Aceh Barat - Sedikitnya 13 pondok wisata bersama 25 unit meja santai di lokasi wisata Pantai Jilbab, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh, porak-poranda akibat dihempas gelombang laut. Sejak dua hari terakhir, lokasi wisata di Desa Palak Kerambil digerus gelombang pasang dan terjadi abrasi besar-besaran.
Salah seorang pedagang kantin di lokasi itu, Geldy Aditra Gunawan mengatakan, air laut terus mengerus tanah hingga mencapai 80 meter lebih ke arah daratan. Bukan saja tanah digerus ombak, akan tetapi, 13 pondok bersama 25 unit meja tamu bersantai yang didirikan di tepi pantai oleh para pedagang porak poranda dihempas gelombang.
"Ombak besar ini terjadi mulai Rabu (24/8), pagi. Bencana saat ini lebih parah bila dibandingkan dengan peristiwa abrasi lima tahun lalu, dan biasanya kejadian ini berlangsung selama sepuluh hari," kata Mukhlis pedagang lainnya.
Ia menceritakan, abrasi pantai yang terjadi lima tahun lalu tergolong parah. Banyak pondok-pondok wisata waktu itu hancur dihempas ombak, namun anak-anak masih tetap bisa bermain bola di tepi pantai. "Sekarang lokasi bermain tersebut sudah menjadi lautan, bahkan belasan rumah warga termasuk kantin-kantin milik pedagang di tempat wisata ini terancam diterjang gelombang," tuturnya.
Ia menambahkan, semakin meluasnya abrasi air laut membuat para pedagang di lokasi pantai wisata khawatir. Jarak tempat usaha (kantin) dengan air laut sudah sangat dekat.
Kemudian, kata Mukhlis, sejak kemarin para pedagang di lokasi wisata sibuk menyusun ban bekas bersama karung berisi kerikil sebagai upaya antisipasi meluasnya abrasi akibat terjangan ombak besar. "Rata-rata para pedagang sejak kemarin tidak berjualan. Lagipula kami sudah pada sakit pinggang akibat bekerja susun karung berisi pasir untuk menghambat abrasi dari terjangan ombak," katanya.
Selain melakukan antisipasi, para pedagang juga sibuk mengurus dan menyelamatkan barang-barang dagangannya."Mereka rata-rata tidak berani berjualan karena gelombang pasang terus menerjang tempat usaha. Jadi, bila tidak segera ditangani dipastikan kantin-kantin bersama rumah warga akan terkena dampak abrasi," katanya.
Salah seorang pedagang kantin di lokasi itu, Geldy Aditra Gunawan mengatakan, air laut terus mengerus tanah hingga mencapai 80 meter lebih ke arah daratan. Bukan saja tanah digerus ombak, akan tetapi, 13 pondok bersama 25 unit meja tamu bersantai yang didirikan di tepi pantai oleh para pedagang porak poranda dihempas gelombang.
"Ombak besar ini terjadi mulai Rabu (24/8), pagi. Bencana saat ini lebih parah bila dibandingkan dengan peristiwa abrasi lima tahun lalu, dan biasanya kejadian ini berlangsung selama sepuluh hari," kata Mukhlis pedagang lainnya.
Ia menceritakan, abrasi pantai yang terjadi lima tahun lalu tergolong parah. Banyak pondok-pondok wisata waktu itu hancur dihempas ombak, namun anak-anak masih tetap bisa bermain bola di tepi pantai. "Sekarang lokasi bermain tersebut sudah menjadi lautan, bahkan belasan rumah warga termasuk kantin-kantin milik pedagang di tempat wisata ini terancam diterjang gelombang," tuturnya.
Ia menambahkan, semakin meluasnya abrasi air laut membuat para pedagang di lokasi pantai wisata khawatir. Jarak tempat usaha (kantin) dengan air laut sudah sangat dekat.
Kemudian, kata Mukhlis, sejak kemarin para pedagang di lokasi wisata sibuk menyusun ban bekas bersama karung berisi kerikil sebagai upaya antisipasi meluasnya abrasi akibat terjangan ombak besar. "Rata-rata para pedagang sejak kemarin tidak berjualan. Lagipula kami sudah pada sakit pinggang akibat bekerja susun karung berisi pasir untuk menghambat abrasi dari terjangan ombak," katanya.
Selain melakukan antisipasi, para pedagang juga sibuk mengurus dan menyelamatkan barang-barang dagangannya."Mereka rata-rata tidak berani berjualan karena gelombang pasang terus menerjang tempat usaha. Jadi, bila tidak segera ditangani dipastikan kantin-kantin bersama rumah warga akan terkena dampak abrasi," katanya.
Sumber : Antara
loading...
Post a Comment