan ini memicu protes Turki.
"Komunitas Turki dan warga kami mengalami perlakuan buruk, dengan metode yang tidak manusiawi dan menghina yang digunakan dalam intervensi tidak pantas terhadap orang-orang yang mempraktikkan hak mereka untuk menggelar perkumpulan yang damai," demikian pernyataan sumber tersebut, mengutip pernyataan yang disebarkan pihak kementerian.
Selain memanggil utusan diplomatik, lanjut sumber tersebut, Turki juga meminta permohonan maaf resmi secara tertulis dari pemerintah Belanda atas perlakuan yang diterima Menteri Urusan Keluarga, Fatma Betul Sayan Kaya, dan para diplomat Turki di negara tersebut.
Pekan lalu, Sayan Kaya diusir keluar saat hendak berpidato dalam acara pro-Erdogan di Rotterdam, Belanda. Tidak hanya itu, pesawat yang ditumpangi Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, juga dilarang mendarat di Den Haag menjelang acara pro-Erdogan di wilayah tersebut.
Ini merupakan kali ketiga Turki memanggil utusan diplomatik atau charge d'affaires Belanda di Ankara, sejak Sabtu (11/3) waktu setempat. Duta Besar Belanda sendiri sedang cuti dan tidak berada di Ankara. Kementerian Luar Negeri Turki sebelumnya menyatakan tidak ingin sang Dubes Belanda kembali untuk 'beberapa waktu'. Charge d'affaires bertugas memimpin kedutaan saat sang Dubes tidak ada di tempat.(Detik.com)
loading...
Post a Comment