Foto: Rahma menunjukkan foto pernikahannya dengan suami (Agus Setyadi/detikcom) |
Banda Aceh - Rahmawati duduk terdiam di bawah tenda pengungsi warna biru tak jauh dari rumahnya. Matanya sembab. Nada bicara perempuan berusia 35 tahun ini pelan dan nyaris tak terdengar.
Rahma merupakan salah satu korban selamat saat gempa 6,5 skala richter (SR) mengguncang Aceh, Rabu (7/12) lalu. Dia bertahan sekitar lima jam di bawah reruntuhan rumahnya sebelum akhirnya ditolong warga.
"Jam 10.00 WIB saya baru bisa keluar, ditolong sama warga," kata Rahma saat ditemui di lokasi pengungsi sekitar 50 meter dari rumahnya di Desa Kuta Pangwa Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12/2016).
Kala gempa mengguncang Aceh pada Rabu (7/12) lalu, Rahma beserta suami dan dua anaknya masih tertidur. Suaminya Nazaruddin (45) berusaha membuka pintu kamar begitu bumi bergoyang. Tiba-tiba, brukk! bangunan rumah mereka ambruk. Keempatnya pun tertimbun reruntuhan.
Suasana mencekam. Suara minta tolong dan teriakan terdengar di mana-mana. Orang saat itu masing-masing menyelamatkan keluarganya. Belum terpikirkan menolong orang lain, termasuk Rahma dan keluarganya.
Di Desa Pangwa, hampir 90 persen rumah rusak. Sebagian roboh dan menimpa penghuninya. Saling bantu membantu baru dilakukan warga setelah keluarga masing-masing selesai dievakuasi. Untuk Rahma dan keluarganya, pertolongan datang beberapa jam kemudian.
Setelah lima jam bertahan di bawah reruntuhan sejak gempa sekitar pukul 05.03 WIB, Rahma berhasil dikeluarkan. Sementara suami dan dua anaknya Hani (8) dan Hayan Fayad (4,5) berhasil dievakuasi beberapa saat kemudian. Sayangnya ketiganya sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
"Suami saya berhasil diambil (evakuasi-red) setelah pakai alat berat," jelasnya.
Rahma kini tinggal bersama anak sulungnya, Aura (10). Pada malam musibah itu, Aura tidur di rumah saudara. Meski demikian, Rahma tidak putus asa dan bertekad untuk melanjutkan hidup.
"Sekarang saya bertahan hidup untuk dia (Aura)," ungkap Rahma.
Sejak gempa kemarin, Rahma memilih tidur di bawah tenda yang dibangun beberapa warga tak jauh dari rumahnya. Kepala Desa Pangwa, Marthonis, mengatakan, warga di sana rata-rata membangun tenda di depan rumah masing-masing sebagai tempat mengungsi. Warga tidak berani tidur di rumah karena kondisinya retak dan sebagaian besar hancur.
"90 persen rumah warga di sini rusak. Retak-retak tidak berani ditempati lagi," kata Marthonis. (detik.com)
Rahma merupakan salah satu korban selamat saat gempa 6,5 skala richter (SR) mengguncang Aceh, Rabu (7/12) lalu. Dia bertahan sekitar lima jam di bawah reruntuhan rumahnya sebelum akhirnya ditolong warga.
"Jam 10.00 WIB saya baru bisa keluar, ditolong sama warga," kata Rahma saat ditemui di lokasi pengungsi sekitar 50 meter dari rumahnya di Desa Kuta Pangwa Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12/2016).
Kala gempa mengguncang Aceh pada Rabu (7/12) lalu, Rahma beserta suami dan dua anaknya masih tertidur. Suaminya Nazaruddin (45) berusaha membuka pintu kamar begitu bumi bergoyang. Tiba-tiba, brukk! bangunan rumah mereka ambruk. Keempatnya pun tertimbun reruntuhan.
Suasana mencekam. Suara minta tolong dan teriakan terdengar di mana-mana. Orang saat itu masing-masing menyelamatkan keluarganya. Belum terpikirkan menolong orang lain, termasuk Rahma dan keluarganya.
Di Desa Pangwa, hampir 90 persen rumah rusak. Sebagian roboh dan menimpa penghuninya. Saling bantu membantu baru dilakukan warga setelah keluarga masing-masing selesai dievakuasi. Untuk Rahma dan keluarganya, pertolongan datang beberapa jam kemudian.
Setelah lima jam bertahan di bawah reruntuhan sejak gempa sekitar pukul 05.03 WIB, Rahma berhasil dikeluarkan. Sementara suami dan dua anaknya Hani (8) dan Hayan Fayad (4,5) berhasil dievakuasi beberapa saat kemudian. Sayangnya ketiganya sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
"Suami saya berhasil diambil (evakuasi-red) setelah pakai alat berat," jelasnya.
Rahma kini tinggal bersama anak sulungnya, Aura (10). Pada malam musibah itu, Aura tidur di rumah saudara. Meski demikian, Rahma tidak putus asa dan bertekad untuk melanjutkan hidup.
"Sekarang saya bertahan hidup untuk dia (Aura)," ungkap Rahma.
Sejak gempa kemarin, Rahma memilih tidur di bawah tenda yang dibangun beberapa warga tak jauh dari rumahnya. Kepala Desa Pangwa, Marthonis, mengatakan, warga di sana rata-rata membangun tenda di depan rumah masing-masing sebagai tempat mengungsi. Warga tidak berani tidur di rumah karena kondisinya retak dan sebagaian besar hancur.
"90 persen rumah warga di sini rusak. Retak-retak tidak berani ditempati lagi," kata Marthonis. (detik.com)
loading...
Post a Comment