Kelompok Abu Sayyaf |
MANILA - Kelompok ISIS di Timur Tengah tiba-tiba mengklaim penyergapan yang menewaskan 18 tentara Filipina yang sejatinya dilakukan faksi kelompok Abu Sayyaf pimpinan Isnilon Hapilon, di Basilan Sabtu lalu.
Salah satu faksi Abu Sayyaf juga disebut-sebut sebagai penyandera 10 warga negara Indonesia (WNI), namun faksi pimpinan siapa masih misterius. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi telah memastikan 10 WNI tidak berada di medan tempur Abu Sayyaf dan militer Filipina di Basilan. Dengan demikian, ada dugaan bukan faksi Abu Sayyaf pimpinan Hapilon yang menyandera 10 WNI.
Klaim kelompok Islamic State (ISIS) telah mengusik Pemerintah Filipina. Menteri Pertahanan Filipina, Voltaire Gazmin, mengatakan bahwa tidak ada organisasi ISIS di Filipina.
”Kelompok di Basilan sedang mencoba untuk mengatur dan berafiliasi dengan ISIS. Namun sejauh ini informasi kami mengatakan bahwa tidak ada organisasi ISIS formal di sini, di Filipina,” kata Gazmin dalam konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Ashton Carter, seperti dikutip Philstar, Jumat (15/4/2016).
Carter mendukung pernyataan rekannya itu dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Filipina mungkin sejalan dengan "fenomena di seluruh dunia", di mana ada kelompok teror berafiliasi diri dengan ISIS.
”Itu salah satu alasan mengapa begitu penting bahwa ISIS dihancurkan di Suriah dan Irak, yang saya yakin kita akan lakukan dengan mitra koalisi kami,” katanya.
Klaim ISIS sendiri kemarin telah melebih-melebihkan jumlah korban tewas dari kubu tentara Filipina, yang disebut oleh kelompok itu mencapai 100 orang.
“ISIS selalu melebih-lebihkan klaim mereka karena ISIS ingin menggembleng potensi perekrutan untuk menunjukkan bahwa kelompok itu menang,” kata Dr. Rohan Gunaratna, Kepala Pusat Internasional untuk Kekerasan Politik dan Penelitian Terorisme.
Gunaratna lantas mengurai keterkaitan salah satu faksi Abu Sayyaf dengan ISIS. Menurutnya, faksi Abu Sayyaf di Basilan yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon tidak lagi di bawah Radullan Sahiron, pemimpin paling senior kelompok Abu Sayyaf.
“Ia (Hapilon) telah bersumpah setia kepada (pemimpin ISIS) Abu Bakr Al-Baghdadi. Jadi faksi di Basilan dari Abu Sayyaf langsung melaporkan ke Suriah dan itulah sebabnya ISIS mengklaim serangan ini,” katanya.
“Jadi, sejauh ISIS berkaitan dengan para militan yang menyerang militer Filipina di Basilan, mereka tentara kekhalifahan,” lanjut Gunaratna.
Menurutnya, pemerintah Filipina harus prihatin dengan hal ini, terutama dengan penciptaan inti ISIS di Basilan.
”ISIS telah membentuk kehadiran di Filipina selatan oleh mengkooptasi kelompok Abu Sayyaf. Untuk mengatakan bahwa ISIS tidak di Filipina adalah salah. Namun yang pasti ISIS sekarang akan memperluas kegiatannya,” ujarnya.
Pakar terorisme ini tidak yakin apakah faksi Abu Sayyaf pimpinan Hapilon yang menyandera 10 WNI dn beberapa warga asing lainnya atau bukan. Meski demikian, dia memperingatkan bahwa kemungkinan adanya serangan teror di kawasan semakin dekat, terlebih ISIS juga pernah mengklaim serangan di Indonesia.(Sindo)
Salah satu faksi Abu Sayyaf juga disebut-sebut sebagai penyandera 10 warga negara Indonesia (WNI), namun faksi pimpinan siapa masih misterius. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi telah memastikan 10 WNI tidak berada di medan tempur Abu Sayyaf dan militer Filipina di Basilan. Dengan demikian, ada dugaan bukan faksi Abu Sayyaf pimpinan Hapilon yang menyandera 10 WNI.
Klaim kelompok Islamic State (ISIS) telah mengusik Pemerintah Filipina. Menteri Pertahanan Filipina, Voltaire Gazmin, mengatakan bahwa tidak ada organisasi ISIS di Filipina.
”Kelompok di Basilan sedang mencoba untuk mengatur dan berafiliasi dengan ISIS. Namun sejauh ini informasi kami mengatakan bahwa tidak ada organisasi ISIS formal di sini, di Filipina,” kata Gazmin dalam konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Ashton Carter, seperti dikutip Philstar, Jumat (15/4/2016).
Carter mendukung pernyataan rekannya itu dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Filipina mungkin sejalan dengan "fenomena di seluruh dunia", di mana ada kelompok teror berafiliasi diri dengan ISIS.
”Itu salah satu alasan mengapa begitu penting bahwa ISIS dihancurkan di Suriah dan Irak, yang saya yakin kita akan lakukan dengan mitra koalisi kami,” katanya.
Klaim ISIS sendiri kemarin telah melebih-melebihkan jumlah korban tewas dari kubu tentara Filipina, yang disebut oleh kelompok itu mencapai 100 orang.
“ISIS selalu melebih-lebihkan klaim mereka karena ISIS ingin menggembleng potensi perekrutan untuk menunjukkan bahwa kelompok itu menang,” kata Dr. Rohan Gunaratna, Kepala Pusat Internasional untuk Kekerasan Politik dan Penelitian Terorisme.
Gunaratna lantas mengurai keterkaitan salah satu faksi Abu Sayyaf dengan ISIS. Menurutnya, faksi Abu Sayyaf di Basilan yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon tidak lagi di bawah Radullan Sahiron, pemimpin paling senior kelompok Abu Sayyaf.
“Ia (Hapilon) telah bersumpah setia kepada (pemimpin ISIS) Abu Bakr Al-Baghdadi. Jadi faksi di Basilan dari Abu Sayyaf langsung melaporkan ke Suriah dan itulah sebabnya ISIS mengklaim serangan ini,” katanya.
“Jadi, sejauh ISIS berkaitan dengan para militan yang menyerang militer Filipina di Basilan, mereka tentara kekhalifahan,” lanjut Gunaratna.
Menurutnya, pemerintah Filipina harus prihatin dengan hal ini, terutama dengan penciptaan inti ISIS di Basilan.
”ISIS telah membentuk kehadiran di Filipina selatan oleh mengkooptasi kelompok Abu Sayyaf. Untuk mengatakan bahwa ISIS tidak di Filipina adalah salah. Namun yang pasti ISIS sekarang akan memperluas kegiatannya,” ujarnya.
Pakar terorisme ini tidak yakin apakah faksi Abu Sayyaf pimpinan Hapilon yang menyandera 10 WNI dn beberapa warga asing lainnya atau bukan. Meski demikian, dia memperingatkan bahwa kemungkinan adanya serangan teror di kawasan semakin dekat, terlebih ISIS juga pernah mengklaim serangan di Indonesia.(Sindo)
loading...
Post a Comment