![]() |
Soleman B Ponto |
Banda Aceh - Mantan Kepala Badan Intelejen Strategis (BAIS), Soleman B Ponto menyakinkan bahwa kelompok bersenjata Din Minimi adalah binaan Badan Intelejen Negara (BIN).
“Ini bukan aku bilang, tapi ini Ka BIN, Sutiyoso sendiri yang bilang dalam berita kompas, 6 Januari 2016 bahwa BIN yang dipimpin Sutiyoso tidak menyangkal penanganan kelompok bersenjata tidak lepas dari pembinaan wilayah teritori. Itu bagian pembinaan BIN di wilayah,” tegas Soleman kepada wartawan usai diskusi “Menakar Teka Teki Din Minimi” di UIN Ar-Raniry, Kamis (7/1/2016).
Menurut Soleman, kalau BIN melakukan pembinaan boleh-boleh saja, sepanjang tidak merusak sistem yang sudah ada. “Artinya BIN setelah menerima Din Minimi lalu serahkan ke Polisi atau Pangdam Iskandar Muda,” ujar Soleman.
Senjata yang digunakan Din Minimi kata mantan Kepala BAIS ini juga bukan senjata sisa konflik. “Itu senjata baru, bisa disuplai baru atau disimpan, yang sisa konflik sudah tidak ada lagi, artinya semua senjata setelah tanggal 31 Desember 2005 itu adalah kriminal,” tegas dia menyakinkan.
Soleman juga menuding BIN telah merusak prinsip intelejen negara. “BAIS tidak kecolongan, kami juga bisa menurunkan Din Minimi, tapi tetap dalam SOP yang berlaku, kemudian BIN sudah melanggar prinsip-prinsip intelejen, seharusnya BIN menyerahkan Din Minimi ke Polisi dan tidak melakukan publikasi,” kata Soleman.
Permainan intelejen tidak kelihatan tapi bisa dirasakan. Intelejen bermain di bawah tanah, apapun dilakukan boleh-boleh saja, ketika intelejen melakukan maka harus diserahkan ke Polisi atau TNI, kalau SOP ini hancur, berapa banyak sistem yang akan rusak.
Seharusnya KA BIN memberikan contoh baik kepada adik-adiknya. “Kenapa saya ribut, karena saya tidak ingin ini terjangkit dengan adik-adik saya,” demikian Kepala BAIS TNI 2011-2013, Soleman B Ponto.
“Ini bukan aku bilang, tapi ini Ka BIN, Sutiyoso sendiri yang bilang dalam berita kompas, 6 Januari 2016 bahwa BIN yang dipimpin Sutiyoso tidak menyangkal penanganan kelompok bersenjata tidak lepas dari pembinaan wilayah teritori. Itu bagian pembinaan BIN di wilayah,” tegas Soleman kepada wartawan usai diskusi “Menakar Teka Teki Din Minimi” di UIN Ar-Raniry, Kamis (7/1/2016).
Menurut Soleman, kalau BIN melakukan pembinaan boleh-boleh saja, sepanjang tidak merusak sistem yang sudah ada. “Artinya BIN setelah menerima Din Minimi lalu serahkan ke Polisi atau Pangdam Iskandar Muda,” ujar Soleman.
Senjata yang digunakan Din Minimi kata mantan Kepala BAIS ini juga bukan senjata sisa konflik. “Itu senjata baru, bisa disuplai baru atau disimpan, yang sisa konflik sudah tidak ada lagi, artinya semua senjata setelah tanggal 31 Desember 2005 itu adalah kriminal,” tegas dia menyakinkan.
Soleman juga menuding BIN telah merusak prinsip intelejen negara. “BAIS tidak kecolongan, kami juga bisa menurunkan Din Minimi, tapi tetap dalam SOP yang berlaku, kemudian BIN sudah melanggar prinsip-prinsip intelejen, seharusnya BIN menyerahkan Din Minimi ke Polisi dan tidak melakukan publikasi,” kata Soleman.
Permainan intelejen tidak kelihatan tapi bisa dirasakan. Intelejen bermain di bawah tanah, apapun dilakukan boleh-boleh saja, ketika intelejen melakukan maka harus diserahkan ke Polisi atau TNI, kalau SOP ini hancur, berapa banyak sistem yang akan rusak.
Seharusnya KA BIN memberikan contoh baik kepada adik-adiknya. “Kenapa saya ribut, karena saya tidak ingin ini terjangkit dengan adik-adik saya,” demikian Kepala BAIS TNI 2011-2013, Soleman B Ponto.
Sumber: ACEHTERKINI
loading...
Post a Comment