![]() |
Insiden pengibaran bendera bulan bintang di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh. Foto: Hendra Keumala |
Banda Aceh - Ketua Forum Komunikasi Anak Bangsa (FORKAB) Aceh, Polem Muda Ahmad Yani, meminta Fraksi Partai Aceh DPR Aceh agar tidak memaksakan kehendak terhadap bendera bulan bintang. Menurutnya hal itu hanya buang waktu saja. Saatnya anggota dewan Fraksi PA bersikap bijak menyikapi ihwal bendera.
“Sudah saat nya anggota DPRA atau DPRK dari Fraksi PA mengalah, mari dengarkan masukan-masukan yang diberikan,” harap Polem, Kamis (5/5).
Ketua FORKAB itu juga setuju jika bendera bulan bintang ada perubahan. Ia mencontohkan, DPR Aceh bisa mengadopsi dari Bendera Alam Peudeng. Hal itu, kata dia, demi kepentingan masyarakat banyak.
“Tidak perlu lagi kita berpolemik dengan pemerintah pusat. Karena walau bagaimana pun, bendera bulan bintang itu tidak akan disahkan atau disetujui oleh pemerintah pusat.”
Karena bendera bulan bintang jelas bertentangan dengan PP Nomor 77 dan konstitusi negara. Selain itu, menurutnya jika terus berpolemik dengan bendera, maka dikhawatirkan akan lahir konflik baru di Aceh.
Polem juga menaruh harapan kepada anggota dewan berasal dari partai nasional, agar juga bersikap tegas dan konsisten. “Jangan hari ini bilang A besok sudah Bilang Z. Karena walau bagaimana pun parnas juga punya hak di dalam bersuara, dan ikut menyetujui masalah penyusunan qanun-qanun di DPR Aceh, jangan asal setujui saja.”
Polem juga menghimabu bekas kombatan atau KPA tidak ikut berpolemik ihwal bendera, ada hal lain yang lebih perlu diperhatikan, seperti kesejahteraan anak yatim dan janda-janda korban konflik.
“Bagi FORKAB Aceh, kesejahteraan itu yang lebih utama, karena dengan bendera Itu tidak akan menjamin masyarakat Aceh sejahtera. Pembahasan-pembahasan lain jadi terulur-ulur waktunya,” tegas Polem.
Sebagai contoh, lanjut Polem, lihat keluarga Ishak Daud—Allahuyarham, di Aceh Timur, siapa yang ada peduli. Siapa yang ada memberi bantuan, sedangkan Ishak Daud dahulu merupakan salah satu panglima GAM yang paling disegani.
“Sudah cukup sandiwara ini. Jangan jadikan bendera bulan bintang sebagai bargaining politik dalam menghadapi pilkada 2017 ini. Aceh ini milik masyarakat, bukan milik sekelompok orang,” terangnya. (Sumber: AJNN.Net)
“Sudah saat nya anggota DPRA atau DPRK dari Fraksi PA mengalah, mari dengarkan masukan-masukan yang diberikan,” harap Polem, Kamis (5/5).
Ketua FORKAB itu juga setuju jika bendera bulan bintang ada perubahan. Ia mencontohkan, DPR Aceh bisa mengadopsi dari Bendera Alam Peudeng. Hal itu, kata dia, demi kepentingan masyarakat banyak.
“Tidak perlu lagi kita berpolemik dengan pemerintah pusat. Karena walau bagaimana pun, bendera bulan bintang itu tidak akan disahkan atau disetujui oleh pemerintah pusat.”
Karena bendera bulan bintang jelas bertentangan dengan PP Nomor 77 dan konstitusi negara. Selain itu, menurutnya jika terus berpolemik dengan bendera, maka dikhawatirkan akan lahir konflik baru di Aceh.
Polem juga menaruh harapan kepada anggota dewan berasal dari partai nasional, agar juga bersikap tegas dan konsisten. “Jangan hari ini bilang A besok sudah Bilang Z. Karena walau bagaimana pun parnas juga punya hak di dalam bersuara, dan ikut menyetujui masalah penyusunan qanun-qanun di DPR Aceh, jangan asal setujui saja.”
Polem juga menghimabu bekas kombatan atau KPA tidak ikut berpolemik ihwal bendera, ada hal lain yang lebih perlu diperhatikan, seperti kesejahteraan anak yatim dan janda-janda korban konflik.
“Bagi FORKAB Aceh, kesejahteraan itu yang lebih utama, karena dengan bendera Itu tidak akan menjamin masyarakat Aceh sejahtera. Pembahasan-pembahasan lain jadi terulur-ulur waktunya,” tegas Polem.
Sebagai contoh, lanjut Polem, lihat keluarga Ishak Daud—Allahuyarham, di Aceh Timur, siapa yang ada peduli. Siapa yang ada memberi bantuan, sedangkan Ishak Daud dahulu merupakan salah satu panglima GAM yang paling disegani.
“Sudah cukup sandiwara ini. Jangan jadikan bendera bulan bintang sebagai bargaining politik dalam menghadapi pilkada 2017 ini. Aceh ini milik masyarakat, bukan milik sekelompok orang,” terangnya. (Sumber: AJNN.Net)
loading...
betul kata Polem, tapi saya tertawa saat baca lebih perhatikan kesejahteraan anak yatim dan janda konflik, tepatnya 20 meter dari rumah mertua polem di aceh barat daya,janda tsb juga istri Almarhum abang Ipar polem,tapi sampai saat ini belum tersentuh oleh perhatian polem selaku ketua FORKAB Kabupaten saat itu dan FORKAB saat ini,Perlu di ketahui FORKAB adalah bentukan Pemerintah sebagai Ormasnya Kombatan yang menyerah...
ReplyDelete