Wabah virus corona di China jadi krisis kesehatan global. FOTO/ Ist |
JAKARTA - Produsen kendaraan dan perusahaan produk mewah mulai merasakan dampak penyebaran virus berbahaya, coronavirus lebih lanjut dapat memperburuk pertumbuhan ekonomi China yang sudah lambat.
Wuhan, yang merupakan penyebab penyebaran virus, adalah salah satu 'kota otomotif' China dengan sejumlah pabrik memasok mobil ke pasar lokal. General Motors (GM), Nissan, Renault, Honda dan PSA Group adalah beberapa produsen utama di Wuhan.
Semua pabrikan asing ini mengoperasikan pabriknya masing-masing melalui kerja sama dengan perusahaan Cina. Misalnya, pabrik GM-SAIC mempekerjakan 6.000 staf, hampir 10 persen dari tenaga kerja GM di Cina.
Kota, yang merupakan rumah bagi 11 juta orang, akan ditutup setelah bandara dan stasiun kereta api tidak lagi mengirimkan penumpang karena kekhawatiran akan wabah. Semua operasi angkutan umum untuk sementara ditangguhkan dan sejumlah jalan raya utama ditutup.
Gangguan transportasi tentu saja membuat pemilik bisnis pusing, terutama ketika penjualan mobil menurun. Industri otomotif dunia sekarang sedang menghadapi resesi yang serius, tanpa ada tanda-tanda pemulihan.
Penjualan kendaraan di China turun menjadi 2,3 juta unit pada 2019 dan diperkirakan akan menurun lagi tahun ini. Penyebaran virus corona memburuk karena konsumen menghabiskan lebih sedikit untuk perayaan Tahun Baru Cina.
Jika pengeluaran untuk layanan seperti piket turun 10 persen, pertumbuhan ekonomi China secara keseluruhan akan anjlok 1,2 persen.
Merek-merek barang mewah yang biasanya menerima paksaan selama musim perayaan juga mulai mengeluh. Louis Vuitton dan Fendi LVMH mengatakan penjualan turun 4,5 persen. Sementara itu, Gucci dan Balanciaga berada dalam situasi yang sama dengan 5 persen. Penjualan pembuat jam tangan mewah Cartier, Richemont, turun enam persen.
Pada 2018, konsumen di Tiongkok dan luar negeri membelanjakan sekitar US115 miliar (RM467,5 miliar) untuk barang-barang mewah. Angka tersebut setara dengan sepertiga dari pengeluaran barang di seluruh dunia. | Sindonews
Wuhan, yang merupakan penyebab penyebaran virus, adalah salah satu 'kota otomotif' China dengan sejumlah pabrik memasok mobil ke pasar lokal. General Motors (GM), Nissan, Renault, Honda dan PSA Group adalah beberapa produsen utama di Wuhan.
Semua pabrikan asing ini mengoperasikan pabriknya masing-masing melalui kerja sama dengan perusahaan Cina. Misalnya, pabrik GM-SAIC mempekerjakan 6.000 staf, hampir 10 persen dari tenaga kerja GM di Cina.
Kota, yang merupakan rumah bagi 11 juta orang, akan ditutup setelah bandara dan stasiun kereta api tidak lagi mengirimkan penumpang karena kekhawatiran akan wabah. Semua operasi angkutan umum untuk sementara ditangguhkan dan sejumlah jalan raya utama ditutup.
Gangguan transportasi tentu saja membuat pemilik bisnis pusing, terutama ketika penjualan mobil menurun. Industri otomotif dunia sekarang sedang menghadapi resesi yang serius, tanpa ada tanda-tanda pemulihan.
Penjualan kendaraan di China turun menjadi 2,3 juta unit pada 2019 dan diperkirakan akan menurun lagi tahun ini. Penyebaran virus corona memburuk karena konsumen menghabiskan lebih sedikit untuk perayaan Tahun Baru Cina.
Jika pengeluaran untuk layanan seperti piket turun 10 persen, pertumbuhan ekonomi China secara keseluruhan akan anjlok 1,2 persen.
Merek-merek barang mewah yang biasanya menerima paksaan selama musim perayaan juga mulai mengeluh. Louis Vuitton dan Fendi LVMH mengatakan penjualan turun 4,5 persen. Sementara itu, Gucci dan Balanciaga berada dalam situasi yang sama dengan 5 persen. Penjualan pembuat jam tangan mewah Cartier, Richemont, turun enam persen.
Pada 2018, konsumen di Tiongkok dan luar negeri membelanjakan sekitar US115 miliar (RM467,5 miliar) untuk barang-barang mewah. Angka tersebut setara dengan sepertiga dari pengeluaran barang di seluruh dunia. | Sindonews
loading...
Post a Comment